sudah hampir seminggu jihoon tak sadarkan diri usai menjalani operasi karena pendarahan hebat di kepalanya.
kini pemuda park itu masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan perban yang membalut kepala, bahu, serta tangan kanannya. beberapa luka lebam menghiasi hampir seluruh wajahnya.
pintu ruang vip terbuka menampilkan sosok pemuda kurus yang selama beberapa hari belakangan bolak-balik ke ruangan ini.
seharusnya ini adalah kesempatan hyunsuk menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri dan terbebas dari calon suaminya itu.
namun nyatanya, ia kembali mengunjungi sosok itu lagi hari ini. membawa jenis makanan yang berbeda setiap harinya, karena jujur saja, hyunsuk tak pernah tahu apa yang menjadi kesukaan pemuda itu.
"aku datang lagi," ucap si pemuda choi, yang lagi-lagi hanya disambut oleh keheningan.
usai meletakkan makanan yang ia bawa di meja, hyunsuk melakukan ritual yang selalu dilakukannya tiap kali mengunjungi kamar rawat jihoon.
menuangkan air ke vas bunga yang terletak di atas nakas, membuka sedikit gorden untuk membiarkan sinar matahari masuk, kemudian duduk di samping ranjang jihoon dan memandangi pemuda itu tanpa mengatakan apa pun.
"ah, iya. hari ini aku membawa buku." hyunsuk mengambil buku yang hari ini turut ia bawa di dalam tasnya dan mulai membacakan halaman pertama.
belum sampai bab pertama selesai, penuturan hyunsuk terhenti ketika netranya menangkap pergerakan kecil dari tangan jihoon.
pemuda choi itu terdiam untuk memastikan bahwa pandangannya tidak salah. ia pun merasa yakin setelah jihoon membuka matanya perlahan yang membuat pandangan mereka bertemu.
"k-kau sudah sadar?"
hyunsuk masih terdiam kaku selama beberapa detik, sebelum akhirnya ia tersadar untuk bangkit dan memanggil dokter, tetapi tangan jihoon yang terangkat untuk menahan pergelangan tangannya membuat niatnya urung.
"nanti saja."
hyunsuk pun kembali duduk dengan canggung. kepalanya mendadak terasa begitu kosong, padahal beberapa hari terakhir ia merasa ada begitu banyak hal yang ingin ia sampaikan saat jihoon terbangun.
"sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?"
"lima harㅡ jangan banyak bergerak dulu!" seru hyunsuk spontan ketika melihat jihoon tengah berusaha mendudukkan dirinya.
"kau tidak mungkin mengunjungiku setiap hari, 'kan?" jihoon menebak asal, ia pun tidak berharap banyak.
namun, melihat reaksi hyunsuk yang hanya tertunduk tanpa memberikan respon, jihoon pun melanjutkan,
"jangan bilang ... kau datang ke sini setiap hari?"
hyunsuk mengangguk pelan, membuat sang lawan menatapnya tak percaya.
"kenapa?"
"aku takut kau tidak bangun lagi."
"bukankah kau seharusnya senang jika hal itu terjadi?" jihoon bertanya acuh, sebelum setelahnya dibuat tertegun akan reaksi tak terduga dari hyunsuk.
"hiks."
satu isakan pelan itu membuat jihoon sedikit gelagapan, terlebih ketika tangisan hyunsuk semakin menjadi-jadi.
ditambah, pemuda choi itu kini mulai memukul-mukul dadanya guna meluapkan emosinya, membuat jihoon meringis dalam diam. walaupun tenaga hyunsuk tak seberapa, tetapi tetap saja tubuhnya masih terasa begitu nyeri akibat memperoleh pukulan bertubi-tubi di hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
spark in you; jaesahi
Fanfictiondemi melindungi sang adik, asahi rela membuang harga dirinya dengan menyamar menjadi wanita penghibur di salah satu kelab malam. ㅡ bxb, lowercase, baku ㅡ dom!jae sub!sahi ㅡ ft. hoonsuk ⚠ might contain harsh words, cross-dressing, mental & physical a...