KEDUA PULUH

93 7 2
                                    

:
°
:
°
:
°

Setibanya di rumah sakit Baekhyun dan Taeyeon segera berlari menuju ruang rawat sang anak, di sana Yejin terlihat ditenangkan oleh gurunya, mata dan hidungnya memerah karena menangis. Di sampingnya ada dokter Wendy yang sedang bertugas mengobati lutut si anak yang terluka.

"Yejin-ah, Aku disini sekarang! A...apa yang sakit? Dimana? Dimana yang terluka? Beritahu aku," Taeyeon berujar dengan terbata-bata sembari menyeka air mata Yejin dengan perasaan yang campur aduk, jujur saja dia ingin ikut menangis melihat anak itu menangis.

"Yejin eomma, saya sangat menyesal dan ingin meminta maaf atas kejadian yang menimpa Yejin. Saat bermain di lapangan bersama teman-temannya, Yejin jatuh dan terluka. Saya langsung membawanya kemari agar dokter bisa menangani lukanya, saya terpaksa menghubungi anda karena Yejin appa tidak bisa di hubungi. Saya merasa perlu menyampaikan secara langsung permohonan maaf saya pada kalian karena hal ini terjadi di bawah pengawasan saya," ucapnya sembari membungkukkan badan beberapa kali pada Taeyeon.

"Eomma? Kenapa guru anak ini memanggil Taeyeon dengan sebutan 'Yejin eomma'? Dan siapa ayahnya? Dia berbicara seolah-olah Taeyeon sudah memiliki suami dan anak," tanya Baekhyun dalam hati, tidak berani bertanya langsung karena dia belum mengetahui apapun tentang Taeyeon.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kronologinya? Apakah anda bisa menceritakannya secara detail kepada saya?" nada bicaranya penuh kekhawatiran.

"Yejin tergelincir saat berlari, dia jatuh dan lutut nya terluka. Saya memahami kekhawatiran anda sebagai orang tua, saya sungguh minta maaf dan menyesali keteledoran saya. Saya berjanji akan lebih berhati-hati lagi dalam mengawasi kegiatan bermain anak-anak di sekolah," lagi-lagi sang guru membungkukkan badan untuk meminta maaf kerena menyesali perbuatannya.

"Nyonya? Anda tidak perlu khawatir lagi sekarang, luka di lutut Yejin tidak parah, aku sudah membersihkannya sebelum diobati agar tidak terjadi infeksi. Anak pintar ini menangis karena  terkejut saat aku mengoleskan obat pereda nyeri, rasanya sedikit perih makanya dia memberikan reaksi yang seperti itu," sahut Wendy, berusaha menenangkan Taeyeon dengan ucapannya agar wanita itu tidak terlalu cemas, karena suara dan raut wajah yang dia tunjukkan saat merasa khawatir bisa mempengaruhi Yejin yang melihatnya.

"Hei anak manis! Aku punya permen untukmu, ini, ambillah." Wendy beralih pada Yejin, memberikan sebuah permen sembari tersenyum dengan sangat manis.

"Kamsahamnida, dokter imo" balasnya, si anak menundukkan kepala untuk berterimakasih pada Wendy yang telah memberikannya permen.

"Aigooo, neomu kiyowo~~" Wendy tidak tahan melihat betapa gemasnya Yejin, reaksinya mampu mencairkan suasana di ruangan itu, bahkan Taeyeon ikut tersenyum juga.

"Lain kali Yejin harus lebih berhati-hati saat bermain agar tidak terluka lagi seperti ini. Sekarang sudah selesai, Yejin harus beristirahat." Wendy memberi peringatan sembari tersenyum dan mengusap-usap rambut anak itu pelan.

"Tuan, Nyonya? Saya izin keluar karena saya sudah selesai mengobati Yejin. Jika kalian membutuhkan sesuatu atau terjadi keadaan darurat tekan saja bel yang ada di sana," Wendy tersenyum pada Baekhyun dan Taeyeon kemudian menunjukkan letak bel yang ada di dekat kepala ranjang.

"Terimakasih dokter, kami akan menekan belnya jika itu diperlukan," ucap Taeyeon dan sang guru juga berterimakasih dengan cara menundukkan kepalanya sebelum Wendy meninggalkan ruangan.

"Terimakasih banyak Wendy-ssi," Baekhyun ikut berterimakasih dan membungkukkan badannya pada Wendy yang kemudian dibalas dengan sedikit tundukan kepala dan senyuman senang si dokter karena Baekhyun masih mengingat namanya.

Chill In Love Fool Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang