Side Story - Chapter 11

11 0 0
                                    

Biasanya, orang tidak tahu kalau mereka hamil di usia muda.

Namun, Aristine merasakan gelombang kekuatan yang jelas.

Secara naluriah dan juga karena pengalaman sebelumnya, dia tahu apa artinya itu.

Seorang anak yang dikandung dengan penuh wibawa.

Dia merasakan riak dari anak itu.

"...Rineh?"

Tarkan segera menyadari sesuatu yang aneh tentang ekspresi istrinya.

"Khan..."

"Ada apa? Apa ada yang sakit?"

Ketika dia melihat suaminya bertanya dengan cemas, bibir Aristine bergerak sedikit.

Anak kedua telah lahir seperti hadiah kejutan.

Dia bahagia.

Bagaimana mungkin dia tidak bahagia?

Aristine sudah merasakan cinta yang luar biasa untuk riak kecil ini di dalam dirinya.

Itu sangat menyenangkan, luar biasa, dan penuh kasih.

"Ya ampun!"

Aristine menepuk dada Tarkan beberapa kali.

"Kenapa sekarang?!"

"Apa, ada apa?"

Tarkan tidak repot-repot menghentikannya; dia membiarkan dadanya terbuka. Terus terang, itu sama sekali tidak sakit.

Dan bahkan jika itu menyakitkan, dia akan tetap membiarkannya melakukannya.

"Aku ingin pergi ke laut."

"Kita tidak pergi? Kita akan berangkat besok. Atau kamu ingin pergi hari ini?"

Laut adalah tujuan mereka berikutnya setelah istana musim dingin.

Aristine telah melihat laut berkali-kali melalui Monarch's Sight.

Danau tak berujung dengan ombak yang tak henti-hentinya menghantamnya. Dia ingin berjalan tanpa alas kaki di pantai berpasir dan mencelupkan kakinya ke dalam buih putih bersih itu.

Tapi sekarang...

"Kita tidak bisa pergi. Kita tidak bisa!"

"...?"

Istana musim dingin yang dihadiahkan Nephther kepada Aristine adalah milik keluarga kerajaan Irugo.

Tentu saja, ada portal yang terpasang di sana.

Namun, laut yang direncanakan Aristine dan Tarkan untuk dikunjungi berbeda.

Mereka ingin menikmati pemandian air panas di vila lalu menginap di resor hotel di dekat laut. Untuk sampai di sana, mereka harus bepergian dengan kereta kuda, yang pasti akan membebani tubuhnya.

"Kenapa kita tidak bisa pergi? Kita bisa pergi ke mana pun yang kau mau."

Tarkan menangkup pipi Aristine dengan tangannya.

"...Aku."

"Mhm."

"Aku hamil."

"...?!"

Mata Tarkan terbelalak.

"Apa, apa yang kau katakan?"

"Aku bilang aku hamil. Kami akan punya anak kedua—kyaa!"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia tiba-tiba terangkat ke udara.

Tarkan memeluk Aristine, pipinya memerah karena kegembiraan.

Bagian II • Melupakan suamiku, lebih baik dagangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang