11. Mahasiswa Pindahan Baru

16 8 11
                                    

Semakin aku berusaha untuk mendekatinya, serta membuka kenangan bersama di masa lalu ... dia malah semakin membenciku ... apakah dia sudah benar-benar melupakanku? Sebenarnya siapa wanita yang dicintainya di dunia manusia ini?

Di sepanjang kelas, Elysia hanya melamun menatap Lumiere dari kejauhan.

Pikirannya sangat berantakan. Dia bahkan memutuskan untuk tidak mendatangi kencan buta yang telah dipersiapkan oleh Graziella untuknya dan lebih memilih untuk menenangkan diri di ruang musik.

Elysia bersenandung lirih diiringi denting permainan pianonya. Dia memainkan sebuah melodi indah yang pernah dimainkan oleh Lumiere ketika mereka berada di Callestera. Dan sebenarnya Elysia cukup baik memainkan beberapa alat musik.

"Ulysses, apakah semua yang kulakukan ini hanya sia-sia? Dia sudah mencintai gadis lain dan melupakanku ... dia juga sangat kasar padaku. Dia bukan seperti pangeran Lumiere yang aku kenali sebelumnya ... mereka berdua seperti dua pria yang berbeda ..." gumam Elysia usai mengakhiri permainan musiknya. Dia menengadahkan jemari lentiknya, membiarkan kupu-kupu Ulysses hingga di atasnya.

"Putri Elysia, aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Namun, jika aku diberikan kesempatan, maka aku tidak akan pernah melepaskannya begitu saja. Aku akan terus berjuang dan mempertahankannya. Pangeran Lumiere begitu mencintai tuan putri. Dia tidak akan melupakan tuan putri dengan kesengajaan ... dia bahkan rela mengorbankan dirinya untuk tuan putri."

Jawaban Ulysses sukses membuat Elysia membeku. Seketika potongan ingatan disaat sang kekasih menjadi perisai untuknya 1000 tahun yang lalu, kembali memenuhi angannya. Tidak dia sadari, lelehan hangat sudah membasahi pipinya. Bulir bening yang membasahi pipi putihnya perlahan menjadi sebuah kristal yang berkilauan dan terjatuh di atas lantai.

"Hhm. Terima kasih, Ulysses. Aku tidak akan menyerah ... dan aku akan kembali membawanya ke Callestera."

"Tuan putri pasti bisa melakukannya ..."

Elysia mengukir seulas senyum. Dia meraih tasnya lalu meninggalkan ruang musik.

Tidak berselang lama, seorang gadis cantik berambut ikal dengan warna light purple memasuki ruang musik mententeng sebuah biola.

"Dia selalu saja berbicara dengan seekor kupu-kupu. Apa dia sudah gila? Tchhh ... cantik-cantik, tapi ternyata tidak waras ..." desisnya penuh rasa tidak suka. "Bahkan dia juga ceroboh dan meninggalkan ponselnya!" imbuhnya menemukan sebuah ponsel di dekat piano.

Pandangannya kini beralih menatap seasuatu yang berkilauan di atas lantai.

"Hah? Apa ini?" gadis itu menemukan sesuatu yang berkilauan di atas lantai.

Dia memungutnya lalu menelisiknya, "Batu permata biru?" gumamnya berpikir keras.

CEKLEKK ...

Pintu terbuka kembali. Terlihat Elysia mendatangi ruang musik dengan terburu dan mencari sesuatu di sekitar alat musik piano.

"Kamu mencari ini?" gadis berambut light purple itu menyodorkan sebuah ponsel yang baru saja dia temukan.

"Ahh, iya. Ternyata tertinggal saat aku bermain musik. Terima kasih sudah menyimpannya." ucap Elysia tulus dan berlalu.

Bukannya menjawabnya, gadis berambut light purple itu malah terdiam menatap kepergian Elysia penuh rasa bingung.

"Mengapa di wajahnya ada permata-permata kebiruan kecil seperti ini?" gumamnya kembali menelisik batu permata yang baru saja dia temukan.

"Sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan. Aku harus cari tau!" gumam gadis berambut light purple itu.

Dia adalah Azel. Seorang primadona di Loveland University. Namun, statusnya tergeser setelah kehadiran Elysia. Dia bahkan sangat tidak menyukai Elysia karena kecantikannya tersaingi.

Callestera Princess Crosses the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang