7. Bertemankan egois

80 26 0
                                    

Sorak sorai teriakan dan paparazzi memenuhi bandara Incheon sejak kepulangan NCT Dream dari tur. Para bodyguard bekerja keras melindungi artis, membukakan jalan agar tidak berdesakan dan membuat mereka tak nyaman.

Di sepanjang jalan, Chenle fokus dengan orang-orang di depannya. Terlihat jelas bahwa Mark dan Jeno jalan berjauhan, tidak seperti biasanya, seakan ada tembok tak kasat mata di antara mereka. Lamunannya buyar dan ia menoleh terkejut kala Jisung yang berdiri di sebelahnya berbicara pelan.

"Temui aku di rooftop asrama, jam 8 malam."

Chenle mengangguk samar. Padahal hari ini ia berniat pulang ke rumah bukan asrama. Merindukan Daegal dan paling utama merindukan kasurnya yang empuk. Tapi mau bagaimana lagi, Jisung lebih penting daripada kasurnya. Walaupun tidak lebih penting daripada Daegal, anaknya.

Waktu terus berjalan sampai akhirnya mereka tiba di asrama. Selain Chenle, Mark dan Haechan pun ikut ke asrama Dream untuk istirahat sebelum besok pagi pulang ke Ilichil. Rumah mereka berdua memang di Ilichil, Dream hanya tempat singgah yang sementara tapi selamanya. Intinya, begitu lah.

"Bersihkan tempat ini sebelum kau pulang!"

Chenle beranjak duduk, padahal baru saja merebahkan dirinya di sofa. Ia melihat Jeno berdiri tak jauh sambil menendang tasnya yang ditaruh sembarangan. Bukan malas, ia lelah dan ingin istirahat lebih dulu.

"Jawab, bocah!"

"Iya, Jeno hyung," balasnya lalu mengamati punggung Jeno yang menghilang di balik pintu. Jeno yang dulu paling lembut padanya kini paling kasar dan paling membencinya.

Masih melamunkan Jeno, ponsel Chenle berdering menampilkan nama mamanya di layar. Ia mengangkat panggilan itu, dan sesuai dugaannya sang mama bertanya mengenai dirinya akan pulang atau tidak. Ia pun langsung meminta izin untuk menginap di asrama Dream hari ini.

ㅡ🐬ㅡ

Chenle bergegas mandi dan berganti pakaian karena ia baru saja bangun dari tidur. Sekarang hampir jam 8 malam, di mana ia harus segera bertemu Jisung. Ada sedikit perasaan senang kala temannya itu akan berbicara lagi dengannya, tapi ada juga rasa khawatir Jisung akan mengatakan hal yang tidak-tidak. Tapi Chenle tak ambil pusing, ia memilih berpikiran positif, Jisung adalah teman baiknya.

Chenle menapakkan kakinya di rooftop, melihat Jisung berdiri di pembatas yang tak jauh darinya. Dihampiri Jisung dengan ekspresi riang seperti biasa. Memanggil namanya hingga lelaki jangkung itu berbalik.

"Kau lihat apa?" tanya Chenle penasaran sebab Jisung mengalihkan pandangannya ke bawah sana.

"Menurutmu, jika aku lompat sekarang apa aku mati dengan cepat?"

Chenle terkesiap. Tak lama ia berdeham menetralkan rasa terkejutnya. Ia menoleh ke arah lelaki itu, memberikan tatapan khawatir juga takut.

"Kenapa bertanya tentang itu? Kau bercanda begitu karena saking tidak punya topik pembicaraan denganku?"

"Itu yang selalu terpikirkan di benakku setiap kali mendapat hate comment. Terlebih lagi mereka yang menginginkanku keluar dari Dream. Kau tahu?"

Ia menggeleng kala Jisung menatapnya. "Maaf."

Jisung menyeringai. "Kau terlalu memikirkan diri sendiri. Beberapa kali aku ingin bercerita, tapi kau dengan dirimu yang angkuh itu selalu berbicara banyak tentangmu. Telingamu enggan mendengar ucapan orang lain, apalagi mendengar keluhan tak berguna dariku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAKE || CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang