part 29

30 5 0
                                    

********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********

Di tempat biasa mereka nongkrong, Danny duduk dengan wajah yang terlihat murung dan penuh pikiran. Jaden, yang sudah memperhatikan sejak tadi, akhirnya melirik Travis, memberi isyarat agar Travis yang bertanya lebih dulu. Travis, yang menangkap isyarat itu, akhirnya mendekati Danny dan menepuk pundaknya pelan.

"Dann, lo kenapa? Dari tadi diem aja," tanya Travis, mencoba membuka pembicaraan.

Danny menghela napas, pandangannya menerawang sejenak sebelum ia menjawab. "Nggak ada apa-apa, gue cuma lagi mikir."

Jaden, yang tak sabar dengan jawaban samar Danny, ikut angkat bicara. "Mikir apaan? Tadi pagi kan lo berangkat sama Luna, tapi sekarang kayak kepikiran sesuatu. Jangan-jangan lo lagi cemburu kalo luna lebih deket sama Willi?"

Danny menatap Jaden tajam sejenak, tapi dalam diamnya, ekspresi wajahnya jelas menunjukkan ada hal yang mengganjal. Meski mulutnya tak mengatakan, hatinya masih terasa panas setiap kali terbayang Luna bersama Willi. Rasa cemburu yang kian hari makin sulit ia tutupi, apalagi setiap kali melihat Luna tersenyum bersama kekasihnya itu.

"Apa salahnya gue cemburu? Gue cuma nggak mau Luna disakitin, itu aja," ujar Danny, akhirnya mengakui sedikit dari perasaannya, meski tidak secara gamblang. Ia berusaha menyembunyikan perasaannya dengan berpura-pura bersikap sebagai kakak yang melindungi.

Travis dan Jaden saling bertukar pandang, mengerti bahwa alasan Danny tidak sesederhana itu. Mereka tahu bahwa perasaan Danny terhadap Luna bukan lagi sebatas perlindungan seorang kakak tiri.

"Setau gue willi, anak yang baik." Sahut jaden

"Kan dari kemarin udah gue kasih tau, kenapa nggak jujur aja sama perasaan diri lo sendiri, Dan?" Travis bertanya, mencoba membantu Danny menyadari bahwa rasa yang ia miliki mungkin lebih dari sekadar perhatian seorang saudara.

"Nah betul tuh" Jaden menjawab

Danny menghela nafas, "gak semudah itu trav, bagaimana pun dia adik tiri gue."

"Ya bener sih dann, sulit dan rumit. Kalau lo mencoba menyatakan perasaan lo, kemungkinannya antara dua__" Travis dan danny menatap Jaden dengan penuh penasaran

"Yang pertama, luna bakal menjauh dari lo tapi dia akan bersikap biasa saja dan tetap nganggap lo kakanya seperti biasanya atau yang kedua, dia tetap menjauh dan bisa jadi dia bakal menghindari lo setiap kali ada lo," Lanjut Jaden

"Woah bisa bisa hubungan yang tadinya baik bisa jadi rusak sih ini mah" Cibir Travis

Danny terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia menyadari, dalam diamnya, bahwa perasaannya sudah semakin dalam. Namun, dia takut jika mengakui semuanya akan merusak segalanya—terutama bagi Luna, yang sudah bahagia dengan Willi.

Riri berjalan cepat di lorong kampusnya meninggalkan luna yang sedang bersama willi,, pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian pagi tadi saat beberapa mahasiswa melontarkan ejekan kasar pada Luna. Ia merasa tidak terima dan ingin segera menemui Danny untuk memberitahukan semuanya. Saat melewati belokan, tak sengaja ia melihat Naomi, pacar Jaden, yang tampaknya juga sedang menuju ke arah yang sama.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang