Waktu adalah musuh

9 0 0
                                    

Cinta itu menakutkan.

Sohu menatap sosok elegan di hadapannya dengan penuh tanda tanya di kepalanya.

"Kamu menyukainya."

Tidak ada jawaban selain gerakan halus menjauh dari Die. Badannya mengeluarkan bau khas yang sulit di jabarkan oleh Sohu.

"Die..." Langkah yang menjauh terhenti, badannya berbalik sebagai tanggapan panggilan pelan dari Sohu.

"Aku menyukaimu. Bisakah..." Ucapannya terhenti saat melihat mata Die berkaca-kaca.

Sohu mengumpat dalam hati seraya berjalan cepat ke arahnya, menarik kuat Die ke dalam pelukan. Hatinya ikut gersang saat melihat kondisi Die yang menyedihkan.

Baju berantakan, mata bengkak, bibir kering dan pecah-pecah. Sohu bisa melihat keadaan rumah terlihat kotor, ia menduga 3 hari terakhir bisa berikan Die waktu untuk sendiri tapi perkiraannya meleset.

"Sohu, aku-- sakit."

"Tidak, kamu tidak sakit. Mereka yang sakit, kamu hanya butuh waktu untuk menerima."

Badan tipis bergetar beberapa kali. Baju yang di pakai Sohu basah oleh air mata Die.

"Menangislah, aku ada untukmu."

Die menangis lemah, hidupnya telah musnah. Keputusan pengadilan telah di jatuhkan siang tadi. Empat tahun berjuang mempertahankan cintanya hingga kenyataan menamparnya.

Sohu membiarkan Die menangis dalam pelukannya, kelegaan membanjiri hatinya. Keputusan menunggu Die selama ini adalah tepat.

"Apakah aku akan baik-baik saja, Sohu?"

"Tentu saja."

"Aku-- "

"Jangan berfikir terlalu banyak. Kamu perlu waktu memahami ini semua, Die." Ujar Sohu sembari melepaskan pelukannya,"Dia tidak layak menerima tangisan darimu."

Die menghapus air matanya, "Kamu benar, Sohu."

"Tentu saja aku benar."

Sohu mengambil teko di depannya, menuang sebagian isinya ke dalam gelas lalu memberikan kepada Die.

Die cepat meminumnya.

Suara dering ponsel memecah suasana, Sohu melihat nama yang tersemat. Die diam membisu setelah Sohu berikan isyarat untuk menjawab ponselnya.

Sohu bergerak menjauh menuju pintu luar, ia tidak ingin Die terganggu olehnya. Die memperhatikan siluet tajam wajah Sohu, ia tahu apa isi hati Sohu tetapi Die tidak mencintainya.

Perbuatan, perhatian hingga berbagai macam yang di lakukan Sohu membuat Die terjebak. Inilah pokok masalah menjadi alasan perceraian bisa terjadi.

Istrinya Lievi jatuh cinta dengan Sohu. Lievi menyatakan secara terus terang kepada Die pada bulan ketiga pernikahan.

Ingatan Die melayang jauh di hari pernikahan mereka yang menginjak tahun ke empat. Lievi menyodorkan surat persetujuan perceraian tanpa paksaan kepadanya.

"Li, jangan lakukan ini."

"Aku tidak bisa membohongi perasaanku, Die. Aku mencintai Sohu."

"Li..."

"Sejak awal aku sudah katakan kalau aku mencintai Sohu. Kamu yang ingin tetap mempertahankan pernikahan palsu ini."

Die mematung melihat surat persetujuan perceraian di hadapannya, pena di sodorkan Lievi.

"Aku bahkan sengaja menjebak Sohu untuk tidur bersamaku. Walau harus aku akui, Sohu terkejut."

Die menoleh ke arahnya, "Kamu apa?" Tanyanya lemah. Empat tahun menikah, tidak ada satupun hari Die bisa menyentuh tubuh Lievi.

Die, Are You Sure?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang