Happy Reading✨
"Nimas?"
Satu kata itu cukup membuat degup jantung Citra berdebar. Perasaan apa ini? Kenapa jantungnya tiba-tiba saja berdebar ketika pria asing itu memanggilnya dengan sebutan Nimas? Hatinya berdesir bercampur gelisah. Citra tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan saat ini.
Pria itu berbicara dengan nada yang lirih, raut wajahnya seolah melihat seorang hantu, tatapan matanya pun penuh dengan teka-teki. Cukup lama pria itu menatap gadis yang kini kebingungan akan situasi yang sekarang sedang ia hadapi, Citra diam mematung tanpa sepatah kata pun.
Banyak sekali pertanyaan yang kini berada dibenak mereka, namun yang jelas pria itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberi oleh Sang Hyang Widhi atas doa-doanya yang selalu ia panjatkan selama ratusan tahun lamanya.
Ia perlahan mendekati gadis dihadapannya, lalu mengenggam kedua tangan itu dengan lembut, dan berkata.
"Bisakah Nimas memberikan aku satu kesempatan lagi? Untuk menjelaskan perihal kejadian itu?" Suaranya tegas berwibawa namun menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Tubuh Citra seperti diserang oleh listrik ribuan volt, merasakan getaran aneh ketika pria asing itu mengenggam tangannya. Iris mata coklatnya seakan terhipnotis oleh tatapan tajam namun teduh dari pria tersebut. Citra tidak mengerti apa lagi yang sebenarnya sedang terjadi.
Satu tetes air mata lolos dari pelupuk pria tersebut. Jelas sekali dalam tatapannya, pria itu memancarkan cahaya harapan yang kembali bersinar. Berharap semuanya tak terlambat untuk ia perbaiki. Citra memperhatikan itu semua, hatinya tiba-tiba merasa sakit. Seperti ada jarum yang menusuknya hingga ia ingin menjerit.
Namun, diri yang lain dalam tubuhnya berkata untuk melepaskan pria asing itu. Sungguh aneh tiba-tiba seorang pria datang menghampiri memanggilnya Nimas, mengenggam tangannya, lalu menangis. Citra merasa ini bukanlah hal benar. Mungkin saja pria itu salah mengenalinya. Atau mungkin pria itu sama seperti dirinya sedang melakukan pemotretan? Tanpa sadar mungkin larut dalam dialog naskahnya.
Citra menarik kedua tangannya begitu saja, yang membuat pria tersebut menatapnya tak percaya.
"Maaf, sepertinya Anda salah orang. Permisi." Citra tak mau terlalu lama disana bersama orang asing. Ia takut terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan.
Citra pun melewati pria tersebut yang masih diam bergeming. Mencoba mencerna apa yang terjadi. Hampa dan kosong pria itu rasakan ketika mendengar bahwa wanita yang ia rindu kehadirannya berkata bahwa ia tak mengenalinya. Ia tidak mungkin salah orang, kan?
Wanita itu adalah putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda. Yang kecantikannya dalam lukisan terkenal ke seluruh antero Kerajaan Majapahit. Wanita yang pernah ia lamar untuk dijadikan permaisuri. Wanita yang juga harus mengakhiri hidupnya untuk melindungi kehormatannya. Karena kesalahpahaman yang terjadi, ia harus menanggung penderitaan dan rasa bersalah seumur hidupnya.
Apakah ini benar kesempatan yang diberikan Sang Hyang Widhi dan alam semesta untuknya? Tapi kenapa semuanya tak berjalan semestinya? Kenapa wanita itu tak mengingatnya? Cukup lama ia hanya berdiri dengan tatapan kosong, pria itu pun membalikan badannya dan menyusul bayangan dari Citra yang perlahan menjauh.
Citra memijat pelipisnya yang mulai pusing, kenapa kedatangannya ke Yogyakarta membawa berbagai kejutan yang tak terduga? Dari hari pertama ia berangkat pun, Citra merasa bahwa ada sesuatu yang seperti tengah menunggu kehadirannya disini. Kenapa perjalanan ini tidak bisa lebih damai saja? Tidak, Citra harus segera kembali ke tempatnya sebelum pria itu menyusulnya.
Namun terlambat, sekarang di sampingnya terdengar langkah kaki yang cukup menggema mendekat. Tak menghentikan langkah kakinya, Citra terus berjalan tanpa memperdulikan pria itu yang mencoba berbicara kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST CHANCE
Historical FictionJika kita bertemu kembali, maukah kamu memberikan ku kesempatan terakhir?