Harusnya weekend bisa dilalui dengan tenang dan damai setelah terbebas dari jerat kesibukan kantor. Menghabiskan sepanjang hari untuk rehat dari huru-hara pekerjaan. Melanjutkan pagi dengan bermalas-malasan tidur hingga menjelang siang, bermain game sepuasnya atau sekedar melamun menatap langit-langit ruangan sambil bersandar di ujung sofa.
Namun tampaknya ketenangan itu akan segera terenggut saat Raffan melihat mamanya datang menghampiri.
"Raf, hari ini jadwal kamu kosong tidak?" tanya perempuan paruh baya pada sang putra sulung yang tengah pura-pura sibuk dengan gawainya.
"Hm ... iya ma. Kenapa? Mau dikenalin lagi sama anak teman Mama?" Pria itu Raffan, menatap curiga kearah sang ibu.
"Ketemu sama anak teman mama dong Raf," bujuknya sambil duduk disamping Raffan.
"Enggak deh, Ma."
"Kenapa? orangya cantik loh Raff, kamu ingat Aletha? Anak tante Nilam yang dulu sering main kesini. Sekarang dia udah balik dari London setelah menyelesaikan kuliahnya. Rencananya mau menetap di Jakarta lagi, kamu ajakin Aletha jalan gih."
"Raffan Malas Ma. Heran, Masih saja ngejodoh-jodohin," kesal Raffan, berpindah ke sofa single, menghindari teror sang mama.
"Raffan Ardian Ghifari, kamu itu yah. Dulu, Mama sama Papa umur 29 itu sudah punya kamu loh. Sekarang, diusia kamu yang segini, pacar saja belum pernah ada yang dikenalkan ke mama." Wanita itu ikut berpindah, bersandar di sisi sang putra sambil bersedekap dada.
"Belum ada yang cocok Ma."
"Kamu bukan gay kan Raf?" Sambung wanita itu, sorot wajahnya berubah khawatir, membuat asisten Raffan yang sejak tadi menyimak terkekeh.
"Ucapan mama kok jadi jahat gitu." Raffan menggeleng pelan, agak setengah jengkel.
"Wajar lah kalau mama nuduh Lo gay, cewek sekelas Raline Salim aja lo tolak, padahal bodynya itu loh Raf. Vhiuuu...!" Pria itu bersiul di akhir kalimatnya. "Makanya kita mikir. Eh, lo normal nggak sih?" tanya Rayyan sarkastik sambil menaikkan alisnya. Si bungsu Ghifari yang baru bergabung di ruang keluarga tiba-tiba menyela percakapan mereka.
"Adek kamu saja, Pacar dan mantannya ada dimana-mana. Tobat deh Ray, stop main-main." Raisa beralih menatap putra bungsunya.
"Loh! Kok jadi Rayyan sih Ma," Protes Rayyan. Sementara Raffan mengambil kesempatan untuk beranjak dari sofa. Segera kabur, memberi kode pada asisten sekaligus sekretarisnya yang sejak tadi hanya mendengarkan dan pura-pura sibuk dengan joystick dan layar di depannya.
"Adri, besok saya ada meeting pagi?" Raffan menatap asistennya, setelah berlalu. Perhatian sang ibu mulai beralih pada si Bungsu.
"Iya bos, sekitar pukul sembilan." Adri mengekor di belakang Raffan.
"Mau mama gimana sih? Raffan yang jomlo di buat pusing, Rayyan yang punya pacar di buat ribet. Aneh Mama nih. Maunya apa sih? Heran!"
"Masalahnya Ray, kamu itu cuma main-main. Enggak pernah ada yang dibawa serius. Perempuan itu bukan robot yang bisa kamu mainin lalu di buang. Mereka punya hati, mereka sama seperti mama kamu, Perempuan!" ucapnya penuh penekanan di kata terakhir.
"Ingat Karma Ray. "
"Namanya juga penjajakan Ma ... mencari yang terbaik itu nggak gampang. Mending mama ngurusin Raffan aja deh, anak mama itu sakit, nggak doyan perempuan, Raffan itu kayaknya nggak normal Ma." Rayyan kembali mengalihkan ke topik awal.
"Jangan sembarangan kamu. Loh, Raffan kemana? Jadi kabur kan, kakak kamu."
Raffan menggeleng pelan sambil memijit pelipisnya, saat masih mendengar perdebatan mereka. Dicecar tentang perempuan dan pernikahan benar-benar membuatnya lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way of Marriage
عاطفيةKisah tentang manusia yang fobia dan gila akan cinta. Atisha Namira, dokter muda telah menutup hati untuk kaum laki-laki karena trauma masa lalu. Torehan takdir membawanya untuk terlibat dalam drama pernikahan dengan Raffan Ardian Ghifari akibat seb...