One

31 1 14
                                    

"Mending pakai dress hitam atau putih?" Seorang gadis dengan rambut hitam legam dan lesung pipi di kedua sisi wajahnya tampak berbinar-binar, sembari menenteng dua buah gaun panjang tanpa lengan.

Pemuda yang ditanya menaikan satu alis dengan rasa heran."Gue lebih suka lu gak pakai baju sih. Lebih cantik soalnya," ucap pemuda itu. Ia menyinggung adegan panas yang dilakukan tadi malam.

Dalam budaya Barat itu adalah hal yang biasa. Bahkan ketika sepasang kekasih melakukan adegan panas tanpa ikatan pernikahan itu sudah wajar. Mereka hidup di Eropa, norma sosial masyarakat Eropa jelas berbeda dengan Asia.

"Halah, bilang aja lu suka ngeliat gunung kembar gue." Gadis itu meremas kedua buah dada yang ia punya dengan lirikan nakal. Pemuda yang menjadi kekasih tidak kuasa menahan godaan yang dilayangkan gadis itu.

Dalam hitungan detik adegan panas seperti malam tadi kembali terjadi. Mereka berpotensi telat menghadiri pesta yang diadakan salah satu kenalan karena adegan panas ini.

°

Di lain tempat kumpulan pemuda dan para gadis tengah bersulang dengan suasana yang mendukung, kendati masih siang hari."Lucian sama Katie kemana guys? Kok gue gak liat mereka?" Seorang gadis keturunan Tionghoa mencari keberadaan temannya.

Pemuda disampingnya yang menjadi kekasih gadis itu sontak angkat suara."Palingan mereka ngewe, dua-duanya kan hyper akut, ya kagak Oll?" Pemuda lain menatapnya dengan malas.

"Mereka gak lu kabarin Drake?"tanya Theo kepada pemuda berambut pirang yang tengah bercengkrama dengan kekasih brunettenya. Sebut saja mereka Draco dan Hermione.

"Cedric benar, mereka gak lupa sama undangan gue. Cuman bakal telat karena keasyikan ngewe, belum aja entar mereka tiba-tiba punya anak," jawab Draco dengan sarkas.

Blaise menghampiri Draco dan Theo, namun keduanya segera menghindar. Bukan karena sedang bertengkar, melainkan Draco malas melihat sosok pemuda berkulit coklat gelap itu. Blaise terkesan mengganggu dengan segala drama yang ia perbuat.

°

Usai bercumbu dengan begitu panas, jam sudah menunjukan pukul 12:30, sementara Draco sudah berlangsung sejak jam 12:00, itu artinya mereka sudah terlambat 30 menit.

"Gara-gara lu nih kita jadi telat. Mana perih banget lagi anu gue." Katie cemberut kemudian memperbaiki posisi dress-nya yang sudah terbuka setengah.

Lucian tidak berkomentar banyak, sebab ia tidak seribet kekasihnya dalam berpakaian. Toh, pada dasarnya pria dan wanita memang memiliki perbedaan yang kontras perihal penampilan.

"Lu kalau sewot lagi entar gue hamilin nih," ucap Lucian. Ia sebenarnya tidak serius, namun Katie tak bisa melihat unsur candaan dari pemuda itu. Mengingat ia tidak paham jenis jokes yang Lucian sukai.

Dengan memakan waktu 5 menit, mereka pun siap dan kini akan menuju kediaman Draco, tepatnya di sebuah apartemen yang ada pada pusat kota London.

°

Acara penuh dengan berbagai macam guyonan yang hanya ditujukan kepada Blaise semata, salah satunya terkait dengan Tracey yang membuat mereka heran. Kenapa gadis itu menerima Blaise sebagai kekasih. Padahal menurut mereka Blaise sangatlah aneh.

"Tracey, lu gak mabuk kecubung kan? Kok mau nerima Blaise sebagai pacar?"tanya Draco. Tracey hanya tersipu malu, berbeda dengan Blaise yang menatap Draco sambil cemberut.

"Karena dia beda aja sama cowok-cowok Slytherin lain. Yang lain pada jaim kalau Blaise enggak, makanya gue suka sama dia dan mau nerima dia," ucap Tracey.

Semua orang yang ada di pesta itu sontak menatap aneh ke arah Blaise, kecuali Lucian dan Katie yang kebetulan belum datang."Hah? Fiks kena pelet nih cewek," ucap Terence.

"Entar kalau hamil pasti Blaise yang ngidam aneh-aneh, bukan Tracey." Sambung Oliver dengan tatapan biasa. Oliver memang jarang berkomentar, ketimbang para pemuda yang lain.

°

Dengan memakan waktu lebih kurang 15 menit perjalanan, akhirnya Lucian dan Katie sampai di kediaman Draco. Semua yang hadir menatap mereka dengan tatapan smirk."Baru datang nih calon pengantin," ucap Cedric.

"Sorry, tadi gue sama Katie habis ngewe," ucap Lucian dengan santai. Weasley Twins dan Lee Jordan tak kuasa untuk menahan tawa. Lucian terlalu jujur pada kesempatan ini.

Draco selaku yang punya acara kemudian mengalihkan obrolan."Untung nih pesta kagak ada orang tua kita, kalau ada gue yang malu njir," ucap Draco. Hermione tidak mau berkomentar banyak, sebab ini bukanlah ranahnya.

Para gadis di sana kecuali Hermione kemudian menarik Katie untuk menjauh. Lucian memilih untuk bergabung dengan para pria di pesta itu."Katie, kita mau ngomong empat mata sama lu."

"Gas lah, emangnya Mione gak kalian ajak?" Tanya Katie."Nanti juga dia nyusul kita kok," balas Alicia dengan senyuman nakal. Sepertinya Katie sudah mengetahui apa yang gadis-gadis ini inginkan darinya.

°

Lain dengan Katie maka lain lagi dengan Lucian. Ia seperti memikirkan sesuatu yang tampak rumit dan sulit untuk diungkapkan. Oliver satu-satunya yang menyadari."Lu kenapa sih? Kemasukan arwah Blaise?"

"Serem banget pertanyaan lu, kagaklah. Akhir-akhir ini gue banyak pikiran soalnya orang tua gue nyuruh gue buat nikahin Katie secepatnya. Biaya sama rumah udah ada tapi gue belum siap."

Oliver pun ikut bingung namun ia tak bisa membantu banyak karena dia tidak dituntut oleh kedua orang tuanya sampai sedemikian rupa."Paham sih, cuman kok bukan orang tua Katie yang nuntut gitu, biasa orang tua dari pihak cewek yang banyak nuntut."

Lucian mengeluarkan sebatang rokok kemudian membakarnya."Bingung kan lu? Gue aja yang ngalamin bingung apalagi elu. Apa gue ikut alur aja kali ya. Gak mungkin juga gue lepasin Katie gitu aja."

"Halah, lu susah lepasin Katie karena dia tuh polos tapi nakal gitu kan? Kayak gue gak tahu aja jalan pikiran lu. Yang paling penting karena dia tobrut kan?" Oliver menjadi lebih sarkas dari biasanya. Tak dapat dipungkiri bahwa apa yang Oliver sampaikan memang ada benarnya, meski itu bukanlah sebuah alasan utama.

°

Seluruh gadis berkumpul di halaman belakang apartemen Draco yang luasnya berpuluh-puluh hektar. Hermione juga sudah menyusul para gadis itu. Bagaimana pun juga ia tetaplah seorang kaum hawa yang hobi bergunjing.

"Katie, gimana rasanya dimasukin sama Lucian? Gede gak? Terus suka lu  tahan pakai gunung kembar lu gak pas lagi ngokop?" Pansy selalu tertarik dengan sebuah obrolan dewasa.

Wajah gadis itu memerah saat ditanya Pansy."Apaan sih lu! Gue malu buat jelasinnya. Daphne merasa terganggu dengan pertanyaan Pansy."Perasaan kita mau nanya rencana pernikahan Katie deh, kok lu hobi banget nanya seputar ngewe?"

"Emang kenapa sih? Lagian kita gak hidup di negara +62 yang apa-apa serba tabu. Di Inggris hal beginian udah legal guys, percaya deh sama gue." Pansy memberikan pembelaan.

"Kalau mau minta tips malam pertama sama Ron bilang aja kali Pans, gak usah nanya rasanya ngewe segala macem." Hermione memotong ucapan Pansy.

°




































Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hyper Or Naughty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang