31 || Permen kristal ungu

6 1 0
                                    

Silahkan menikmati bab ini.

Mata Kyle dan Isabella membelalak karena terkejut saat mereka mencerna informasi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Kyle dan Isabella membelalak karena terkejut saat mereka mencerna informasi itu. "Pangeran duyung?" Kyle bertanya dengan penasaran.

Julian menanggapi dengan anggukan tanda konfirmasi dan menjelaskan lebih lanjut. "Dia bilang, dia diperintahkan oleh sang Ratu, ibunya Marni, untuk mengawasi Marni dari kejauhan."

"Ibu Marni tahu aku orang baik, tetapi dia tetap memerintahkan pangeran duyung untuk mengawasi Marni dari jauh." Lanjutnya.

Ekspresi Kyle berubah serius saat ia menopang tangannya di dagunya, terlibat dalam perenungan yang mendalam. "Hmm.. apakah itu berarti ibunya sudah tahu siapa dirimu?"

Julian mengangguk, membenarkan hipotesis Kyle. "Ibunya tahu siapa aku. Apalagi mengingat keputusannya untuk menugaskan Pangeran duyung untuk mengawasi dan mungkin melindungi Marni dari jauh. Pasti Pangeran duyung telah membagikan informasi tentangku kepada sang Ratu."

"Apakah Marni pernah berpikir untuk kembali ke laut?" Pertanyaan Isabella menggantung di udara.

Ekspresi Julian berubah serius saat menanggapi. "Aku pernah bertanya kepadanya mengapa dia tidak kembali ke laut, mengingat siapa dia dan di mana dia seharusnya tinggal."

Pikiran Julian melayang ke masa-masa mereka sebelumnya di taman, mereka berdua menatap hamparan laut biru dengan ombaknya yang tenang. Kenangan itu terus terputar dalam benaknya, gambaran jelas terukir dalam kesadarannya.

Julian mengamati tatapan Marni yang sendu ke arah laut dan, merasakan gejolak batinnya, dia berdeham sebelum mengajukan pertanyaan. "Apakah kamu tidak punya rencana untuk kembali ke tempat asalmu?"

Marni menatapnya, ekspresinya tenang dan tegas. "Tidak, aku nyaman di sini."

Julian terkejut dengan tanggapannya. "Tapi kamu kan putri duyung," tegasnya. "Kamu tahu kamu akan kehabisan napas kalau tidak menghirup air, kan?"

Marni terkekeh pelan, tawanya terbawa angin sepoi-sepoi. "Aku tahu, tapi aku bisa kembali ke laut kapan pun aku perlu."

Julian mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu. "Tapi kamu belum kembali selama tiga hari."

Marni mengangkat bahu acuh tak acuh, tanggapannya dibumbui dengan sedikit ketidakpedulian. "Apa masalahnya? Aku yakin ibuku tidak mencariku karena dia tahu aku sudah dewasa."

Julian tersadar dari lamunannya saat Kyle memukul meja dengan keras. "Julian," katanya, suaranya serius, "Saranku, biarkan Marni pergi."

Mata Julian berubah kosong dan gelap.

Saat masih kecil, Julian sering menemani ibunya di kebun, melihat ibunya bekerja mencari uang. Hal itu sudah menjadi kegiatan rutin. Namun, Julian cemberut saat ibunya menolak untuk membantunya, dengan enggan duduk diam di karpet dibawah pohon sehingga tidak terdapat sinar matahari, sambil membawa sekeranjang apel dan permen.

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang