23. Decision (2)

5 1 0
                                    

Di kamar Cyan di Istana Lukedonia....

Dikarenakan Cyan adalah tamu di Lukedonia dan ia menginap di sini selama beberapa hari lamanya, Lascrea menyediakan kamar yang rapi dan bersih untuk Cyan. Kamar tersebut terletak di Lantai dua nomor delapan dari arah barat. Saat ini, tampak Cyan sedang memandang bulan dari jendela yang terbuka. Ia menghela nafas selama beberapa kali. Itu karena dadanya terasa begitu sesak dan berat akibat ia sedang merasakan kesedihan yang luar biasa. Ya, siapa sangka keinginan Lascrea adalah hal serius, bukannya sebuah lelucon. Bila ia mematuhi keinginan Lascrea, maka dampak yang muncul adalah ia harus berpisah dengan orang yang ia sayangi. Seperti Seonju, Kakek Sowon, dan....

"Cyan....!!!!" panggil Shinwoo dengan riang. Ia menggerakkan kedua tangannya ke atas lalu menggerakkan telapak tangannya berlawanan arah tanda menyapanya.

"Hai, Cyan," sapa Ikhan sembari memperbaiki kacamatanya lalu tersenyum ke arah Cyan.

"Pagi, Cyan," sapa Yuna lalu ia mengangguk sembari tersenyum.

"Ayo kita berangkat, Cyan!" ajak Sui sembari tersenyum.

Selain membayangkan mereka berempat, Cyan juga membayangkan satu sosok lagi. Siapa lagi kalau bukan Rai?

Terbayang olehnya Rai yang menatapnya dengan tatapan serius, sendu, atau ketika ia sedang menatap ke arah jendela padahal seorang guru sedang menjelaskan sebuah materi pelajaran. Tidak hanya Rai. Ia juga teringat dengan M-21, Tao, dan Takio. Cyan kembali menghela nafas lalu ia menjatuhkan dirinya ke kasur. Ia miringkan dirinya ke kiri lalu ia pun menutup kedua matanya, tidur. Ia biarkan jendela tetap terbuka sehingga cahaya bulan masuk ke kamar dan menerpa dirinya beserta kasurnya.

Ya, ia tidak sanggup meninggalkan mereka berempat. Bahkan Seonju dan Kakek Sowon karena ketika ia memejamkan kedua matanya, bayangan Seonju dan Kakek Sowon hadir dalam pikirannya. Ia remas tangan kirinya dan sekali lagi ia menghela nafas kemudian ia memutuskan untuk benar-benar tidur.

Insert song: Etoile by Oh My Girl

.
.
.
°°°°°°°°°°°°°°° N∅b|£§§€ °°°°°°°°°°°°°°°°°
.
.
.

Siapa sangka kesedihan tidak hanya dialami oleh Cyan. Seonju juga merasakan hal yang sama. Tampak ia sedang berdiri di atas jurang sembari menatap hutan-hutan yang sudah bersih dari kebakaran walau secara menyeluruh hutan-hutan tersebut belum sepenuhnya bersih. Seonju menghela nafas dan ia biarkan rambut dan jubah werewolfnya terbang diterpa angin yang berhembus agak kencang. Ia tatap telapak tangannya lalu muncul bayangan Cyan, Kakek Sowon, Shinwoo, Ikhan, Sui, Yuna, dan Rai. Ia juga teringat dengan Tao, Takio, bahkan M-21.

"Haah...."

Daripada pusing, lebih baik ia patroli untuk memastikan tidak ada serangan dadakan dari musuh yang tidak dikenal yang datang ke tanah ini maupun adanya pohon gosong yang belum ditebang. Ia melompat dari satu pohon ke pohon lain. Lumayan menenangkan hati, begitu pikirnya. Ia pun terus menerus melompat dan ia mengitari Tanah Werewolf tanpa ada satu titik pun terlewat. Perlu waktu lama untuk melakukan patroli dan setelah selesai patroli, ia kembali ke tempatnya semula lalu ia memilih tidur di rerumputan di sekitar jurang. Ia pejamkan kedua matanya dan tidak lama kemudian ia tertidur lelap.

🌇 🌇 🌇 🌇

Tidak hanya Seonju dan Cyan, Kakek Sowon juga ikutan galau. Tampak ia sedang meminum teh sembari menatap sebuh foto. Ya, ia sedang menatap sebuah foto tentangnya dengan Cyan yang berdiri di sebelah kanan dan Seonju di sebelah kiri. Tampak mereka berfoto dengan latar belakang rumah mereka di Kota Seoul. Ia yang melihat foto tersebut malah tersenyum getir. Ia masukkan foto itu ke saku di balik jasnya lalu ia kembali menyesap tehnya ditemani oleh cahaya rembulan yang menerpa kamarnya, guna menyembunyikan rasa sesak di dadanya akibat kesedihan karena ia harus berpisah dengan dua entitas yang sudah ia anggap seperti cucunya sendiri. Ia habiskan teh di cangkirnya kemudian ia tuangkan lagi teko berisi teh ke dalam gelas dan ia pun kembali menyesap tehnya lagi.

Noblesse: Between Past & NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang