Surat Cinta

3K 267 17
                                    


Bila cinta datang karena terbiasa, bagaimana dengan sayang?

Sayang datang seiring berjalannya waktu.

***

Yuki berjalan menuju lokernya setelah bel pelajaran terakhir berkumandang. Gadis ayu itu menenteng sejumlah buku tebal. Saat membuka pintu lokernya, awalnya ia merasa biasa saja tapi ketika hendak menutup pintu persegi itu, matanya menangkap sesuatu.

sepucuk kertas dengan warna favoritnya ungu soft menempel di belakang daun pintu. tangannya dengan pelan mengambil kertas itu, membuka lipatan kertas itu penuh dengan perhitungan.

cinta? ini lebih dari rasa itu.
rasa ini jauh lebih indah dan suci.

Rasa yang tumbuh dengan waktu yang lama.
Bukan dengan sekali aku melihatmu lalu rasa ini muncul.

from A to Y.

Yuki mengedarkan pandangannya kesekeliling, tapi sekolah ternyata sudah sepi. lalu dari siapa surat ini?

Matanya tajam namun meneduhkan, bibirnya tipis dengan rahang kokoh yang terlihat jantan. Bibir itu seketika melengkung melihat gadisnya kembali memasukan sebuah surat kedalam lokernya. Lalu kebiasaan tiga bulan terakhir ini kembali ia lakukan, mengikuti gadisnya kembali ke rumahnya yang memang tak jauh dari sekolah.

Memastikan gadisnya pulang dengan selamat, walau  tidak secara langsung.

***

Yuki berjalan dengan kaki pincang, sesekali gadis itu mendesis kesakitan. dua hari yang lalu saat latihan lari kakinya mengalami cedera, hingga sekarang.

Ternyata pilihannya untuk masuk kesekolah hari ini adalah pilihan yang kurang tepat. matahari ternyata sedang semangat memancarkan sinarnya, hingga membuat kepala seakan menjadi kompor siap pakai.

Yuki menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya. duduk dibawah pohon rindang sambil membaca komik, pelajaran masih satu jam lagi di mulai, jadi dia memutuskan bersantai sebentar ditempat favoritnya.

"Kenapa tadi nggak bawa air ya. Ah, dasar Yuki bego."

Kesalnya pada dirinya sendiri. haus mulai menjamah kerongkongannya. Yuki clingak-clinguk mencari seseorang yang mungkin bisa membantunya membeli minum, tapi nihil tak ada orang satupun disana.

Tempat favorit Yuki memang tempat yang jarang bahkan tak pernah didatangi oleh murid yang lain.

Yuki ingin berdiri dan membeli minum sendiri, tapi rasa nyeri pada kakinya membuatnya malas untuk bergerak.

"Tidur aja deh, biar ausnya ilang." putusnya. kemudian buku komik yang sedari tadi berada dipangkuannya, lalu menggunakannya untuk menutup wajah. Tubuhnya bersandar pada pohon dibelakangnya.

Tak butuh waktu lama untuk yuki mengarungi dunia mimpi.

***

laki-laki itu menggeleng melihat yuki tertidur dibawah pohon.

"Bisa-bisanya dia tidur di situ, ck." laki-laki itu berdecak.

Dengan pelan ia berjalan mendekati Yuki. Sesampainya ia dihadapan Yuki, dia membungkukan badannya hingga wajahnya sejajar dengan wajah Yuki yang tertutup buku. Tangannya dengan hati-hati mengambil buku itu dari wajah Yuki, senyumnya mengembang saat matanya menelusuri setiap jengkal wajah yuki.

"Manisnya." gumamnya pelan.

dia mengernyit ketika melihat keringat mengalir dari pelipis Yuki, ia lalu mengusapnya pelan.

Surat cinta (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang