Setelah menyantap bubur jagung yang di bawakan Ahjumma dan meminum obatnya, Haram merebahkan tubuh di atas ranjang. Bertukar pesan bersama Anna dengan senyuman lebar dan tawa kecil akibat candaannya yang berhasil membuat si gadis cantik di seberang sana kesal.
Haram dan Anna memang baru berteman 1 tahun ini, tepatnya saat mereka di tingkat akhir sekolah dasar, namun keduanya merasa nyaman satu sama lain membuat pertemanan mereka lekat. Bahkan Anna meminta kedua orang tuanya untuk bisa bersekolah di tempat yang sama dengan Haram meski jarak rumahnya cukup jauh dari sekolah."Mengapa Princess itu menggemaskan sekali" Gumam Haram seraya menatap foto yang baru saja Anna kirim
"Kau cantik, baik dan penyayang, Anna. Aku harap suatu hari nanti kau memiliki pasangan yang teramat menyayangi dan mencintaimu"
Ibu jarinya mengusap layar ponsel yang masih memperlihatkan foto si gadis cantik, menatapnya lekat dengan senyuman. Haram tiba-tiba saja menoleh ke arah pintu saat mendengar suara gaduh di luar sana, dahinya mengernyit kemudian bangkit perlahan dan berjalan ke arah pintu.
Haram membuka pintu dan keluar dari kamar, ia menoleh kemudian berjalan pelan ke arah kamar sang adik bungsu dengan kedua lengan yang memeluk tubuhnya sendiri. Berdiri tepat di depan pintu yang sedikit terbuka, tatapannya mengedar menatap dan mengabsen keluarganya di sana yang mengelilingi ranjang sang adik, semua lengkap dan terlihat kompak menunjukkan wajah cemas.
Haram menjulurkan tangan kanannya hendak mendorong pintu dan masuk namun terhenti, entah mengapa ia merasa ragu dan takut untuk bergabung bersama mereka, ia meremas telapak tangannya dan membalikkan tubuh setelah tahu keadaan sang adik, berjalan pelan untuk kembali ke kamarnya.
"Aku senang jika mereka begitu menjaga Canny dan mengkhawatirkannya" Gumam Haram yang baru saja menutup pintu dan bersandar di daun pintu.
Beberapa saat hanya diam akhirnya gadis itu membawa langkah lemasnya kembali menaiki ranjang, menutup tubuhnya dengan selimut dan memejamkan mata dengan kedua tangan terlipat di atas tubuh.
°°°°
Jam makan malam tiba, semua gadis Park telah berada di meja makan termasuk si bungsu yang merengek ingin makan bersama mereka. Chaeyoung dan Mark tentu mengizinkannya karena tak ingin sang anak terus menangis dan malah akan memperparah sakitnya. Ah ralat, tidak semua gadis Park disana, seperti biasa Haram terlupakan, gadis itu masih asik memejamkan matanya meski dengan tubuh yang menggigil.
Entah mengapa tubuh Haram seperti menolak obat-obatan yang masuk ke dalam tubuhnya meski hari ini ia telah meminum beberapa butir obat namun demamnya tak kunjung reda dan malah semakin menggigil juga merasakan sakit di bagian ulu hatinya. Haram meringkuk dengan dahi dan tubuh yang bersimbah keringat dingin, di balik selimut tebal dan mantel yang ia gunakan, rasa dingin itu menyebar dan membuatnya semakin tak nyaman.
"Eom-ma, Eo-nnie" Lirih Haram memanggil orang tua dan keempat kakaknya, meski mereka tak bisa mendengarnya.
Ahjumma yang tengah membereskan peralatan bekas memasak kemudian terdiam, teringat pada Nona muda yang tengah sakit juga. Ia menegakkan tubuh dan menatap meja makan, hanya satu kursi yang tak terisi membuatnya di landa kegusaran dan tanpa basa-basi menghampiri meja makan.
"Maaf Tuan, Nyonya, apa Nona Haram tidak bergabung?" Tanyanya membuat mereka menoleh dan tersadar
"Maja Haram, aku lupa. Biar aku yang memanggilnya" Pharita si kakak kedua kemudian bangkit dan berjalan menaiki tangga menuju kamar sang adik.
Ia mengetuk pintu berulang kali namun tak mendapatkan jawaban, Pharita menghela nafas dan memutar kenop pintu. Dahinya mengernyit mendapati kamar yang redup temaram, Pharita berjalan masuk dan meraba dinding untuk menghidupkan lampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babymonster Rami || So Far Away
FanficCeritaku hanya sampai disitu, tak ada kelanjutannya kalian menutup paksa buku yang masih berusaha ku tulis dengan tinta kalian menghentikan cerita yang baru akan ku mulai dengan aksara penuh makna semakin ku berusaha kembali meng-eja-nya, semakin ka...