Sudah beberapa minggu sejak Jake dan Heeseung memutuskan untuk berpisah. Jake mulai terbiasa menjalani harinya tanpa Heeseung. Meski tidak mudah, dukungan dari teman-temannya terutama Sunghoon, Jungwon, Kyujin, dan Sakuya membantu Jake merasa tidak sendiri. Bahkan di rumah, Lily, karina, Eunwoo, dan Jiwoong juga selalu memberikan semangat dan perhatian padanya.
Hari ini, sepulang sekolah, Sunghoon mengajak Jake untuk mampir ke sebuah kafe kecil yang sering mereka kunjungi saat mereka ingin menenangkan diri. Kafe itu tersembunyi di sudut kota, jauh dari keramaian, dan memiliki suasana yang hangat dan menenangkan.
Jake duduk di sudut kafe, menatap cangkir kopinya yang mengeluarkan uap tipis. Pikirannya masih sering melayang ke masa-masa indahnya bersama Heeseung. Namun, rasa sakit dan kecewa yang ia alami membuatnya sadar bahwa melanjutkan hubungan itu hanya akan menambah luka yang semakin dalam.
"Sunghoon, lo pernah ngerasa kayak lo harus milih antara cinta dan kebahagiaan lo sendiri?" tanya Jake, matanya menatap dalam-dalam pada Sunghoon.
Sunghoon menatap Jake dengan penuh perhatian, lalu menghela napas pelan. "Iya, Jake. Kadang, kita emang harus milih apa yang terbaik buat diri kita, meskipun itu berarti ninggalin seseorang yang kita sayang. Dan gue rasa... lo udah milih jalan yang tepat."
Jake tersenyum tipis, merasa sedikit lega dengan kata-kata Sunghoon. "Gue cuma... kadang masih ngerasa kosong. Heeseung udah jadi bagian besar hidup gue, dan sekarang, gue harus mulai semuanya dari awal."
Sunghoon mengangguk, lalu meletakkan tangannya di atas tangan Jake. "Lo nggak sendiri, Jake. Gue, Jungwon, Kyujin, Sakuya... kita semua di sini buat lo. Dan gue percaya, lo bakal nemuin kebahagiaan yang lo cari."
Jake merasa hangat mendengar dukungan dari Sunghoon. Perlahan, rasa sakit di hatinya mulai mereda, digantikan oleh rasa syukur atas kehadiran orang-orang yang peduli padanya.
---
Sementara itu, Heeseung merasa hidupnya juga mulai berubah. Tanpa Jake, hari-harinya terasa hampa. Jeno masih ada di sisinya, mencoba memberikan dukungan dan perhatian. Namun, Heeseung tahu, apa yang ia miliki dengan Jeno tidak pernah bisa menggantikan Jake.
Suatu hari, Heeseung duduk di bangku taman sekolah, menatap kosong ke arah langit biru yang cerah. Jeno duduk di sebelahnya, merasa ragu untuk memulai pembicaraan.
"Heeseung, lo masih mikirin Jake, ya?" tanya Jeno akhirnya.
Heeseung mengangguk pelan. "Gue tahu gue yang buat keputusan ini, dan gue juga tahu mungkin ini yang terbaik buat dia. Tapi gue nggak bisa berhenti mikirin dia."
Jeno menggenggam tangan Heeseung dengan lembut, berharap bisa menghiburnya. "Gue di sini, Heeseung. Gue bakal selalu ada buat lo."
Heeseung tersenyum kecil, namun dalam hatinya ia tahu bahwa cinta yang ia miliki untuk Jake adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang sulit untuk dilupakan begitu saja.
---
Waktu terus berjalan, dan meski Jake masih merasakan sisa-sisa perasaannya pada Heeseung, ia mulai belajar menerima kenyataan. Dengan bantuan teman-teman dan keluarganya, ia kembali menemukan senyum yang tulus.
Suatu sore, ketika Jake sedang duduk di balkon rumahnya, Sunghoon tiba-tiba datang membawa sebuah buku kecil yang tampak penuh dengan catatan.
"Jake, gue punya sesuatu buat lo," kata Sunghoon, menyodorkan buku itu.
Jake menerima buku tersebut dengan bingung. "Ini apa, Sunghoon?"
Sunghoon tersenyum, lalu berkata, "Gue tahu lo suka nulis, jadi gue bikin ini buat lo. Isinya kutipan-kutipan motivasi dan kata-kata yang mungkin bisa bantu lo ketika lo merasa sedih atau ragu."
Jake membuka beberapa halaman buku itu, dan matanya langsung berbinar melihat tulisan-tulisan tangan Sunghoon yang rapi dan penuh makna. Setiap kalimat yang ia baca memberikan semangat dan penghiburan.
"Terima kasih, Sunghoon. Ini... ini bener-bener berarti buat gue," kata Jake dengan suara bergetar.
Sunghoon tersenyum, merasa senang bisa membantu Jake. "Lo nggak perlu terima kasih, Jake. Gue cuma pengen lo tahu kalau lo selalu punya tempat untuk berbagi perasaan lo."
---
Hari-hari berlalu, dan perlahan Jake merasa semakin kuat. Ia mulai melihat dunia dengan perspektif yang baru, dan meski kenangan tentang Heeseung masih ada, ia tidak lagi membiarkan kenangan itu menguasai hidupnya.
Suatu pagi di sekolah, Jake bertemu dengan Jungwon, Kyujin, dan Sakuya di lorong. Mereka bercanda dan tertawa bersama, membawa kebahagiaan yang sederhana tapi tulus.
"Jake, sekarang lo keliatan lebih bahagia. Gue seneng banget ngeliat lo kayak gini," kata Kyujin sambil tersenyum.
Jake tertawa kecil. "Gue rasa... gue udah mulai belajar buat ngehargain apa yang gue punya sekarang. Dan gue beruntung punya kalian semua."
Mereka berempat melanjutkan obrolan dengan tawa dan senyum, tanpa beban yang selama ini Jake rasakan. Di tengah-tengah percakapan, Jake merasakan perasaan lega yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tahu, ia telah membuat keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri.
---
TBC
Di balik segala kepedihan dan pengorbanan, Jake menemukan kekuatan dalam dirinya untuk melangkah maju. Dukungan dari orang-orang terdekatnya memberikan cahaya baru dalam hidupnya, membawa harapan bahwa suatu saat ia akan menemukan cinta yang sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices (sungjake) (Heejake)
Storie brevijake diharuskan memilih lanjut tapi tersakiti atau menyerah.