*Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓*
*Bacanya jangan diloncat-loncat ya. Nanti bingung alurnya loh 😁
Pesta sederhana digelar sekaligus mengumumkan nama Abyan Grisham. Semua Tengah bersiap dan para kolega sibuk menerima tamu yang ada.
Airin memandang foto suami pertamanya. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama ia berkunjung lagi ke kamar itu. Tidak pernah ada lagi bayangan Chandra muncul seperti dulu. Mungkin karena bayangan itu hanya sebatas imajinasi dan harapan Airin yang masih berusaha menerima kenyataan, sehingga pikirannya berwujud Chandra dan kini Airin tidak boleh memikirkan lagi pria lain dan mulai memenuhi pikirannya dengan pria yang nyata. Suami keduanya.
Airin mengelus wajah di foto itu dengan tersenyum.
"Kamu pasti bahagia kan melihat kami? Sekarang aku sudah punya tiga orang anak. Aku sudah tua," ucapnya dengan pelan, mengusap air mata yang menetes di pipinya.
"Terima kasih sudah memberiku kekuatan... Kekuatan untuk bertahan tanpamu. Hingga aku merasa terbiasa, terbiasa dengan kakakmu." Ucapnya dengan suara bergetar.
Airin Kemudian berbalik keluar kamar itu, menemui semua orang yang menunggunya untuk pengumuman tentang nama putra ketiganya.
Dengan senyuman Airin berbaur dan menggendong Abyan, lalu membagikan makanan pada setiap tamu yang datang.
Seokjin memandangnya dengan perasaan tidak karuan. Ya, kenapa dia harus menyusul ke kamar itu? Yang akhirnya mendengar dan melihat Airin yang di hadapan foto suami pertamanya. Mengatakan bahwa kini Airin hanya terbiasa dengan dirinya, artinya belum membalas cintanya. Hanya mulai terbiasa.
Ayolah Seokjin, kamu tidak harus cemburu. Yang penting dia bersamamu.
Hati dan pikirannya terus berperang.
"Aku hanya ingin dia bisa mencintaiku." Gumamnya sambil berjalan ke sisi Airin sambil menggendong Abyan yang sejak tadi menatap wajah gelisahnya.
Natasha juga keluarga Brahma lainnya sudah pasti datang. Entah kenapa, John terlihat gerogi dan tegang. Dia menyambut Natasha dan kedua orang tuanya dengan ramah, lalu menemani mereka menemui Seokjin dan Airin.
"Selamat Tuan Seokjin. Seorang pangeran lagi." Ucap Tuan Brahma.
"Ya, membuat istriku tetap paling cantik sendiri." Jawab Seokjin sambil mengecup kening sebelah kiri Airin.
"Jadi aku tidak cantik?" Yejin protes dari belakang.
Semua orang tertawa dan saling berbasa-basi. Menyisakan Natasha yang sesekali melirik ke arah John yang terlihat kikuk dan kaku.
"Siapa dia? Tidak dikenalkan pada ibu?" Tanya Nyonya Brahma menyadari Natasha terus saja memandang ke arah lain. Pada sosok si pendiam dan pemalu.
"Tidak, Bu. Dia belum mengatakan apapun. Meskipun aku sudah memancingnya." Ucapnya jujur.
"Haruskah ibu menegurnya?" Lanjut Nyonya Brahma bercanda. Natasha bergelayut manja pada ibunya sambil menggeleng malu.
"Dia John, adik iparku." Seokjin menyodorkan minum pada Nyonya Brahma, "dan dia single." Lanjutnya sambil melirik ke arah Natasha yang tersipu malu.
"Ini zaman emansipasi, nona, wanita melamar lebih dulu tidak masalah. Jika sang pria tidak agresif." Goda Seokjin lagi.
Diakhiri gelak tawa Nyonya Brahma juga suaminya yang akhirnya bergabung di meja hidangan.
Airin memandang ke arah mereka, lalu melirik John yang terlihat salah tingkah sejak tadi. Airin mendekati adiknya lalu menatapnya serius.
"Kamu mencintainya? Atau hanya sekedar melindungiku?" Tanya Airin.