Pagi di sekolah itu terasa berbeda bagi Jake. Senyuman Sunghoon saat menemuinya di gerbang sekolah adalah awal yang selalu ia nantikan. Dengan Sunghoon di sisinya, Jake mulai merasakan kembali kebahagiaan yang sempat hilang sejak putus dengan Heeseung. Kehangatan Sunghoon, perhatian yang ia berikan, serta cara Sunghoon mendengarkan keluh kesahnya membuat Jake merasa dihargai, lebih dari sekadar teman.
Namun, di sisi lain, Heeseung yang melihat kebahagiaan Jake bersama Sunghoon merasa semakin hampa. Meski Jeno selalu ada untuknya, rasa cemburu tetap saja menyelinap. Walaupun ia tahu bahwa Jake berhak bahagia, ia tak bisa sepenuhnya merelakan orang yang pernah begitu penting dalam hidupnya.
---
Suatu sore, saat jam pelajaran usai, Jake dan Sunghoon memutuskan untuk duduk di bangku taman belakang sekolah, di mana suasana lebih tenang dan jauh dari keramaian.
"Jake, apa lo bener-bener bahagia sama gue sekarang?" tanya Sunghoon dengan suara lembut, matanya menatap Jake penuh harapan.
Jake menatap Sunghoon dan mengangguk, “Lo tuh berharga banget buat gue, Seung. Gue gak pernah nyangka akan punya seseorang yang bisa ngerti gue sebaik lo.”
Mendengar itu, Sunghoon merasa lega. Tanpa ragu, ia menggenggam tangan Jake, memberikan kehangatan dan rasa nyaman. Bagi Sunghoon, Jake adalah sosok yang telah membuatnya lebih berani untuk mengungkapkan perasaannya.
---
Sementara itu, di kelas lain, Heeseung duduk termenung sendirian. Ia baru saja selesai berbicara dengan Jeno, yang terus meyakinkan bahwa Jake sudah menemukan kebahagiaannya bersama Sunghoon.
"Lo harus bisa ngelepas dia, Heeseung. Kadang-kadang, kita harus belajar untuk ngerelain orang yang kita sayang, kalau itu bikin mereka bahagia," ucap Jeno, menatap Heeseung penuh empati.
Heeseung menatap Jeno sejenak, lalu tersenyum tipis. “Gue tahu, Jeno… Tapi itu gak mudah. Rasanya kayak ada sesuatu yang hilang dalam hidup gue.”
Jeno menghela napas, lalu menepuk bahu Heeseung dengan lembut. “Lo harus ngasih waktu buat diri lo sendiri. Gue yakin, suatu hari nanti, lo bakal nemuin kebahagiaan yang bener-bener milik lo.”
Meskipun kata-kata Jeno memberikan sedikit kelegaan, Heeseung tahu bahwa perasaannya tidak akan hilang begitu saja. Namun, ia merasa bersyukur memiliki teman seperti Jeno yang selalu ada di sampingnya, meski ia sedang berada di titik terendah.
---
Malam harinya, di rumah, Jake duduk di balkon kamarnya sambil merenung. Ia merasa bersyukur memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Kedua kakak perempuannya, Lily dan karina, serta kedua kakak laki-lakinya, Eunwoo dan Jiwoong, selalu menjadi pendukung terbesar dalam hidupnya.
Tak lama, Lily datang ke balkon dan duduk di sampingnya. “Jake, kakak seneng ngeliat kamu mulai bisa move on dari Heeseung. Sunghoon itu anak yang baik, dan kakak yakin dia bisa bikin kamu bahagia.”
Jake tersenyum, “Thanks, kak. Aku juga ngerasa nyaman banget sama Sunghoon. Tapi kadang Aku masih kepikiran soal Heeseung. Aku gak mau hubungan aku sama dia berakhir kayak gini, tanpa ada kata maaf atau kejelasan.”
Lily menatap Jake dengan lembut. “Kakak ngerti. Mungkin kamu butuh waktu buat ngobrol sama Heeseung. Siapa tau itu bisa bikin kamu ngerasa lebih lega.”
---
Keesokan harinya, di sekolah, Jake akhirnya memberanikan diri untuk mengajak Heeseung berbicara empat mata. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang perlu diambil, meskipun berat. Di sela-sela jam istirahat, Jake menemukan Heeseung duduk sendirian di perpustakaan.
“Heeseung, gue boleh ngobrol sebentar?” tanya Jake, berdiri di hadapan Heeseung.
Heeseung mengangguk, meski ada rasa canggung yang tak bisa ia sembunyikan. Mereka berdua duduk berhadapan, dan suasana terasa begitu tegang.
“Heeseung, gue cuma mau minta maaf… atas semua yang terjadi. Gue gak pernah bermaksud buat ninggalin lo. Tapi keadaan kita berubah, dan… gue harap lo ngerti,” ucap Jake pelan, matanya penuh penyesalan.
Heeseung terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Gue ngerti, Jake. Gue juga minta maaf. Gue gak bisa kontrol perasaan gue, dan itu bikin gue bersikap egois. Tapi gue seneng kalau lo sekarang udah nemuin kebahagiaan lo.”
Jake tersenyum kecil, merasa lega mendengar kata-kata itu. “Gue berharap kita bisa tetap jadi teman baik, Heeseung. Gue gak mau kehilangan lo sepenuhnya.”
Heeseung mengangguk pelan. “Gue juga. Mungkin kita butuh waktu, tapi gue harap suatu hari nanti, kita bisa balik jadi teman yang baik.”
Percakapan itu membuat keduanya merasa lebih lega. Meski hubungan mereka telah berubah, baik Jake maupun Heeseung tahu bahwa mereka masih memiliki ikatan yang kuat, meski dalam bentuk yang berbeda.
---
Setelah pertemuan itu, baik Jake maupun Heeseung merasa ada beban yang terangkat dari hati mereka. Jake mulai menjalani hari-harinya dengan lebih ringan, sementara Heeseung merasa bahwa ia telah mengambil langkah pertama untuk benar-benar merelakan Jake.
Di samping itu, hubungan Jake dengan Sunghoon semakin erat. Dengan Sunghoon, Jake merasa bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang baru. Dan setiap kali ia melihat Sunghoon, Jake merasa yakin bahwa ia telah membuat pilihan yang tepat.
Di tempat lain, Jeno tetap setia mendampingi Heeseung, berusaha menjadi penghibur dan pendukung terbaik bagi sahabatnya itu. Heeseung mulai melihat Jeno dalam cahaya yang berbeda, merasa bahwa mungkin, perlahan-lahan, ia bisa menemukan kebahagiaan barunya di sana.
---
Kisah ini adalah perjalanan panjang tentang cinta dan persahabatan. Meski Jake dan Heeseung telah memilih jalan yang berbeda, mereka tahu bahwa cinta yang tulus tidak selalu harus dimiliki. Terkadang, merelakan adalah bentuk cinta yang paling mendalam.
End of Chapter 15
Terimakasih yang udah baca dan vote sehat selalu buat kalian ya (^v^)
Salam Gladirey 🦊🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Choices (sungjake) (Heejake)
Historia Cortajake diharuskan memilih lanjut tapi tersakiti atau menyerah.