Halo, apa kabar? Semoga baik yaa^^
Ini update pertamaku setelah Hiatus beberapa bulan kemarin. Sedikit sih, tapi selamat menikmati~
.
Jeongharu
P. Jeongwoo 19
W. Haruto 16***
"Ru, gue bagi nomor tetangga Lo dong!"
Haruto berdecak tak suka. Kakinya bahkan baru melangkah memasuki kelas, tapi teman-teman centilnya sudah memblokade jalan menuju tempat duduknya.
"Ru, titip ini ya. Harus sampai ke kak jongu loh~ Awas aja kalau Lo buang!"
Lagi, cokelat batangan mendarat tepat di atas mejanya. Tidak tahu saja mereka, kakak tetangganya itu tidak suka sesuatu yang manis. Cokelat salah satunya.
"Taruh aja deh, tapi gue ga mau kasih nomor kak jongu. Emang kalian mau tanggung jawab kalau gue digeprek?!"
"Iya elah, nanti makan siang Lo ambil aja kayak baiasa. Anw thank ya, ru~"
Muka masamnya berubah sumringah, ini yang haruto suka. Dapat makan gratis tiap ada yang menitipkan hadiah untuk jeongwoo.
Tapi tetap saja, dia akan protes pada kakak tetangganya itu. Apa-apaan dia dijadikan tukang penitipan hadiah. Iya sih tasnya kosong dan muat untuk menampung semua makanan beserta hadiah itu, tapi kan, berat jadinya!
"Widiih, bagi satu dong!"
Plak
"Bajingan! Sakit Ru, tangan Lo enteng banget sih?!"
"Ngaca, Park Junghwan! Ini bukan punya gue, jangan asal ambil. Celamitan Lo!"
Junghwan mengerucutkan bibirnya sambil mengelus jari-jari tangan kanannya. Sakit beneran sumpah, Haruto mukulnya ga kira-kira.
"Buat siapa sih emang?"
"Abang Lo."
"Hah?!"
.
Jam pulang sudah tiba, para siswa/siswi berhamburan keluar kelas dengan semangat, berbeda dengan haruto saat ini, dia dengan lesu menyeret ranselnya karena beban yang bertambah. Salahkan Jeongwoo, kenapa senang sekali tebar pesona saat mengantar jemputnya? Dia jadi kerepotan sekarang.
"Ru, tasnya bisa rusak kalau kamu seret kayak gitu!" Tegur Jeongwoo, itu tas pemberiannya saat haruto berulang tahun kemarin omong-omong.
"Nih!"
Oh! Jangan lupakan tangan kanannya yang memegang paperbag ukuran sedang, taulah isinya apa. Yep! Titipan untuk Jeongwoo seorang.
"Apaan? Kamu kasi kakak hadiah lagi?"
"Dih, pede banget kakak! Bukan Haru yang kasih, tapi temen-temen. Nih ah, ambil cepetan!"
"Yaampun galak banget sih."
Haruto mencebik.
"Kak jeongwoo gausah anter haru lagi, lah."
"Loh kenapa?"
"Haru tuh males ditanya-tanya atau dititip hadiah buat kakak. Capek tau, berat tas haru!"
Jeongwoo terkekeh, ganteng. Membuat haruto dihadapannya memasang wajah yang kian masam dengan telinga memerah.
Kalau ditanya kenapa haruto tidak bersama junghwan saja, alasannya karena adiknya Jeongwoo sekaligus teman sekelasnya itu membawa sepeda setiap hari. Junghwan jelas menolak untuk membonceng manusia gempal macam haruto.
Huh! Jadi tambah sebal kan gara-gara mengingat ucapan junghwan waktu itu.
"Bisa patah kaki gue kalau barengin Lo tiap hari!"
"Dih, cuma sebulan Hwan! Lagian emang gue seberat itu kah?!"
"Iya, berat banget."
Kurang ajar sekali, kan, teman-teman?
Lalu setelah insiden kekurang-ajaran junghwan itu, datanglah malaikat tak bersayap bernama jeongwoo. Yang dengan kesadaran penuh menawarkan tumpangan untuk tetangganya, satu arah dengan kampus adalah alasannya.
"Bareng kakak aja, Ru. Si junghwan mah ga bisa diharapkan."
"Serius, kak? Haru sih mau banget ya, tapi kakak bangun gaa? Nanti haru telat lagi, kakak kan bangunnya siang."
"Kakak tuh sebenernya bangun pagi loh, ru. Cuma mager aja kalau bangkit dari kasur."
"Yaudah, mulai besok haru bareng kakak yaa~ nanti haru bilangin ibu buat kasih uang saku ke kakak aja."
"Eh gausah, gapap-
"Iyain aja sih bang, kalau Lo ga mau kan bisa kasih ke gue~"
"Maumu!"
"Ru? Ayo mau pulang, ngga? Malah bengong!"
Lamunannya buyar, haruto bergegas menaiki motor yang dikendarai Jeongwoo. Cuaca semakin panas dan ia tidak mau terjemur terlalu lama.
.
Selama perjalanan pulang, dua insan beda usia itu tak henti mengobrol. Apa pun bisa menjadi objek pembicaraan mereka. Seperti kucing yang haruto lihat sedang menjilati cokelat sisa di pinggir jalan. Apapun yang dilihatnya, bisa menjadi bahan obrolan dan untungnya Jeongwoo menanggapi dengan baik.
Oh, omong-omong cokelat, haruto jadi teringat kejadian hari ini. Sebenarnya tidak hanya hari ini, namun sekarang haruto sudah merasa jengah. Ia tidak mau lagi menjadi pihak ketiga dari artis (Jeongwoo) dan fansnya (teman-teman centil haruto). Sudah cukup agenda titip menitip sampai disini saja.
"Kakak, besok beneran gausah anter haru lagi ya."
Katanya sambil turun dari boncengan Jeongwoo. Agak kesusahan akibat tasnya yang memberat. Katakanlah haruto berlebihan, ya memang itulah dia. Padahal tasnya hanya berisi satu buku dan sepotong pensil, yang mana apabila ditambah beberapa potong cokelat pun tidak membuat beban berlebih.
"Kenapa? Kak Kyu, kan, katamu sebulan perginya? Ini baru dua Minggu, loh?"
"Kakak udah pulang kemarin, ternyata urusannya cuma sebentar. Jadi kak jongu ga perlu repot anter jemput haru lagi."
Tangannya sibuk mengobrak-abrik isi tas, mencari titipan lainnya untuk Jeongwoo.
"Haru juga ga mau ribet-ribet tiap ada yang titip hadiah ke kakak. Padahal kakak sendiri ga suka coklat, pokoknya cokelatnya buat haru, ya!"
Kekehan lumayan kencang terdengar di telinga haruto, "iyaa, buatmu semua." Jawab Jeongwoo sambil menerima surat-surat yang diberikan haruto.
"Makasih banyaaak banyaaaaaaak ya, kak jongu. Udah mau direpotin sama ibu sama kak Kyu buat anter-anter haru."
"Iyaa sama-sama, padahal gapapa loh kalau mau dianter kakak terus."
"Engga deh makasih, temen-temen haru centil semua. Lagian haru ada kak Kyu~"
Jeongwoo mencebik, "iya iyaaa, yaudah sana gih masuk, istirahat."
Haruto tersenyum lalu melangkah meninggalkan Jeongwoo yang masih nangkring di atas motornya, sambil sesekali melambai. Setelah tubuh jangkung haruto ditelan pintu, barulah Jeongwoo melajukan motornya pulang ke rumah.
"Ga bisa pergi lebih lama apa si Junkyu itu?! Segala balik lebih cepat, biar apa sih!"
-fin-
KAMU SEDANG MEMBACA
One shot | Haruto Harem
FanfictionHaruto x All (BxB) Seringkali menjadi lapak 'menyakiti Ruto' •́ ‿ ,•̀ Tolong untuk bijak dalam memilih bacaan! ©harubeeiys