Bab 6. Kejadian di Pagi Hari

288 53 2
                                    

Pagi hari pun datang.

Mata Freya terbuka perlahan dari tidurnya yang nyenyak. Tadi malam sempat hujan, lumayan deras,  dan dalam kondisi seperti itu tidurnya terasa jauh lebih baik.

Namun, pagi harinya yang cerah ini tidak bertahan lama karena Freya merasakan sesuatu memeluk dirinya.

Dia menunduk, menyingkap selimut yang menutup tubuh. Mencoba membunuh rasa penasarannya.

Dan benar saja, di perutnya ada sebuah tangan yang sedang asyik memeluknya. Astaga, Freya hampir ketakutan setengah mati. Apa itu hantu? Tapi saat mengamati sekali lagi bentuk tangan yang memeluknya dia malah berpikir, alih-alih ketakutan.

Memang, ada ya hantu yang memiliki tangan super cantik seperti ini?

Dia menahan napas sejenak, ingin berbalik badan untuk mengetahui apa atau ras apa yang sedang memeluknya mesra ini.

Dan saat berbalik, astaga, jantung Freya serasa mau berhenti saja. Deru napasnya tertahan, debaran tak karuan memenuhi dadanya. Dalam perkara ini, Freya melupakan satu hal;

Marsha.

Wanita itu, Freya lupa bahwa wanita berparas ayu itu menginap di rumahnya. Dia juga lupa bahwa tadi malam Marsha tidak membiarkanya kabur demi menemaninya tidur dengan cara menggendongnya menuju kasur. Bahkan Freya juga lupa, kenapa dia tetap bertahan alih-alih kabur menuju kamar nenek nya ketimbang tidur dengan Marsha yang notabene-nya, adalah orang asing.

Gila, Freya memang gila (tidak perlu diperdebatkan lagi) Freya memang gila.

Iya, Freya memang gila, namun jika kalian berada di posisinya, apa yang akan kalian lakukan.

Bayangkan saja seorang Lenathea Marsha datang ke rumahmu dan memaksamu untuk tidur bersama, apa yang akan kalian lakukan?

Menolak permintaan seorang wanita secantik dia sangat yakin bukan termasuk pilihan, bukan?

Freya masih menahan napasnya, wajah mereka berdua hanya berjarak setengah jengkal saja. Maju sedikit, sesuatu yang canggung dan intim akan tercipta.

Alih-alih pergi atau beranjak dari kasur, Freya malah asyik mengamati wajah Marsha yang sedang terpejam. Dia penasaran, seperti apa sih seorang Marsha yang sedang tertidur.

Dia tersenyum tipis merasakan hembusan napas hangat Marsha yang mengenai kulit wajahnya. Aroma tubuhnya juga wangi, bercampur mint yang menyegarkan pikiran.

Freya memang gila (sekali lagi, dengan tegas, Freya memang gila!). Melakukan sesuatu seperti mengamati wajah orang yang sedang tidur bukan sesuatu yang bisa dianggap wajar. Apalagi dengan jarak sedekat ini. Dan APALAGI dengan status mereka yang hanya orang asing.

Orang gila mana yang melakukan hal sebodoh itu? (Freya. Tentu saja)

Tersenyum, Freya mengamati bagaimana wajah Marsha yang damai. bulu mata nya yang lentik dipadu dengan hidungnya yang mancung membuat Freya tersadar bahwa cantik nya Marsha memang se-luar biasa itu.

Proporsi wajah Marsha yang sempurna menjadikan dia wanita cantik secara keseluruhan. Jika rahang itu tidak terlalu tajam, mungkin cantiknya Marsha menjadi lebih ke feminim, mungkin?

Wajah dingin nya saat mata itu terbuka sungguh menyeramkan, namun juga cantik. Intinya, menyeramkan namun cantik secara bersamaan.

Setelah beberapa saat mengamati, Freya merasa cukup. Perempuan itu segera bangkit dari tidurnya. Perlahan, takut mengganggu tidur Marsha.

Sebelum berlalu menuju pintu, Freya menoleh ke arah Marsha, tersenyum tipis dan berkata, “Selamat pagi, Kak Marsha,” pelan.

Setelah itu dia berlalu, sambil mencepol rambutnya asal dan menuju dapur, menuju nenek nya yang sedang memasak, aroma nya tercium sampai kamar.

“Nenek masak apa?” tanyanya, terdengar samar di pendengaran Marsha.

Ya, tidak salah, di pen-deng-ngaran Marsha.

Tanpa sepengetahuan Freya, Marsha sebenarnya sudah bangun saat Freya berbalik badan (saat mengamati wajah nya). Namun sengaja pura-pura tidur kembali dengan dalih merasa malu jika ketahuan memeluk Freya saat tidur.

Padahal tadi malam secara blak-blakan menggendong Freya untuk tidur bersama.

Dia menyibak selimut, terlentang menatap langit-langit kamar. Marsha juga tahu saat Freya dengan sengaja mengamati wajahnya dari dekat. Sejak tadi, dia sudah mewanti detak jantungnya supaya tak terlalu keras dalam berdetak dan takut bisa terdengar oleh Freya.

Lengan nya dia angkat untuk menutupi mata nya. Pipinya pun merona. Seperti nya dia ... salah tingkah.





~si Cantik milik si CEO

si Cantik milik si CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang