- tiga belas -

127 20 28
                                    

Part ini saya beri label ⚠️🔞 karena mengandung unsur dewasa.

Diharapkan kebijakan para pembaca saat memutuskan membaca part ini. Kalian dapat skip part ini tanpa perlu takut ketinggalan alur.

Sehubungan dengan kejadian di real life, ada manager dept lain yang satu grup sama aku. Jadi, ceritanya beliau kirim voice note. Awalnya aku abai la ya kan karena pasti tentang kerjaan. Tapi kok tumben gitu lho, apa urgent banget sampe pake vn? Tapi kenapa gak nelpon yang lain, gitu? Kenapa mesti di grup? Soalnya se-urgent-nya kerjaan paling langsung calling. Ehhh... Pas buka grup, aku kaget dia ngapusin vn lumayan banyak, dan minta maaf karena anaknya mainin hape. Sedikit banyaknya aku terinsiprasi dari itu 😭🤣. Lucu sih kalo diingat-ingat. Tapi di cerita ini gak vn. Video call. 🙆

Selamat Membaca ❤️✨









Aunty Bulannn...” Acha, bocah perempuan berumur tiga tahun yang merupakan anak dari sepupu Bulan kebetulan datang bersama ibunya.

“Eh, ponakan Aunty datang?? Mau nginap di rumah bareng Aunty, ya?” tanya Bulan seraya menggendong bocah itu.

Acha mengangguk lucu. “Iya Aunty. Mama sama Papa mau pelgi dinas empat hali,” kata bocah yang tak bisa menyebut huruf R dengan fasih.

Bulan tahu kalau sepupunya harus pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Kebetulan suaminya juga sibuk sebagai auditor dari kementerian yang membuat suami sepupunya juga sering pergi dinas untuk melakukan audit. Sama halnya dengan sepupu Bulan yang merupakan pengawas dari suatu instansi yang mengharuskan dirinya pergi ke luar kota.

Mertua dan orangtua sepupunya tinggal di pulau yang berbeda dengan mereka. Jadi, mau tidak mau kadang mereka menitipkan Acha di rumah orangtua Bulan. Orangtua Bulan tentu saja senang karena sampai sekarang anak mereka belum menikah yang membuat peluang mendapatkan cucu itu belum ada.

“Lan, maaf ya. Nitip Acha di sini,” kata Giska seraya menarik koper berisi sedikit baju dan perlengkapan milik Acha. Sebagian baju Acha ada di rumah kediaman Wibowo karena sering menginap sehingga ibunya tidak perlu membaca baju banyak. Hanya susu, cemilan, dan perlengkapan lain untuk Acha.

“Tante sama Oom dimana?” tanya Giska diikuti suaminya yang ikut masuk ke dalam rumah bersama Bulan yang menggendong Acha.

“Mama sama Papa lagi pergi ke acara reunian. Palingan balik besok,” kata Bulan.

“Loh? Jadi kamu besok gimana kalau kerja?” Giska jadi tidak enak harus menitipkan Acha di rumah keluarga Wibowo.

“Ya gapapa. Lagian aku kebetulan udah ambil cuti karena mau cek kepala yang luka kemaren. Lagian aku jadi punya temen di rumah,” kata Bulan.

Bulan tidak masalah. Apalagi kehadiran Acha membuat rumah menjadi ramai. Kebetulan ia sendirian, jadi ia punya teman.

Percakapan kecil terjadi sebelum akhirnya Giska dan suaminya pamit.

“Acha, gak boleh pegang hape Aunty, ya?” peringat Bulan ketika Acha memegang ponselnya. Gadis kecil itu duduk di atas ranjang Bulan sambil mendongak menatap sang tante yang menasehatinya dan hendak mengambil ponselnya kembali.

Acha menggeleng. “Acha mau main pake hape Aunty! Pokoknya Acha mau main hape Aunty!” bocah bijak itu memeluk ponsel Bulan.

“Sayang... Kamu gak boleh main hape. Ingat tadi apa kata Mama? Kamu main puzzle atau menggambar. Gimana?” tawar Bulan.

Acha menggeleng. “Acha mau foto pake hape Aunty!” bocah pintar itu ingat betul kalau orangtuanya selalu mengajak dirinya foto bersama, atau mengambil potretnya sebagai kenangan. Tidak ada niatan lain yang Acha ingin lakukan seperti membuka YouTube ataupun aplikasi lain karena yang ia butuhkan hanyalah kamera.

✓ 49. J - Our Sweet Dreams (Jangkku Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang