bab 4

46 16 1
                                    

Entah apa dengan diriku. Sejak tadi dia mengantar aku pulang. Aku tak bisa menyingkirkan bayangan nya didalam otak ku. Aku semakin penasaran dengan orang itu. Menurutku Zein orang yang baik, tapi kenapa semua murid disekolah ku tak mau berteman dengan dia, di tambah mentari mennyuruhku untuk tidak berdekatan dengan dia. Pertanyaan itu terus menghantui pikiran ku.

Hujan membasahi semesta yang penuh misteri ini. Daun daun basah karena ulahnya. Diiringi dengan gelapnya malam yang menambah suansana sahdu. Sekarang aku sedang berada dimeja belajar sambil melihat jendela kaca dirumahku basah karena hujan.

Alunan lagu perfect by ed sheeran menggema dikamarku diiringi rintik hujan yang sahdu.

"Ada apa dengan diriku"

Aku pun bingung ada apa dengan diriku. Karena semakin larut dengan pikiranku, aku terkejut karena ada suara yang mengkagetkan aku.

"Kenapa belum tidur" Lelaki itu berucap dengan nada menyelidik.

"Belum ngantuk. mas sendiri kenapa belum tidur" Ya betul lelaki tadi adalah bentala kakak ku.

"Lagi mikirin apa sih. sampai mas ketuk pintu ga nyaut"

"Mas. ren boleh tanya?"

"Tanya apa?"

"Mas. tau zein"

"Siapa? zein banyak kali dek"

"Yang tadi nganterin aku" Kakak ku mematung karena perkataan ku.

"Kenapa"

"Kira kira kenapa dia diasingkan sama temen temen disekolah"

"Mas ga tau" Ucap kakakku seolah olah menghindari perkataan ku dia pun pergi meninggalkan aku sendiri dikamarku.

Aku semakin penasaran ada apa dengan dia. Seharusnya kakak ku tau tentang kenapa semua murid mengasingkan zein. Karena kakak ku tepat tahun lalu dia lulus.

Karena semakin larut dengan pikiran. Aku tertidur dimeja belajar. Meninggalkan semua pertanyaan pertanyaan diotak ku.

Pagi pun tiba sinar sang mentari memasuki celah celah jendela mengakibatkan aku terganggu dalam tidurku.

"Sudah pagi ternyata"

Hari ini adalah hari minggu dimana semua orang tidak berkerja dan menghabiskan waktu bersama keluarga tak terkecuali aku.

Seperti saat ini aku sedang bersepeda dengan mas dan adekku. Didaerah stadion manahan.

"Mas. tunggu adek" Terikan nyaring dari pelita.

"Ndak mau" Ucap mas bentala yang sedang menggoda pelita. Begitulah bentala, dingin ketika bersama orang asing tapi hangat ketika bersama keluarga.

"Ayo mas cepet. Tinggalin pelita" Sambil tertawa aku menggoda pelita.

"Didepan kita berhenti ya istirahat" Ucap mas Bentala

Tepat dibawah pohon kita berhenti.

"Ren. Beli minum sana mas tunggu disini" Sambil menyerah kan uang lima puluh ribu mas bentala mennyuruhku untuk membeli minum.

Ketika aku sedang mengantri untuk membayar aku tak sengaja melihat seorang yang menghantui pikiran ku akhir akhir ini. Entah apa yang di lakukan anak itu hingga sampai disini.

jangan lupa vote dan komen

makasih

Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang