P,
Minggu, 5 Januari 2025Penting meninggalkan jejak!!!
💭💭💭
Author PoV.
"Taxi." Teriak seorang wanita dewasa terdengar begitu menggelegar. Nafasnya tampak memburu diikuti dadanya yang mulai naik turun.
Wanita itu adalah Stevie, entah apa yang ia pikirkan saat ini, ia sama sekali tidak memperdulikan tubuh bagian depannya yang membesar.
Taxi itu muncul dihadapannya. Langsung saja ia bergegas masuk dengan tergesa, seolah tak akan ada waktu tersisa.
"Alamat xxx." Ucapnya sembari menepuk bahu sang supir yang dihadapannya.
Sang supir tampak mengerutkan keningnya. Bukankah itu hanya sebuah hutan lebat yang dingin dan ditumbuhi pepohonan yang tinggi menjulang ke langit.
"Tunggu apa lagi? Aku tidak salah menyebutkan alamat."
Sang supir hanya mengangguk sekalipun ia tetap memajukan mobilnya. "Anda yakin ingin ke sana, nyonya? Bukankah wilayah itu hanya sebuah hutan?"
"Yakin, tentu yakin, ditengah hutan itu ada persimpangan yang kalau kita mengarah ke kanan, ada sebuah rumah tua besar yang megah."
"Oh, iya. Maaf, aku bukan bermaksud ingin tahu urusanmu." Ucap sang supir, sekalipun Stevie dapat melihat jelas kebingungan dan kekhawatiran sang supir. "Hanya saja, tetaplah waspada. Atau lebih baik jangan sendirian jika berada ditempat sepi."
Stevie mengangguk setuju. Benar. Iya, tentu itu benar.
Ahh, sepertinya ia memang tidak boleh sendiri.
Stevie mengacak-acak isi tasnya, mencari sesuatu yang mungkin akan berguna.
Drrrtttt.... Drrrtttt.... Drrrtttt....
Jika diperhatikan dengan seksama, panggilan yang ia lakukan pada seseorang sudah masuk dan terdengar suara bergetar.
"Aiiish, Alex. Ayolah angkat panggilanku."
Drrrtttt.... Drrrtttt.... Drrrtttt....
"Kemana perginya pria sialan ini? Apa dia tidak merasa ada suatu yang mengganjal? Biasanya pria bodoh ini selalu punya firasat sendiri jika menyangkut wanita itu."
Drrrtttt.... Drrrtttt.... Drrrtttt....
21x panggilan tak terjawab.
"Si*l. Alex tak dapat diharapkan sekarang. Sepertinya memang aku harus melakukannya sendirian."
"Cobalah yang lain. Aku hanya memberi saran."
Semua yang supir ini katakan cukup benar. Bukan, bukan hanya cukup, tapi sangat benar. Sepertinya pria paruh baya dihadapannya ini adalah seorang psikiater yang bisa memahami situasi pasiennya. Atau mungkin ia orang baik yang sudah memiliki banyak pengalaman menjalani hidup. Sampai-sampai menyebutkan alamat saja pria ini sudah paham situasi gelisah yang Stevie tunjukkan.
"Stevano's grup. Ah iya, antar aku ke kediaman Tuan Stevano. Kau tau alamatnya?"
"Tentu." Ujar sang supir sembari mencari jalan pintas dan membanting stirnya.
"Semoga aku belum terlambat." Ujarnya membatin.
~
"Kau yakin dia ke tempat itu." Suara bariton. Suara berat seorang pria menghentikan lamunan wanita dewasa di sampingnya.
"Yakin, aku sangat yakin."
"Aku mendengar langsung percakapan dua pria yang sangat mencurigakan. Ditengah hutan itu ada persimpangan yang kalau kita mengarah ke kanan, ada sebuah rumah tua besar yang megah. Rumah itu masih bisa digunakan meskipun penampakan di luarnya mengerikan. Di dalamnya juga sangat bersih dan rapi." Tutur sang wanita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tonight [ SLOW UPDATE ✓ ✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓]
Romance✓ Ga ada Prolog-prolog-an !!! ✓ Yang belum follow, silahkan follow dulu sebelum cerita ini ditambahkan. ✓ Jangan lupa tinggalkan jejak setiap chapter nya ✓ Yang kurang kreatif atau bahkan nggak kreatif samasekali, menyingkirlah! ✓ Kalau kepo, langsu...