Jauh di dasar laut yang sangat dalam, hiduplah seekor Ikan Angler yang sedang menantikan kelahiran anaknya. Gempa yang melanda dasar laut menghalau seluruh telurnya, dan hanya menyisakan satu telur yang bersembunyi dibalik bebatuan. Sehingga disanalah Ikan Angler itu masih merasa memilki alasan untuk mengucap syukur dalam sedihnya.
Hari itu lahirlah seekor Ikan Angler kecil. Ibu Ikan Angler selalu merawatnya dengan baik, ia tak mau kehilangan anaknya lagi. Sang Ibu akan mencarikan makanan untuk anaknya yang kecil dan masih belum terbiasa berburu makanan sendiri. Sehingga setiap hari sang anak hanya akan duduk lalu tertidur sampai ibunya membawakan dan menyuapi makanan.
Ditengah dasar lautan yang sangat gelap tanpa sinar cahaya matahari itu, seluruh ikan angler memilki antena yang bercahaya yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan karena tak memiliki penglihatan yang begitu baik. Antena cahaya tersebut dinamakan esca. Disanalah sang Ibu Ikan Angler menyadari bahwa sang anak tidak memilki esca. Betapa risau hatinya, ia takut sang anak tidak akan bisa berburu makanan hingga akan mati dalam keadaan kelaparan. Sehingga pada akhirnya Ibu Ikan Angler memutuskan untuk berjanji akan tetap mencarikan anaknya makanan hingga akhir hayatnya.
Jadi begitulah hari-hari Anak Ikan Angler tak pernah berubah. Dasar laut yang sangat gelap membuatnya tidak dapat melihat cahaya matahari yang terbit atau tenggelam, sehingga ia tak menyadari sudah berapa lama waktu berjalan. Yang ia lakukan tetap saja membuka mulutnya lebar-lebar ketika ibunya datang, lalu tertidur pulas setelah merasa perutnya sudah kenyang.
Suatu hari sang ibu mendatangi anaknya dan menyuapinya makanan seperti pada hari-hari biasanya. Hati Ibu Ikan Angler selalu mengkhawatirkan anaknya, ia takut anaknya akan tumbuh tanpa bisa melakukan apa-apa. Walaupun ketakutannya tentang fakta sang anak bisa mati kelaparan lebih besar yang membuatnya selalu membiarkan anaknya menunggu makan dari dirinya saja.
"Nak, berlatihlah untuk menghidupkan esca mu..." Ujar Ibu Ikan Angler lembut, ia tak ingin menyakiti hati anaknya.
"Aku sakit bu, esca ku tak akan pernah bisa bercahaya" ujar Anak Ikan Angler berbohong. Ia hanya tak pernah berusaha menghidupkan escanya, ia sudah merasa terlalu enak hidup dengan santai karena sang ibu akan selalu memberikan apa yang ia inginkan.
Kemudian setelahnya sang Ibu Ikan Angler tak melanjutkan pembicaraannya tentang hal itu lagi. Meski tak diucapkan, ada rasa khawatir yang semakin dalam tentang keadaan anaknya. Meski tak dapat melihat pantulan dirinya sendiri, Ibu Ikan Angler merasa dirinya sudah semakin menua. Mengingat pergerakannya sudah tak selincah dulu lagi, serta tubuhnya sudah terasa lemah dan letih. Bagaimana jika dia mati nanti? Apakah anaknya bisa bertahan? Begitulah kekhawatiran Ibu Ikan Angler setiap harinya.
Beberapa hari kemudian, seperti biasanya, Ibu Ikan Angler kembali membawakan makanan untuk anaknya. Akan tetapi hari ini ia sedikit terlambat karena tubuhnya yang semakin lemah membuat pergerakannya menghambat, sehingga mangsanya dapat melarikan diri dengan baik.
"Ibu dari mana saja? Kenapa lama sekali sih? Tahukah ibu betapa laparnya perutku?" Oceh Anak Ikan Angler karena merasa kelaparan.
"Maaf anakku, ibu hari ini terlalu letih, ini makanlah" jawab Ibu Ikan Angler lemah sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut anaknya.
Ibu Ikan Angler memandangi anaknya dengan penglihatannya yang tak terlalu jelas. Ia dapat merasakan betapa laparnya sang anak dari getaran air laut setiap kali sang anak mengunyah makanannya. Sang Ibu Ikan Angler tersenyum getir, sampai kapan ia bisa terus selalu bersama sang anak? Ia takut tak dapat merasakan waktu yang berjalan begitu cepat sehingga menjadi terlalu santai dan berharap akan angan-angan kosong.
"Nak... Ibu sudah semakin lemah dan tua, berlatihlah menghidupkan escamu, sehingga saat ibu tiada kau bisa tetap hidup dengan sehat...." Ucap Ibu Ikan Angler dengan nada suara yang sengau.
Anak Ikan Angler menggeleng cepat lalu berkata, "Tidak bisa bu, aku ini sakit. Berjanjilah kepadaku Ibu tak akan pernah meninggalkanku".
Ibu Ikan Angler tahu hal itu tak akan pernah terjadi, ia pun menjawab "Tak ada yang tahu tentang masa depan nak, ibu pastilah ingin selalu bersamamu, tapi kalau takdir berkata lain tak ada yang bisa kita lakukan".
Anak Ikan Angler hanya terdiam. Dia kesal kepada ibunya yang selalu menyuruhnya belajar menghidupkan escanya. Ia merasa cukup karena ibunya membawakan makanan. Ia tak perlu pergi berburu sendiri, yang diberikan ibunya sudahlah cukup.
Keesokan harinya, Anak Ikan Angler kembali menunggu ibunya membawakan makanan. Namun walau sudah menunggu sangat lama Ibu Ikan Angler tak kunjung datang. Anak Ikan Angler sudah tak kuasa manahan laparnya. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi.
"Dimana sih ibu? Aku lapar sekali sehingga rasanya ingin pingsan" rengek Anak Ikan Angler.
Akan tetapi ketika Anak Ikan Angler yang menunggu ibunya tak menyadari bahwa hari telah berganti, ibunya tak kunjung mendatanginya seperti biasanya. Waktu terus bejalan dengan cepat, sementara Anak Ikan Angler masih menunggu ibunya tanpa berusaha sedikitpun untuk mencari makanan sendiri. Ia hanya menahan laparnya, berharap ibunya akan datang. Yang tak diketahui oleh Anak Ikan Angler adalah sang ibu yang sudah tua telah meninggal dunia karena sakit-sakitan.
"Aku merindukan ibu..." Batin Anak Ikan Angler.
Keadaan Anak Ikan Angler yang tak makan berhari-hari semakin menyedihkan, tubuhnya sangat lemah. Sehingga ketika suatu hari terjadi gempa di dasar laut, tubuhnya terbawa arus hingga hampir menuju ke permukaan. Tempat itu sangat terang bagi Anak Ikan Angler yang terbiasa hidup didalam gelapnya air laut. Tubuhnya terombang-ambing hingga sampailah ia ke sarang kawanan ikan dori.
Anak Ikan Angler tak menyadari bahwa waktu yang berlalu membuatnya menjadi ikan angler dengan tubuh yang besar. Ia terus berpikir dirinya adalah ikan angler kecil yang rapuh. Sehingga ia tak tahu betapa takutnya para ikan dori yang kecil itu melihat tubuh besarnya.
Para kawanan ikan dori langsung lari berhamburan ketika Anak Ikan Angler mendekati sarang mereka. Mereka semua bersembunyi ketakutan. Tak ada satupun yang berniat keluar.
"Halo? Adakah orang disini? Tolong aku, aku terbawa arus dan ingin pulang ke rumah, adakah yang bisa menunjukkan padaku jalan untuk pulang? ibuku pasti sudah menungguku dirumah" Ucap Ikan Angler kepada siapapun yang dapat mendengarnya.
Semua perkataan Anak Ikan Angler hanyalah terdengar seperti gaung kebohongan untuk para kawanan ikan dori tersebut. Kemudian seorang kawanan ikan dori keluar dari persembunyiannya, ia memiliki ide untuk menyingkirkan Anak Ikan Angler agar kawanannya tetap aman.
Dari kejauhan pemimpin kawanan ikan dori tersebut berteriak "Hei aku tahu rumahmu!".
Anak Ikan Angler yang mendengarnya langsung tersenyum bahagia, "Benarkah? Bisakah kau menunjukkan padaku jalan pulangnya?".
"Ya, tentu saja. Berputarlah ke arah belakangmu!" Teriak Ikan Dori itu lagi.
"Seperti ini?" Sahut Anak Ikan Angler memutar tubuhnya.
"Ya! Lalu berenang lah dengan lurus sekencang mungkin. Pastikan untuk sekencangnya ya, anggaplah dirimu sedang berlari" jawab Ikan Dori di memberi instruksi.
"Baiklah, terima kasih ya!" Ujar Anak Ikan Angler, ia meyakinkan dirinya sendiri untuk mengeluarkan seluruh tenaganya dengan tubuh yang lemas itu agar dapat berenang sekencang mungkin. Anak Ikan Angler menarik nafasnya, lalu ia mulai berenang seakan dirinya sedang dikejar oleh pemburu, namun tak lama,
Buggg....
Terdengar suara benturan keras. Ternyata sang Anak Ikan Angler menabrak sebuah karang laut yang besar, seketika kepalanya terasa pusing dan pandangannya mengabur kemudian dia mengapung lemah. Begitulah akhir dari Anak Ikan Angler yang malang, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan perasaan menyesal tak mendengarkan perkataan ibunya, juga tak menunjukkan rasa sayangnya lebih baik. Ikan Angler yang tak pernah bergaul dan tak memiliki penglihatan yang baik itu tertipu oleh pemimpin ikan dori tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidung Rimba: Lantunan Kisah Tak Terukir Para Fauna
Short StoryKisah para Fauna yang tak pernah terukir, namun selalu mengalir bersamaan dengan hikmah yang dapat dipetik.