es krim

245 34 5
                                    

Genangan air pada halaman depan rumah dua lantai menjadi pusat perhatian lelaki bersurai merah yang tengah asik bermain air.

Lelaki itu berlarian kesana-kemari, suara tawa nya mengalun membuat beberapa orang didalam rumah tersenyum lebar.

"Mami!

Yang dipanggil menghentikan larinya sejenak, "kenapa Elya?" Di usapnya peluh di pelipisnya sambil mengatur nafasnya.

"Mau es krim ngga?!" Teriak Elya dari depan pintu.

"Mauu!!" Caine berjalan menghampiri Elya dengan riang. Namun suara berat dari dari belakang menghentikan langkahnya. Senyumnya mengembang saat melihat pria tegap dengan jas hitam yang disampirkan di pundaknya tersenyum padanya, kaki mungilnya berlari tanpa melihat sekitar karena fokusnya sekarang hanya pada pria yang berdiri disana.

"Jangan lari sayang!"

Suara benda jatuh mengagetkan semua penghuni rumah, mereka bergegas melihat keluar rumah.

Pandangan mata mereka menangkap seorang pria yang jatuh telungkup diatas genangan air dengan sedikit lumpur yang mengenai wajahnya.

"Jangan ketawa!!" Ujar nya jengkel saat melihat pria tegap itu berusaha menahan tawanya.

"Rion!"

"Iya, iya sayangkuu" Rion berusaha mengondisikan ekspresinya, karena pada nyatanya ia bahkan tak bisa menahan tawa melihat wajah cantik itu terkena lumpur.

Namun tawanya terhenti saat terdengar suara isakan, caine menangis. "Loh, kenapa nangis sayang?" Dihampirinya caine yang menunduk sedih.

"Kamu jahat!" Wajah lucu itu merengut saat dia angkat dagunya.

"Iya"

"Kamu ngetawain aku!"

"Iya"

"Kamu udah ngga suka aku!"

"Iya"

"Iya??!!!"

Rion menghela nafas lelah, diangkatnya tubuh kecil itu dengan satu tangannya. Caine memberontak, "lepas! Aku ngga mau dipegang-pegang sama orang yang ngga suka aku!"

Rion diam, tidak menghiraukan perkataan caine, "Tolongg!! Aku mau di culikkk!!"

"Tolongg! Ada orang jahattt!"

"Tolo-" ucapannya terhenti saat jari telunjuk Rion ditempelkan dimulutnya.

"Udah?" Ujar Rion datar

"Udah" caine mengangguk, baru menyadari dirinya sudah duduk diatas ranjang kamar mereka.

"Denger, berhenti mengoceh hal ngga penting dan inget baik-baik kalau aku suka- ralat, aku cinta kamu. Oke?"

Caine mengangguk dengan wajah takut.

"Oke?" Tanya Rion lagi.

"Iya" cicitnya.

"Sekarang, mandi lalu nanti aku obati lukamu. Paham?"

Caine mengangguk setuju, arah pandangnya mengarah pada lutut dan sikunya yang terluka.

"Anak pintar"

"Aku bukan bocil!"

"Aku ngga bilang kamu bocil loh sayang?"

"Sama aja!" Caine pukul lengan Rion yang hanya terkekeh.

"ya udah, sayangku pintar banget. Si paling lucu, cantik, ganteng dan paling-paling lainnya"

"Stop flirting ga kamu?!"

"Ngga bisa, soalnya sayangku canciii bangettt.."

Pukulan bantal caine layangkan pada wajah tampan Rion, ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

one shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang