part 33

19 3 0
                                    

Hay guys🙌🏼  maaf baru update lagi, maaf maaf kalau nanti ada yang typo😭, maaf banget soalnya kelelahan nulis ehee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hay guys🙌🏼  maaf baru update lagi, maaf maaf kalau nanti ada yang typo😭, maaf banget soalnya kelelahan nulis ehee...

-Happy reading-

********

Pagi hari telah menyambut mereka. Seperti biasa selesai sarapan. Luna dan danny berangkat ke kampus bersama, mereka sampai disana berbarengan dengan willi. Mobil willi parkir tak jauh dari motor danny.

Saat Luna turun dari motor Danny, ia langsung melihat Willi yang sudah menunggu di dekat mobilnya, tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke arahnya. Luna pun tersenyum balik dan melirik Danny sejenak. "Kak, aku ke Willi dulu ya," katanya dengan sopan.

Danny hanya mengangguk kecil, wajahnya terlihat datar meskipun sorot matanya menyiratkan sesuatu yang sulit diartikan. "Iya, Luna" jawabnya singkat, suaranya terdengar tenang, tapi dalam hatinya ada rasa tak nyaman yang tak bisa ia abaikan setiap kali melihat Luna bersama Willi.

Luna berjalan menghampiri Willi, yang dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya. "Pagi, cantik," sapanya dengan nada menggoda, membuat Luna tertawa kecil dan sedikit tersipu. Willi menatapnya dengan tatapan hangat, jelas sekali betapa ia menyayangi gadis itu.

"Pagi willi,__ jangan gitu ih nanti di dengar orang, malu" Kekeh luna dengan pipi memerah

Willi tersenyum miring, "ya memangnya kenapa? Kamu kan pacar aku jadi apapun yang aku katakan padamu, Terima saja" Balasnya. Luna pun kembali tertawa mengingat kekasihnya jago sekali menggodanya.

Danny memperhatikan keduanya dari jauh, mengawasi mereka sebentar sebelum akhirnya berjalan masuk ke kampus. Ada sedikit rasa cemburu yang mengintip di hatinya, meski ia tahu seharusnya ia tak perlu merasakan itu. Di sisi lain, Luna tampak sangat bahagia berada di samping Willi, dan Willi terlihat begitu perhatian padanya.

Saat Danny melangkah masuk ke lorong kampus, suasana sekitar seketika berubah. Mahasiswa yang sedang bercengkerama atau sibuk berjalan segera menyingkir, memberi jalan tanpa sepatah kata pun. Danny melangkah dengan tenang, namun langkahnya tegas, membawa aura wibawa yang sulit diabaikan. Tatapannya lurus ke depan, membuat siapa pun yang berpapasan dengannya tidak berani untuk menatap terlalu lama, apalagi mencoba berinteraksi.

Meski terkenal memiliki pembawaan seperti "preman kampus," Danny sebenarnya adalah mahasiswa yang baik, berprestasi, dan paham batasan aturan kampus. Namun, ia memiliki reputasi yang sudah tersebar luas, terutama soal amarahnya yang meledak-ledak jika sudah tersulut. Danny bukan tipe yang mudah marah tanpa alasan, tetapi ketika amarahnya sudah tak terbendung, tak ada yang berani menghadapinya, termasuk teman-teman terdekatnya, Travis dan Jaden. Mereka tahu betul bahwa saat Danny sudah marah, membuatnya tenang saja tak cukup untuk mengembalikannya ke keadaan normal.

Jaden mengangkat alis, menatap Danny dengan sedikit bingung. "Kenapa mereka semua pada takut gitu pas lo datang, Dann?" tanyanya, tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang