Keesokan harinya.
Matahari kini sudah menyapa para penduduk bumi. Membuat siapa saja harus bangun untuk melakukan aktivitas harian mereka, ntah itu sekolah, bekerja, atau kuliah. Pagi pagi sekali, kediaman Dirga dan Laura sudah disibukkan dengan anak sulung dan anak tengah yang sudah sibuk sendiri pagi pagi. Ntah itu menanyakan kaus kaki mereka yang hilang sebelah, menanyakan keberadaan bando mereka, dan banyak lagi. Sedangkan si bungsu? Tentu dia tidak terganggu dengan keributan itu sebab ia sendiri masih tertidur dengan earphone yang menyumpal telinganya.
"Keluarga kita hebat ya, pagi pagi udah heboh aja" ujar Dirga kepada Laura yang tengah memasak sarapan mereka. Dirga duduk di meja makan sembari menyeruput kopi yang telah dibuatkan sang istri tercinta.
"Hebat banget, rumah lain aja belum seheboh rumah kita. Ya nasib punya anak cewek semua" sahut Laura dan dibalas dengan tawaan oleh Dirga.
Tak berselang lama Mentari dan Virgo turun dengan pakaian yang rapi. Wajahnya mereka nampak tenang padahal mereka sudah membuat keributan. Keduanya langsung duduk di kursi meja makan, tempat biasa mereka duduk. Dirga menatap kedua putrinya yang baru saja turun.
"Hari ini kalian kuliah kan? Ayah akan mengantar kalian hari ini" ujar Dirga dan membuat Mentari juga Virgo menatapnya senang.
"Benarkah?! " seru Virgo dan diangguki oleh Dirga.
"Iya, sudah lama ayah tidak mengantar putri putri ayah" ujar Dirga. Mentari dan Virgo memekik senang, akhirnya setelah sekian lama kini mereka kembali diantar oleh sang ayah. Ini adalah moment langka.
"Venus belum bangun ya? Emang dia nggak kuliah? " tanya Laura. Mentari dan Virgo hanya mengangkat bahu mereka pertanda bahwa mereka tidak tau. Dirga dengan inisiatif sendiri beranjak ke atas menuju kamar putri bungsunya.
Kaki jenjang Dirga melewati anak tangga satu persatu. Tak butuh waktu lama kini ia sampai didepan pintu kamar Venus. Dirga mulai membuka pintu kamar itu, ketika pintu terbuka Dirga bisa melihat betapa gelapnya kamar ini. Ia masuk dan mencari saklar lampu, ketika menemukan saklar yang dicari Dirga segera menekan saklar itu hingga lampu kamar ini hidup.
"Astaga! " Dirga terkejut ketika lampu kamar Venus hidup lantaran melihat putri bungsunya sudah terbaring di lantai. Ntah bagaimana caranya hingga Venus bisa berpindah ke lantai, padahal kasurnya tidak rendah. Jadi kalaupun jatuh bisa membuat siapa saja bangun.
"Venus, bangun hei. Kamu nggak kuliah? " ujar Dirga membangunkan Venus dengan cara menggoyangkan tubuh si bungsu. Venus sedikit terganggu dan membuka matanya, saat itulah ia melihat wajah tampan rupawan sang ayah yang sewaktu kecil ia bilang mirip setan.
"Ehh ayah, ngapain? " tanya Venus dengan setengah sadar. Dirga terkekeh dan menggeleng pelan.
"Bangunin kamu lah, kamu kuliah hari ini? " tanya Dirga, Venus mengangguk mengiyakan pertanyaan sang ayah.
"Buruan siap siap terus turun kebawah buat sarapan, hari ini ayah yang antar kamu sama kakak kamu" nyawa Venus seketika terkumpul ketika mendengar ucapan sang ayah. Ia segera berdiri begitupun Dirga.
"Nggak mau, Venus mau naik motor aja. Nanti apa kata temen Venus kalau liat Venus diantar sama ayah" celetuk gadis itu. Dirga menatap putrinya, apa Venus tidak mau image nya rusak di kampus?.
"Emang ayah pikirin? Pokoknya hari ini ayah yang antar kalian. Kunci motor kamu ayah yang pegang untuk hari ini. Udah buruan mandi terus siap siap baru turun kebawah buat sarapan" ujar Dirga dan meninggalkan Venus sendirian. Venus menatap ayahnya kesal, padahal ia ingin kabur tapi kunci motornya berada di sang ayah.
"Astaga.. Mereka pasti ngetawain gua" ujar Venus pada dirinya sendiri. Ia mulai beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap siap lalu turun kebawah untuk sarapan bersama keluarga tercintanya.
TBC
Segini dulu ya, maaf kalau pendek. Btw, ayo dong naikin angka vote nya. Terus komen kekurangan cerita ini.
Jangan lupa vote and share
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Amordan Siblings
RomanceSequel dari cerita sebelumnya yaitu "PRINTILAN KELUARGA AMORDAN". ༺❑Cerita keseharian tentang tiga bersaudara dari keluarga Amordan yang sudah mulai merasakan kehidupan di tingkat mahasiswa. Mereka mulai mengenal apa itu cinta dan menghadapi banyak...