Pintu kamar Rosebelle masih terkunci rapat. Meski Victor mengetuknya beberapa kali, gadis itu tidak mau membukanya. Bukan hanya marah pada Victor, Rosebelle juga kecewa lantaran Victor masih tetap membela Jennifer walau tahu Jennifer salah. Rosebelle cemburu dan sakit hati. Dia merasa ucapan Victor untuk membelanya hanya sebatas bualan belaka.
Tak kunjung dibukakan pintu, Victor pun kembali ke kamarnya. Dia berjalan membuka pintu balkon, lalu berdiri di sana sembari menyesap sebatang rokok sebagai pengalih kepenatan pikirannya saat ini.
Baru kali ini Victor melihat raut kekecewaan di wajah Rosebelle. Rasa bersalahnya jadi semakin menggunung, padahal kemarin dia baru meminta maaf, tapi hari ini dia kembali melakukan kesalahan lagi. Dan kesalahannya kali ini mungkin akan sulit untuk dimaafkan Rosebelle.
Kepulan asap rokok menari di udara, lalu angin menerbangkannya, membuangnya jauh-jauh dari si pelaku yang mengkontaminasi oksigen bersih di jagat raya. Malam ini bulan dan bintang tidak muncul menyinari langit malam. Di atas sana, hanya ada gumpalan awan gelap yang siap menumpahkan isinya saat waktu hujan tiba.
Lelaki bersurai eboni yang melamun itu tampak sedikit kacau. Surainya memang selalu terlihat acak-acakan, tetapi kali ini aura gundah gulananya mencekam atmosfer sekitarnya. Sorot matanya jelas menyimpan tumpukan masalah yang ia pendam. Pun ekspresi wajahnya yang terlihat sedih dan bimbang, walau lisannya tertutup rapat menahan raungan.
Hampir setengah jam ia berdiri, batang rokok yang belum habis disesapnya dimainkan jari-jarinya. Sesekali ia mendongak, mengedarkan pandangannya, lalu menunduk. Kali ini tidak ada helaan napas yang dibuang melalui mulutnya, yang ada hanya kegelisahan yang menyesakkan dada.
Bulir air jatuh tepat mengenai rokok di apitan jari Victor. Tetesan berikutnya jatuh mengenai pipi dan punggung tangannya. Beberapa detik kemudian, tetes gerimis sudah membasahi kepala dan wajahnya.
Sulutan rokok telah padam, seluruh bagian batangnya basah terkena hujan. Akan tetapi, Victor masih tetap bergeming di sana, kakinya terpasak dengan tangan mencengkeram pagar balkon.
Kini awan gelap telah menumpahkan isinya. Hujan merata membasahi daratan, juga lautan di bumi. Entah langit ikut menangis, atau sedang menghukum Victor, guyuran air dari atas sana membantu Victor menyembunyikan laranya. Berharap esok keadaan akan lebih baik, Victor hanya bisa tenggelam dalam kemelut batinnya.
🐾 ꂵꌩ ꒒ꂦꃴꍟ꒒ꌩ ꋪꍏꌗꉓꍏ꒒ 🐾
Eksistensi dua perempuan yang menumpang di rumah Victor tak terlihat di manapun. Pagi-pagi sebelum Victor turun, Jennifer sudah pergi menjemput suaminya di bandara. Sedangkan Rosebelle entah ada dimana, pintu kamar gadis itu masih terkunci saat Victor mencoba membukanya.
Victor menghela napas lalu mengayunkan tungkainya ke dapur. Ponsel Rosebelle mati, jadi ia tidak bisa menghubungi gadis itu untuk menanyakan keberadaannya. Sarapan paginya terasa hambar bukan karena kurang garam atau bumbu yang lain. Semua jadi terasa hambar karena rasa bersalahnya.
Usai mencuci piring kotor, Victor berangkat ke kampus. Barangkali gadis yang dicarinya sudah ada di sana, tapi sekali lagi dia harus menelan kekecewaan.
"Rosie membolos hari ini."
Begitulah jawaban Jisoo saat Victor bertanya padanya.
"Jadi, kalian bertiga bertengkar?" Lisa harus memastikan keadaan temannya sekali lagi.
"Tidak denganku dan Bella." Victor mengusap wajahnya kasar. Dia dan Lisa sedang beristirahat setelah jam mengajar siang berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY RASCAL
General FictionKehidupan Victor yang tenang dan nyaman mendadak lenyap setelah ia diberi mandat untuk menjaga putri semata wayang sepupunya, Rosebelle. Bagaimana tidak, Rosebelle itu ibarat jelmaan Dennis the Menace versi perempuan. Dimana pun ada Rosebelle di si...