Kini [Name] berdua saja dengan Jonggun di mobil.
"Gun, tidak usah ke rumah sakit deh. Antar aku ke rumahku saja." Ucap [Name] memecah keheningan, jemarinya melepaskan lensa matanya. Merepotkan jika harus memakai lensa mata setiap hari hanya untuk dianggap normal.
"Terserah." Jonggun menjawab dengan gumaman.
[Name] bersandar pada kaca mobil, tatapannya mengarah ke luar.
"Jika aku ke rumah sakit, nanti aku ketahuan kalau aku anomali" batin [Name].
Tiba-tiba saja, [Name] kembali tegak dan menoleh pada Jonggun, "aku penasaran,"
"Hm?" Jonggun hanya melirik [Name] dengan ujung matanya, lalu kembali fokus ke jalanan.
"Apa kau memakai kacamata hitam untuk menutupi matamu? Apa matamu berbeda juga seperti aku?" [Name] mencondongkan tubuh pada Jonggun. "Tunjukkan matamu!"
Jonggun berdecak kesal, "bukan urusanmu."
"Memang. Kejadian seharian ini seharusnya bukan urusanku, tapi aku selalu terlibat, aneh, kan? Jadi biarlah sekalian saja aku mencampuri urusanmu." [Name] memiringkan kepala dan tersenyum konyol.
Jonggun menggigit bibirnya upaya menahan senyum, ia berhasil mempertahankan sikap dinginnya sembari membatin, "brengsek, gadis kurang ajar, sok imut sialan."
"Heiii jawab pertanyaanku. Aku ini keras kepala loh, jadi kau harus menjawab ku!" [Name] menuntut.
Lagi-lagi Jonggun mengabaikannya. [Name] mengerut tak suka, tangannya terulur hendak menyentuh ganggang kacamata Jonggun.
"Tck. Jangan mencoba menyentuhku-" ucap Jonggun seraya memegang tangan [Name] yang menggantung di udara.
Aneh. Jonggun merasa aneh. Sensasi kulit mereka yang bersentuhan membuat Jonggun seperti disengat listrik dan hampir membuatnya mual. Tapi entah kenapa sepertinya Jonggun tidak keberatan dengan hal itu?
"Tangannya lembut, jarinya lebih kecil dariku, kalau aku genggam, bagaimana rasanya ya? SIAL. APA YANG KU PIKIRKAN!" Jonggun menggelengkan kepala, menepis pemikirannya sendiri.
"Gun, biasa aja dong megangnya, gak usah diremas. Kamu pengen tanganku remuk, ya?" Suara [Name] berhasil membuyarkan lamunan sekilas Jonggun. Lantas, pria itu langsung melepaskan genggamannya. Jonggun tidak sadar telah mencengkeram terlalu erat.
"Sial. Perutku geli, mual, apa aku mabuk darat? Sialan kau [Name], membuatku mabuk darat."
"Iyadeh Gun, kalau kau tidak mau menunjukkan matamu padaku. Maaf telah memaksamu, tapi jangan sampai mematahkan tanganku ya" [Name] berujar.
Jonggun mendengus kasar, lalu memijat pelipisnya. Tak terasa, mereka sudah sampai di depan kediaman [Name].
Jonggun memberhentikan mobil, [Name] melepas sabuk pengaman, bersiap untuk keluar. Hingga Jonggun memegang tangannya lagi, kali ini lebih lembut.
"Kau bilang ingin melihatnya, kan?" Tanya Jonggun ambigu. Belum sempat [Name] merespon, Jonggun telah melepas kacamatanya sendiri, memperlihatkan manik uniknya dan luka disekitar mata yang mengerikan.
[Name] terperangah, "kau karya seni, ya?! Itu menakjubkan, bikin iri saja!"
Sahutan [Name] membuat Jonggun lengah, tangannya melepaskan genggaman pada [Name].
"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak. Sayonara, Yuzuru!" [Name] keluar dari mobil, lalu menutupnya kembali.
Jonggun hanya terdiam. Setelah beberapa saat, ia akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali. Jonggun mencengkeram setir mobil hingga buku jarinya memutih, "apa yang sudah ku lakukan...sial. [Name] pasti sudah memanipulasi pikiranku, dasar gadis sial."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption [Lookism X Reader]
Hayran Kurgu[VER. REVISI] Dia...sendiri, dia bukan siapa-siapa. Sejak awal, seharusnya atensinya tidak ada. Dia adalah bug dunia ini yang muncul untuk menebus dosa. Yang tidak ada, teruslah seperti itu. Jangan ikut campur dengan urusan dunia, dan kau malah men...