"Akankah, aku harus kembali?"
********
Antariksa merebahkan punggung panasnya pada kursi kantor, akhirnya dia bisa bernapas lega setelah beberapa jam lamanya dalam ketegangan. "Hah," helaan yang kedua kalinya kembali terdengar.
"Kelar juga," ucap pemuda bermarga Kasela itu terlihat lelah, sedangkan Genandra cuman bisa tersenyum simpul. Ia mengambilkan dua cup kopi panas yang salah satunya diberikan kepada Antariksa.
"Well done Sa," selamat Genandra mengetukkan dinding cup kopi tersebut dengan milik Antariksa, dan mereka berdua pun menikmati secangkir minuman hitam itu bersama-sama. Rasanya memang melegakan, meskipun Antariksa bisa dibilang masih belajar. Ya benar, dia masih belum terbiasa meminum kopi.
"Gue kira nggak bakalan kelar tadi, jadi dewasa emang capek," keluhnya menatap tumpukan berkas di atas meja.
"Emang, lagipula siapa yang bilang jadi dewasa itu enak?" sahut Genandra geleng kepala, "nantinya juga lo yang bakal jadi penerus perusahaan ini Sa, lo harus siap mental dari sekarang," sambungnya.
Antariksa merenung sejenak, dia paham akan posisi dia sebagai penerus perusahaan keluarga, apalagi sekarang dia berpikir jika dirinya lah satu-satunya anak kandung yang tersisa. Perlahan-lahan pundaknya mulai terasa berat, semakin hari semakin bertambah saja. Beban pikiran dia terasa bak tumpukan kerikil yang menumpuk, sedikit demi sedikit menekan otaknya hingga sampai dasar titik.
Menjadi harapan seseorang bukanlah hal yang menyenangkan, kita harus berperang bersama ekspektasi tinggi mereka. Disebut pengecut jika berhenti, dipandang rendah kalau tidak berhasil. Dan Antariksa tidak menginginkan jika hal itu sampai terjadi.
"Sa," panggil Genandra menepuk bahu Antariksa beberapa kali, lamunannya menjadi buyar dan kembali fokus kepada laki-laki itu.
"Eh iya? Sorry, gue jadi ngelamun."
"Iya, gue cabut duluan ya, berkasnya udah selesai kan? Kalau lo butuh apa-apa calling gue langsung aja."
"Eh lo mau kemana emang?" tanya Antariksa penasaran.
"Biasa, gue mau nongkrong sama temen, udah ya, bye!" pamit Genandra memberikan lambaian singkat kepada Antariksa, sebelum pada akhirnya menghilang dibalik pintu coklat tersebut.
Setelah kepergian Genandra, ruangan kembali sunyi. Antariksa menghela napas kasar, lalu melempar arah pandangnya pada jendela kaca samping yang menampakkan pemandangan kota Byantara. Dari atas sana, orang-orang terlihat seperti semut-semut kecil sedang berjalan.
Ia tersenyum simpul, "suatu hari nanti, gue harus terbiasa dengan pemandangan seperti ini."
Di sisi lain, lebih tepatnya di sebuah cafe hits yang tak pernah sepi dari pengunjung. Tempatnya anak muda nongkrong untuk sekedar minum kopi dan mengobrol, terlihat Genandra tengah sibuk berkutik dengan handphone nya sambil menunggu kedatangan seseorang.
"Lama bre?" celetuk seseorang membuat kepala Genandra mendongak ke arah sumber suara.
Bibirnya tersenyum smirk, "datang juga lo, duduk!"
"Ngapain lo ngajakin gue ke sini?" tanyanya penasaran sembari duduk di kursi kosong depan Genandra.
"Gue butuh bantuan lo," satu alis anak itu terangkat selepas mendengar jawaban dari Genandra. Nampaknya ini sesuatu yang penting dan berduit.
"Gue mau lo jual berkas ini ke perusahaan lain," ujar Genandra menyodorkan sebuah berkas kepada rekannya.
Alis anak itu mengerut, "ini berkas apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Novela Juvenil[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...