10

68 10 1
                                    

Maaf jika typo bertebaran 🙏

-

-

-

   Di suatu taman yang dipenuhi warna-warni bunga, Sing duduk bersandar pada punggung pohon besar milik Zayyan. Malam itu, langit berhiaskan bintang-bintang yang berkelip, seolah ikut merasakan kesedihan yang menggelayuti hati Sing. Zayyan, yang duduk di sampingnya, tidak bisa menahan perasaannya saat melihat wajah sahabatnya yang begitu penuh duka.

"Zayyan," mulai Sing dengan suara bergetar. "Aku... aku merasa hancur." Ia menatap ke arah langit, berusaha menahan air mata yang ingin jatuh. "Orangtua ku... mereka akan berpisah. Dan mereka merebutkan hak asuh ku hanya karena harta. Bukan karena aku adalah anak mereka."

Zayyan mendengarkan dengan seksama, hatinya teriris mendengar cerita Sing. Ia tahu bahwa perpisahan orang tua adalah hal yang menyakitkan, tetapi apa yang dialami Sing jauh lebih dalam dari sekadar perpisahan biasa. "Tapi, Sing... kau bukan harta yang bisa diperebutkan. Kamu adalah anak mereka, dan itu yang terpenting," Zayyan mencoba memberikan semangat.

Namun, kata-kata itu tampaknya tidak cukup untuk mengendurkan ketegangan di dada Sing. Ia mulai menahan air mata, tetapi tak lama kemudian, air mata itu pun tumpah. Zayyan, yang menyadari betapa berat beban yang dipikul Sing, mengulurkan tangannya dan mengelus pundaknya lembut.

Namun, elusan itu justru membuat Sing semakin tidak bisa menahan tangisnya. Dalam sekejap, ia menatap Zayyan dengan mata penuh rasa sakit dan ketidakberdayaan. Tanpa berpikir panjang, ia melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Zayyan, memeluknya erat. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Zayyan. Aku merasa sendirian."

Hati Zayyan hancur melihat sing dalam keadaan seperti itu. Ia merasakan kepedihan yang dalam, seakan setiap detak jantungnya bergetar seiring dengan tangisan Sing. Ia membalas pelukan itu, memberikan kekuatan yang diharapkan bisa menghapus sedikit rasa sakit yang dialami Sing.

"Sing, kamu tidak sendirian. Aku ada di sini untukmu," Zayyan berbisik lembut. Ia ingin berjuang bersama Sing, memberikan dukungan yang tak tergoyahkan. "Apapun yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama."

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, dua sahabat terikat dalam pelukan yang hangat. Meskipun beban di hati Sing terasa berat, ia tahu bahwa setidaknya, ia tidak sendirian dalam perjalanan yang sulit ini. Dan dengan kehadiran Zayyan, ada harapan kecil yang mulai tumbuh di antara kesedihan yang menyelimuti.

Malam itu, perasaan Sing benar-benar hancur. Rasa sakit akibat kemungkinan perpisahan orang tuanya menghimpit dadanya, dan air mata yang terus mengalir membuat segalanya terasa semakin kelam. Namun, di tengah kesedihan yang menyelimuti hatinya, kehadiran Zayyan membawa sedikit ketenangan. Ia bisa merasakan dukungan dan kehangatan darinya, yang selalu ada di sampingnya.

Zayyan, meski berusaha menenangkan Sing, juga berjuang dengan perasaannya sendiri. Dalam hati, ia tahu bahwa mencintai Sing adalah sebuah kesalahan. Cinta dengan beda dunia ini hanya akan menambah beban di pundaknya, dan ia takut jika Sing tahu, hubungan mereka akan hancur. Tidak ingin menambah kesedihan di hatinya yang sudah remuk, Zayyan berusaha menyimpan perasaan itu rapat-rapat.

“Sing,” Zayyan akhirnya memecah keheningan malam. “Tidurlah. Besok, jika kau merasa sudah tenang, aku akan mengantarmu pulang untuk menemui orang tuamu. Kita harus menyelesaikan masalah ini.” Suaranya tenang, berusaha memberikan kepastian di tengah kekacauan yang melanda.

Sing menatap Zayyan, matanya yang merah dan bengkak mencerminkan segala kesedihan yang dirasakannya. Ia mengangguk pasrah, seolah menerima kenyataan pahit yang harus dihadapi. “Terima kasih, Zayyan. Aku… aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa kamu.”

Zayyan merasakan hatinya bergetar mendengar kata-kata itu. Ia ingin mengulurkan tangan dan menenangkan Sing lebih jauh, tetapi ia juga tahu batasan yang harus dijaga. “Aku akan selalu ada untukmu, Sing. Tak peduli apapun yang terjadi,” katanya dengan tulus.

Setelah beberapa saat dalam keheningan, Zayyan membantu Sing berbaring di rumput yang lembut, masih di bawah langit malam yang berkilauan. Dengan lembut, ia menutupi Sing dengan jaketnya, berusaha memberikan kenyamanan di saat-saat yang sulit ini. Zayyan duduk di sampingnya, memperhatikan wajah Sing yang mulai tertidur, meskipun sesekali isak tangisnya masih terdengar.

Saat Sing terlelap, Zayyan terbenam dalam pikirannya sendiri. Ia menghela napas, merenungkan kerumitan yang ada dalam hatinya. Betapa sulitnya mencintai seseorang yang sedang berjuang dengan rasa sakit yang mendalam. Ia tidak ingin menambah beban, namun di saat yang sama, ia merasa terikat pada Sing dengan cara yang sulit dijelaskan.

“Jika kau tahu, Sing…” bisiknya pelan, seolah berharap angin malam dapat membawa kata-katanya kepada Sing. “Aku ingin melihatmu bahagia, meskipun itu berarti aku harus berada di belakangmu, jauh dan hanya bisa menatap mu dari jauh”

Zayyan menatap bintang-bintang yang bersinar di langit, berharap agar malam ini membawa harapan untuk mereka berdua. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Sing, tidak peduli seberapa menyakitkan itu untuk hatinya sendiri. Dalam kegelapan malam yang damai, dua jiwa yang terikat dalam pertemanan menghadapi rintangan yang belum diketahui, tetapi bersama-sama, mereka akan berusaha untuk melewati semuanya.






happy Reading 🥰🔥

different world ( xodiac sing zayyan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang