Hari demi hari berlalu, dan Jake semakin merasa hidupnya kembali stabil. Bersama teman-temannya, terutama Sunghoon yang selalu ada untuknya, Jake mulai menemukan kebahagiaan kecil dalam rutinitas sehari-hari. Meski bayangan Heeseung sesekali masih menghantui pikirannya, Jake berusaha untuk fokus pada hal-hal yang membuatnya tersenyum.
Di suatu pagi, Jake sedang menikmati sarapan bersama keluarganya. Kakak-kakaknya, Lily, karina, Eunwoo, dan Jiwoong, terlihat asyik mengobrol sambil sesekali melontarkan lelucon yang membuat meja makan penuh dengan tawa. Kehangatan keluarganya memberikan kekuatan tambahan bagi Jake untuk melanjutkan hari-harinya.
“Jake, akhir-akhir ini kamu sering keluar sama teman-temanmu, ya?” tanya Karina, sambil tersenyum penuh arti.
Jake tersipu dan mengangguk. “Iya, Kak. Mereka selalu ada buat aku, terutama Sunghoon. Dia baik banget dan selalu ngasih dukungan.”
Eunwoo yang duduk di seberang Jake menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. “Kalo dia bikin kamu bahagia, lanjut aja, Jake. Jangan terlalu mikirin masa lalu.”
Jake tersenyum kecil, meski di dalam hatinya masih ada sedikit perasaan takut. “Aku akan coba, Kak. Tapi, aku masih butuh waktu buat benar-benar melepaskan semuanya.”
Setelah sarapan, Jake bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Seperti biasa, Sunghoon sudah menunggu di depan rumahnya untuk berjalan bersama. Kehadiran Sunghoon membuat langkah Jake terasa lebih ringan, dan percakapan mereka selalu membawa tawa dan senyum di wajahnya.
---
Di sekolah, hubungan Jake dan Sunghoon semakin terlihat dekat. Jungwon, Kyujin, dan Sakuya sering menggoda mereka, menyiratkan bahwa mungkin saja ada perasaan spesial di antara mereka berdua.
“Jake, lo tau gak? Gue gak pernah liat lo seseneng ini sebelumnya,” komentar Kyujin sambil tersenyum jahil.
Jake tertawa kecil dan menggeleng. “Ah, lo bisa aja. Gue cuma seneng punya temen-temen yang selalu ada buat gue.”
Sunghoon hanya tersenyum mendengar jawaban Jake, namun di hatinya ia berharap bahwa suatu saat, Jake bisa merasakan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan untuknya. Bagi Sunghoon, Jake adalah seseorang yang istimewa, seseorang yang membuat hatinya berdegup lebih cepat setiap kali mereka bersama.
Meskipun Sunghoon ingin menyatakan perasaannya, ia menahan diri. Ia tahu bahwa Jake masih berusaha sembuh dari luka lamanya, dan ia tidak ingin terburu-buru. Baginya, yang terpenting adalah melihat Jake bahagia, apa pun bentuknya.
---
Di sisi lain, Heeseung mulai merasakan kesepian yang semakin dalam. Meskipun ia mencoba mengisi kekosongan dengan berbagai kegiatan, tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Jake dalam hidupnya. Ia sering kali teringat akan senyum Jake, tawa kecilnya, dan cara Jake berbicara dengan penuh perhatian.
Suatu hari, heeseung melihat Jake sedang bercanda dengan Sunghoon di lorong sekolah. Mereka terlihat begitu bahagia, dan tawa Jake terdengar sangat tulus. Pemandangan itu membuat hati Heeseung bergetar, penuh dengan penyesalan.
Ia mencoba untuk mengalihkan pandangannya, namun bayangan Jake bersama Sunghoon terus menghantuinya. Ia merasa bahwa mungkin ini adalah hukuman yang harus ia terima karena telah menyakiti Jake.
Heeseung mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang terus bergejolak. “Jake, semoga lo bahagia. Mungkin gue gak layak buat ngeliat lo tersenyum lagi, tapi gue cuma mau lo bahagia,” gumam Heeseung pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
---
Suatu malam, Jake sedang duduk di balkon kamarnya, menikmati angin malam sambil memikirkan perjalanan hidupnya. Meski perasaan terhadap Heeseung masih ada, ia mulai menyadari bahwa hidupnya tidak berhenti hanya karena perpisahan itu. Kehadiran Sunghoon memberinya semangat baru untuk melanjutkan hidup, dan ia merasa beruntung memiliki teman yang begitu peduli padanya.
Jake tersenyum kecil, lalu mengirim pesan singkat pada Sunghoon: “Thank you for being there for me. I really appreciate it.”
Beberapa detik kemudian, balasan dari Sunghoon muncul di layar: “Anytime, Jake. I’ll always be here for you.”
Perasaan hangat menyelimuti hati Jake saat membaca balasan tersebut. Mungkin, ini adalah awal dari langkah baru yang akan ia jalani. Meski masih ada bayangan masa lalu yang menghantui, Jake mulai yakin bahwa ia bisa menemukan kebahagiaan yang baru, bersama orang-orang yang benar-benar peduli padanya.
---
Keesokan harinya, Sunghoon dan Jake kembali berjalan bersama menuju sekolah. Di sepanjang perjalanan, Sunghoon menceritakan tentang rencananya untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Jake merasa sedikit terkejut, namun juga bangga melihat ambisi besar dalam diri Sunghoon.
“Gue yakin lo bisa, Hoon. Lo punya bakat, dan gue yakin lo bisa mencapai semua yang lo impikan,” kata Jake sambil tersenyum tulus.
Sunghoon menatap Jake dengan penuh rasa terima kasih. “Gue harap lo juga bisa mencapai apa pun yang lo mau, Jake. Dan gue bakal selalu ada buat dukung lo, apa pun yang terjadi.”
Jake merasakan sesuatu yang berbeda dalam kata-kata Sunghoon. Ia merasa bahwa mungkin, Sunghoon adalah seseorang yang selama ini ia butuhkan dalam hidupnyabseseorang yang tidak hanya hadir untuk mendengarkan, tapi juga memberikan dukungan tanpa syarat.
---
Malam harinya, setelah belajar, Jake duduk di kamarnya sambil merenungkan semua yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini. Hubungannya dengan Heeseung mungkin sudah berakhir, namun ia belajar untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidup. Bersama teman-temannya, terutama Sunghoon, Jake merasa bahwa ia tidak sendirian, dan ada banyak hal yang masih bisa ia capai.
Sambil menatap ke arah bintang-bintang di langit, Jake berbisik pelan, “Terima kasih, Hoon. Lo udah bikin gue percaya bahwa hidup gue masih punya warna.”
Dengan senyuman kecil di wajahnya, Jake menutup mata dan berharap bahwa hari-hari mendatang akan semakin cerah. Meski bayangan masa lalu masih ada, ia siap melangkah maju, satu langkah demi satu langkah, bersama orang-orang yang mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices (sungjake) (Heejake)
Historia Cortajake diharuskan memilih lanjut tapi tersakiti atau menyerah.