bab 7🦋

5 4 0
                                    

Hari ini adalah hari selasa, dimana Mara melanjutkan ujian hari ke duanya.
Tepat dimana jam enam lebih lima belas, Mara sudah datang dan duduk di kursi yang bersampingan dengan Ria. Seperti biasa Mara belajar lagi di kelas sebelum mengerjakan ujian, tampak di kelasnya masih sepi.
dari arah luar Agam berdiri di luar kelas Mara, Mara pun menyuruh Agam masuk ke kelasnya Agam pun masuk dan memberikan minuman kesukaan Mara di mejanya dan Agam menarik kursi lain agar bisa duduk berdua dengan Mara.

Disclaimer Saat ujian semua anak murit duduk sendiri-sendiri di ruang kelas.

"Bu ... buat aku?" tanya Mara pada Agam.

"Iyah Mara," jawab Agam dengan senyuman manis pada Mara. Mara pun berterima-kasih pada Agam lalu lanjut membaca buku di saat itu juga Agam menatap Mara dengan ketulusan hatinya bahkan dia tersenyum saat menatap Mara, rasanya Agam betah di situ dan ingin selalu bersama Mara terus.

Lima menit kemudian teman-teman Mara sudah pada berdatangan termasuk Ria yang melihat Mara dan Agam duduk berdua bak sepasang kekasih.

"Cie-cie, udah jadian nih kayanya," ledek Ria pada Mara dan Agam.

"Cie-kiw teraktir kita dong," ledek Hengky pada Mara dan Agam.

Ternyata pas Ria datang dia bersamaan dengan Hengky juga, Mara dan Agam hanya meledek balik Hengky dan Ria yang bersama juga.

Tak lama kemudian bel berbunyi.

"jangan lupa di minum ya Ra." Agam pun berjalan keluar di ikuti dengan Hengky.

Beberapa menit kemudian istirahat pun tiba, seperti biasa Agam, Mara serta Ria dan Henky mereka berempat ke kantin bareng.

Mereka pun sudah duduk di bangku kantin tanpa harus berdiri lagi.

"Eh kayanya aku mau makan nasgor deh Ra," gumam Ria pada Mara.

"Kamu mau makan apa Ra?" tanya Agam pada Mara.

"Aku lagi pengen makan kwetiau di stand bang kasim sih," jawab Mara pada Agam.

"Oke, kamu tunggu disini ya." Agam beranjak keluar berjalan ke stand bang kasim mengantri membeli kwetiau buat Mara, Hengky pun tidak mau kalah dengan Agam ia pun membeli nasgor untuk Ria.
Ria dan Mara cukup heran dengan sikap Agam dan Hengky. Tak lama kemudian Agam dan Hengky pun selesai membeli dan memberikan makanan yang Ria dan Mara mau.

Hengky dan Agam hanya menatap Ria dan Mara makan mereka berdua tidak merasakan lapar jika melihat dua gadis di hadapannya itu. Ria dan Mara keheranan lagi dengan sikap mereka.

Saat Ria lagi asik-asiknya memakan nasgor tiba-tiba tangan Hengky mengelapkan sisa nasi yang berada dekat bibirnya Ria, adegan itu di saksikan langsung oleh mata Agam dan Mara.

Ria dan Hengky pun saling menatap.
Ria seketika batuk dan lagi-lagi Ria di bikin salting di ambilkan air botol sama Hengky.

" Ma-makasih Ki." Ria sembari mengelap mulutnya lagi agar tidak ada sisa nasi yang nempel dekat bibirnya.

Mara dan Agam bertepuk tangan untuk Ria dan Hengky, ledek Mara dan Agam dengan tertawa.

Beberapa menit berlalu Mara pun pulang sekolah.
Saat dirumah tampak tidak ada siapa pun di dalam rumah.

"Nek, Kek, kalian dimana?" teriak Mara memanggil Nenek-Kakeknya.
Mara pun berjalan ke halaman belakang. Dimana di belakang rumahya itu terdapat taman dan banyaknya bunga-bunga dan tanaman sayur. Dan terlihat juga Nenek berada di sana ssedang menyirami tanaman cabai.

"Nek, Kakek dan mbo Sumi kemana?" tanya Mara pada Neneknya.

"Mbo Sumi lagi cuti ngurusin anak bontotnya, kalo Kakek lagi ke studio musik jalan sama si Jaja," jawab Nenek pada Mara.

Mbo Sumi ia sekisar 50 tahun dan sedangkan Nenek-Kakeknya Mara berusia 58 tahun dan 60 tahun.

"Ouh." lirih Mara sembari berjalan naik ke atas berjalan ke kamarnya. Saat di kasur di meja laci Mara terdapat foto Mara bersama ayah dan ibunya yang teepajang.

"Mah, Pah, Mara emang ingin kalian kembali, tetapi itu kemungkinan yang nihil bahkan sampai sekarang Mara mau memasuki kelas 2 SMA papah dan mamah belum di temukan, Mara selalu berdoa pada tuhan, Mara selalu sayang kalian mungkin nanti kita bisa bertemu jika ada ke ajaiban." lirih Mara sambil mengusap foto itu dengan penuh mata yang jatuh membasahi pipinya.

"Mah-Pah, kemarin Mara sempat mimpiin kalian jika emang iya, lagi dong mah-Pah kalian datang ke mimpi Mara, Mara bertemu dengan kalian di mimpi pun Mara sangat senang." lirih Mara lagi di kamarnya, ia melihat foto-foto masa kecil bersama ayah-ibunya.

Mara masuk pagi sekitar pulang jam 12 siang.

selain suka membaca buku Mara juga suka membuat puisi untuk seseorang. Ia suka merangkai kata-kata.

Mara pun lanjut belajar untuk besok.

Esok harinya
Hari rabu pun tiba tinggal tersisa dua hari lagi Mara lepas dari ukk dan lanjut naik ke kelas 2 SMA, aktivitas Mara seperti biasa saat ulangan.

Terlihat Zalion berjalan bareng bersama Istari di belakanganya Istari megikuti Zalion kemanapun Zalion jalan.

"Lu gak punya tujuan apa is?" tanya Exell pada Istari yang terus berjalan mengikuti Zalion.

"Lu ya bener-bener jangan panggil nama gue is as is tapi mangil nama gue Istari!" teriak Istari dan menoleh pada Exell dan berhenti mengikuti Zalion.

"Iyakan beb ... bebeb Zalion!" teriak Istari menoleh Zalion, yang ternyata Zalion sudah tidak ada karna Istari dan Exell berdebat.

"Ihh, lo sih bodo ini semua gegara lo!" teriak Istari pada Exell.

"Wle, bodo syukurin tuh makanya jangan ngintilin orang mulu!" teriak Exell dengan meledek Istari lalu berjalan pergi meninggalkannya.

"Ihh, dasar Exell awas lo yah!" teriak Istari dengan kesal.

Karna itu kesempatan buat Zalion kabur dari Istari untung di tolong Exell.

Tampak di sebuah warung, Exell dan Zalion berbincang.

"Kayanya susah buat gua deketin Mara deh," gumam Zalion pada Exell.

"Ye, jangan nyerah gitu dong gua dukung lu pasti bisa," gumam Exell pada Zalion.

"percuma ngomong sama lu mah, semua rencana yang lu kasih ke gua buat Mara ga deket lagi sama Agam gagal mulu," ujar Zalion pada Exell.
yang sebenarnya selalu merencanakan sesuatu untuk Mara menjauhi Agam.

"Cok lu lebih ganteng malah lebih dari si Agam," gumam Exell pada Zalion.

"gua mah emang ganteng, si Istari lu urusin gua gakmau tau ya." ujar Zalion pada Exell sembari meminum soda-soda yang ia beli di warung tersebut.

"Iya beres itu mah, dia kek gak ada kerjaan anying ngintilin lo mulu padahal gua kan ada, terus gua ganteng juga pula," gumam Exell pada Zalion

dengan pede Exell dia bilang dia ganteng yang membuat Zalion tertawa kecil.

MARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang