Sepulang sekolah, Launa menunggu Mahen di parkiran sekolah, untuk menepati janjinya yang akan menghabiskan waktu dengan Mahen hari ini.
Beberapa siswa mulai berhamburan keluar dari gerbang sekolah. Mahen menatap Launa dengan seulas senyuman, lalu berkata, "Maaf lama, Lau. Nih minum buat kamu."
"Makasih," balas Launa. Mahen Melirik Deon, memberi kode untuk segera pulang, karena ia tau motif kedatangan Deon yang berniat mengajaknya untuk nongkrong di kafe.
Saat ini nongkrong tak penting baginya, ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Launa. Sudah lama ia menantikan waktu ini tiba, selama ini Launa sibuk bekerja dan belajar. Tadi siang saat di kelas, Launa mengajaknya untuk jalan-jalan menghabiskan waktu berdua karena ia sedang libur kerja.
"Sekarang, kan?" tanya Mahen yang sudah naik lebih dulu di motornya.
Launa yang mendengar itu menyahut, "Iya lah, masa besok."
"Dih," balas Mahen, lalu tertawa kecil setelahnya.
Mereka kemudian melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan dengan canda tawa masing-masing. Satu hal yang paling dirindukan dari Launa, Mahen paling rindu dengan tawa gadis itu. Tawa Launa selalu membuatnya salah tingkah saat melihatnya.
"Ini kita mau ke mana, Hen?" tanya Launa, ia meletakkan dagunya di bahu Mahen.
"Mau jelajah dunia, hahaha."
"Serius?"
"Nggak lah, Lau."
"Terus ini ke mana?"
"Makan dulu yang penting."
Selama di perjalanan, Launa mulai menerka-nerka, ke mana tujuan Mahen membawanya untuk menghabiskan waktu hari ini?
Ia kemudian teringat satu hal untuk ditanyakan pada Mahen. "Mahen, aku mau tanya, ujian kan udah mau dekat, ya?"
"Iya, terus kenapa?" tanya Mahen.
"Aku deg-degan banget, takut nilai aku turun. Kan siap ujian ini kita bakal perpisahan kelulusan."
Mahen mengangguk. "Iya. Nggak kerasa, ya?"
Laki-laki itu menatap Launa dari kaca spion motornya, lalu ia mengembangkan senyumnya. "Tenang aja, nilai kamu pasti bagus kok."
Launa menghembukan napas panjang. "Udah mau perpisahan aja, padahal kayak baru kemarin kita masuk sekolah."
"Aku yakin nih, Lau, nanti kalau kita lulus pasti rasanya hampa banget. Terus pas lulus pasti teman-teman yang lain pada sibuk semua, diajak nongkrong juga susah."
"Iya, pasti itu," sahut Launa.
Warung nasi padang hari itu jadi saksi. Saksi bagaimana Mahen menguarkan tawa hanya dengan pembicaraannya dengan Launa. Lelucon-lelucon kecil yang sangat amat dirindukan oleh Mahen sejak kemarin, ia bersyukur atas waktu yang diluangkan Launa hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im In Love With Mahen (Revisi)
Ficção AdolescenteJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama bertahun-tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis remaj...