Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Normal P. o. v
Salju turun dengan lembut, menyelimuti kota dengan selubung putih yang dingin.
Kali ini, keadaan (Name) semakin buruk, tak ada tanda-tanda sehat dalam tubuhnya yang justru semakin rentan. Rin juga datang berkunjung lebih sering dari biasanya hampir setiap hari ia meluangkan sedikit waktunya untuk melihat (Name).
"Rin.." Suara (Name) parau, seperti bisikan angin sepoi-sepoi.
Rin menoleh, tatapannya tertuju pada raga kecil yang terkulai di ranjang rumah sakit itu. "Ada apa?" tanyanya lembut, tangannya menggenggam tangan (Name) yang dingin.
"Apakah... Di luar, turun salju?" tanya (Name), suaranya gemetar, seperti dedaunan kering yang tertiup angin.
"Iya," jawab Rin singkat, tak ingin menambah beban (Name) dengan percakapan panjang.
(Name) menautkan jari-jarinya di balik selimut, tersenyum sendu. Rin menatapnya dengan intens, mencoba merasakan setiap emosi yang terpancar dari mata (Name).
"Rin... Aku ingin melihatnya," bisik (Name). Meskipun seluruh tubuhnya hampir tidak bisa berfungsi dengan benar, (Name) sadar bahwa salju akan turun karena sudah memasuki musim di bulan Desember.
"Hm?" tanya Rin, sedikit mengernyit.
"Salju... Izinkan aku melihatnya," pinta (Name), matanya bertemu dengan mata Rin, menatapnya dengan penuh harap.
"Kau bisa melihatnya dari jendela," jawab Rin, singkat.
(Name) menggeleng pelan, "Umn. Aku ingin melihat dan merasakannya... secara langsung."
Rin terdiam, pikirannya melayang. Tiba-tiba, notifikasi pesan masuk, membuyarkan lamunannya. Rin mengulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya yang berada di counter, matanya tertuju pada pesan dari kakaknya, Sae.
Nii-chan : (Dikirim pada 4 Desember, 14:28)
[ Rin, kau sudah makan? ]
...
Napas Rin tersengal, hatinya berkecamuk. Ia menggenggam ponselnya erat, namun tak kunjung membalas pesan Sae. Rin hanya diam, membiarkan ponselnya meredup dan mati dengan sendirinya.
"Sebelum itu, apa kau bisa mengatasi dinginnya cuaca di luar sana?" tanya Rin, suaranya terdengar berat.
"Aaa-Aku..." (Name) kembali menutup mulutnya, pandangannya melesat ke lantai, ekspresi sedih terpancar di wajahnya.
Rin sudah menduga jawaban itu. Matanya tak beranjak dari wajah (Name), menatapnya dengan penuh perhatian. Butuh beberapa saat bagi Rin untuk berucap, mencoba membuat suaranya tetap tenang dan tidak bergetar.
"Begitu..." Rin merengut, sedikit ragu dengan jawaban (Name). Namun, ia berusaha memaklumi gadis itu. Dengan hati yang berat, Rin mengantarkan (Name) keluar ruangan.
Rin menopang tubuh (Name) yang terbungkus selimut tebal, tangannya memegang erat alat infus. (Name) berjalan pelan, tubuhnya terasa lemas, namun matanya berbinar dengan semangat. Membuatnya langkahnya semakin stabil.
Rin dapat merasakan otot lehernya berkedut saat dia berusaha keras untuk tetap tenang.
Mereka akhirnya sampai di teras rumah sakit, Rin membantu (Name) duduk di kursi. (Name) menatap salju yang turun, matanya berbinar-binar. Rin merasakan antusiasme yang terpancar dari sorot mata nya, membuatnya tersenyum lega.
Sepuluh menit terasa seperti satu jam. Rin dan (Name) duduk berdampingan, menikmati momen bersama di tengah dinginnya salju. (Name) mengangkat tangannya yang gemetar, Rin menyadari hal itu. Pandangannya tertuju pada lantai, menghembuskan napas ringan.
"Rin... Salju nya sangat indah, aku seperti melihatnya jatuh dengan gerakan lambat," ujar (Name) sambil menunjuk butiran salju yang jatuh di hadapan mereka.
Rin menyipitkan matanya, menatap salju yang turun dengan lekat. Hanya beberapa saat, sebelum ia kembali menatap (Name). Rin mengamati wajah sahabatnya, matanya yang dulu redup kini memancarkan cahaya.
Seulas senyum lebar terukir di wajahnya yang pucat. Rin hampir tersenyum, menahan napasnya sejenak, menimbulkan suara seperti gelak tawa.
Satu hal lagi yang Rin suka dari (Name), dia terlihat sangat bahagia dengan hal sepele.
"Kau hebat ya (Name), hanya dengan senyum polos mu yang menghipnotis itu, mampu menenangkan ku," batin pria bersurai dark green itu.
٭٭٭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.