12

2.1K 166 17
                                    

Sosok laki-laki bertubuh jangkung lengkap dengan pakaian serba hitamnya terlihat keluar dari mobil berwarna hitam pekat sembari membawa sebuah ransel yang ia gendong di belakang punggung. Laki-laki itu berjalan menghampiri sebuah tembok besar yang menjadi pembatas antara jalanan sunyi dan juga halaman belakang kediaman Elgarenth. Laki-laki itu berusaha memanjat tembok besar yang menjadi penghalangnya untuk memasuki kediaman sang CEO terkenal itu.

Sssrrttt ssrrrtt..

"Aman, dari sekarang lo harus udah stay di depan gerbang" ucap laki-laki misterius itu sembari berusaha berbicara melalui alat komunikasi yang terpasang di salah satu telinganya. Tubuhnya kembali bergerak untuk memanjat tembok besar yang kini sudah berhasil ia naiki sepenuhnya. Laki-laki itu melompat dengan lihai lalu berlari menuju pekarangan kediaman Elgarenth yang terlihat sepi di siang hari ini.

Hati-hati, kak.. - ucap seseorang yang berasal dari alat komunikasi yang berada di genggaman sang laki-laki misterius.

"Gausah banyak bacot anjing, lo diem aja disitu" ucap Jean. Ia kini tengah mengendap-ngendap untuk mengelilingi seluruh sudut luar kediaman Elgarenth dengan penampilan misteriusnya.

Satu objek tertuju, seorang Jeandra Valino yang beberapa minggu yang lalu baru saja bebas dari penjara itu tiba-tiba saja terfokus terhadap apa yang sedang dilihat oleh kedua bola matanya. Kedua bola matanya menangkap seorang wanita paruh baya yang tengah terduduk santai diatas sofa ruang tengah, Jean bisa melihatnya dari arah jendela besar yang ia intip. Di dalam sana terdapat Irene yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya di luar sini.

"Target ketemu, lo harus siap dari sekarang! " ucap Jean. Ia kembali menghubungi sang adik yang berada di beda tempat.

Cepet lakuin, kak. udah gasabar pengen liat nenek-nenek ambruk! - balas Lean melalui alat komunikasi.

Salah satu tangan Jean pun kini mulai bergerak untuk membuka ranselnya yang sedari tadi berada di belakang punggung. Ia membuka ransel itu untuk mengeluarkan sebuah benda berbahaya yang sebentar lagi akan Ia gunakan untuk mengganggu wanita tidak bersalah itu. Jean tersenyum licik, Ia mulai mengangkat pistol kecil yang dibawa olehnya dan pistol itu pun kini diarahkan terhadap Irene yang masih berada di dalam sana. Tanpa merasa kasihan sama sekali, Jean pun mulai menarik pelatuk pistol itu hingga menghasilkan suara yang cukup menggelegar.

Dor! - Satu tembakan berhasil lolos dan keluar. Tembakan itu menembus kaca jendela yang berada di hadapan Jean dan berhasil mengenai Irene yang langsung berteriak histeris merasa ketakutan. Jean bisa melihat bagaimana pelurunya itu sudah berhasil membuat salah satu bahu Irene mengeluarkan darah. Namun tanpa disadari, Irene ternyata tidak menyerah begitu saja. Wanita itu berusaha berbalik untuk melihat keberadaannya yang berada di pekarangan rumah. Wanita itu berteriak ke arahnya sembari berusaha berlari menghampirinya dengan diiringi rasa sakit yang membekas.

"Berhenti.. ash! " teriak Irene dari dalam. Ia berusaha berlari menghampiri Jean yang kini sudah tidak ada di tempat alias berhasil kabur. Langkah Irene pun seketika ambruk setelah Ia merasakan perih dan juga nyeri secara bersamaan terhadap bahu kanannya. Dan kini ia pun berusaha mengotak-atik handphonenya dengan mata yang berkaca-kaca.

Tut........ Tutt....... Tut........

Satu panggilan tidak dapat dihubungi.

Tut..... Tut..... Tut.......

Tubuh Irene lemas. Ia tidak sanggup untuk berdiri karena rasa sakit dari luka tembaknya yang terus saja menyerang. Bahkan darahnya sedari tadi bercucuran deras akibat dari luka tiba-tiba itu.

Tut...... Tut....

Halo, ma...

"Karinh... t-tolongin..... M-mah-ma... "























































ILY Sister - winrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang