22. Duapuluh Dua

840 175 16
                                    

Karena rencana bermediasi dengan Juna telah gagal. Maka Bagus menjalankan aksi nekatnya yang lain. Mendatangi kantor tempat Panji bekerja. Maka dapat dipastikan bahwa hidup Juna akan hancur.

Jika Bagus tak dapat memiliki Juna, maka orang lain pun tak akan bisa. Rencana Bagus adalah mengadukan perihal penyimpangan yang dimiliki oleh Juna. Lalu membuat Panji kecewa dan tak menganggap Juna sebagai anak. Bisa saja, kemungkinan terburuk adalah Juna diusir dari tempat kerja. Lalu Sasha yang mata duitan akan membuang Juna. Jadi tak ada pilihan lain selain kembali kepada dirinya.

Bagus merasa Juna adalah hak miliknya. Setelah kejadian malam ia ketahuan sedang berhububgan badan dengan pria lain. Bagus tidak terima jika Juna pergi darinya. Toh dia hanya semalam saja, tidak terhitung selingkuh. Karena tak menyimpan perasaan lebih pada pria lain.

Dengan percaya diri Bagus mendatangi Panji. Awalnya ia tentu ditolak. Panji akhirnya mengizinkan Bagus memasuki ruangan setelah ia berkata mempunyai rahasia besar dari Juna.

Pria itu menyerahkan beberapa lembar foto yang memperlihatkan pose mesranya bersama Juna.

Panji sontak saja menutup mata melihat potret yang menurutnya tidak terhormat tersebut. Namun pria paruh baya itu segera mengatur kembali ekspresi wajahnya. Tidak boleh terlihat marah di depan orang asing.

Panji memanggil asisten pribadi, menyuruhnya untuk membawa Juna menuju ruangannya. Tak berapa lama menunggu, sang anak muncul. Wajah Juna kontan saja menatap tajam ke arah Bagus.

"Coba jelaskan, mengapa Anda memberitahu saya. Dan tidak menemui orang yang seharusnya Anda temui?"

Bagus dengan tenang, tersenyum simpul. Merasa tujuannya sebentar lagi tercapai. Juna dan keluarganya harus mengganti kerusakan yang terjadi pada wajahnya!

"Kami berdua mempunyai hubungan yang dekat. Sayang sekali Juna mengakhiri secara sepihak. Lalu memilih berselingkuh dengan wanita lain yang dia nikahi. Padahal wanita itu tidak baik—"

"Jangan pernah menghina menantu saya. Menikah dengan Juna berarti menantu saya adalah bagian dari keluarga saya. Diam atau saya yang akan membuat mulut Anda terdiam."

Bagus terperangah. Sebegitu pentingnya kah posisi Sasha di rumah Panji? Sampai-sampai ia dibela oleh sang mertua. Oh, pasti Sasha juga menggoda Panji. Pasti wanita itu tidak melewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.

"Saya nggak peduli. Intinya saya ingin ganti rugi atas waktu saya yang terbuang sia-sia bersama Juna. Atau ... saya bakal ngasih tau ke semua orang, kalau kami berdua pernah berhubungan dekat." Ancam Bagus yang masih percaya diri.

Panji mengetuk-ngetukkan tongkat miliknya, lalu senyum asimetris terbit dari bibir.

"Lalu Anda kira saya peduli? Anda kira saya akan sujud demi menjaga nama baik orang lain? Silahkan sebar saja. Yang rugi bukanlah saya. Sebaliknya, seharusnya Anda tau tengah berurusan dengan siapa. Jangan pernah bertingkah di depan saya. Urus urusan Anda sendiri bersama dia."

Panji menunjuk Juna yang sudah terdiam kaku.

"Ayah ..."

Suara Juna tercekat, bagaikan berhenti di kerongkongan.

"Ayah, dengerin penjelasan aku dulu. Please, Yah ..."

"Go on. Jelaskan sekarang juga. Tanpa ada orang lain yang mengganggu. Ayah bakal dengar dari mulutmu sendiri."

Juna yang paham lantas mengangguk. Dia tahu akan ada hari dimana semuanya terungkap. Hanya saja tak mengira bahwa orang yang mengungkap adalah Bagus. Kemungkinan paling buruk yang Juna pikir adalah Sasha yang akan membocorkan rahasia tersebut. Nyatanya, wanita itu malah sama sekali—tak sekalipun pernah mengancam seperti ini.

Love Options Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang