"Selamat sore, om."
Sunghoon buru-buru turun dari motornya dan menghampiri ayah Jake yang kebetulan saat itu sedang duduk sendiri di teras rumah sambil membaca koran. Sementara Jake hanya dapat tertunduk, takut hal menyakitkan akan tiba-tiba keluar dari mulut sang ayah—didepan Sunghoon.
"Sore, nak. Ini siapa ya?"
"Saya Sunghoon, om. Temen sekolahnya Jake. Tadi, sekolah bebas, jadi saya main sebentar sama Jake—sama temen-temen lain juga."
Entah perasaan Jake atau memang suasana hati ayah sedang bagus, beliau nampak hangat menyambut Sunghoon.
Sepertinya benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Ayah adalah orang baik—masalahnya hanya ada di Jake, dan ibunya.
"Makasih udah nganter Jake ya nak, hati-hati pulangnya."
Sunghoon mengangguk, anak itu menyalami ayah Jake dengan sopan, "Saya pamit pulang dulu, om. Kalau ada waktu, saya bakal mampir lebih lama."
Dan begitulah tubuh tegap itu sukses mengantarkan pujaan hatinya pulang dengan selamat hingga sampai ke rumah. Ada sedikit perasaan membuncah dalam batin Sunghoon—maklum, delapan belas tahun hidup di dunia, baru kali ini ia terlibat cinta-cintaan, biasanya hanya mampu meledek Heeseung dan Jay atau Beomgyu karena kelewat bucin.
Ternyata jadi bucin memang semenyenangkan ini.
Setelah mendengar beberapa cerita dari Heeseung tentang betapa galak ayah Jake, Sunghoon sudah mengantisipasi—tidak peduli bila beliau hanya baik didepannya saja, asal Jake tidak disakiti lagi.
Sebagai tetangga paling dekat, Heeseung sudah bekerjasama dengan Sunghoon untuk memantau Jake. Apabila terjadi hal tak diinginkan, Heeseung akan langsung melapor pada aparat setempat—sebab sudah kelewat sering terjadi.
"Pas SD, Jake sempet sekarat gara-gara ditenggelemin bapaknya di sungai! untung ada kang cilor yang lewat."
"Kami satu komplek pernah misahin Jake sama bapaknya. Dia dibawa ke rumah aman buat perbaikin mental dan dapet kehidupan yang layak, tapi bapaknya malah ngegugat orang satu komplek!"
Diperjalanan pulang, kesaksian dari si tetangga terus terngiang dalam benak Sunghoon—tentang bagaimana Jake tak dimanusiakan oleh ayahnya sendiri dan hal lainnya. Tak henti Sunghoon berdo'a, semoga esok hari, Jake baik-baik saja—selalu.
"Lo dipukulin bapak lo lagi?!"Heeseung terkejut begitu ia menemukan Jake sudah pucat pasi di UKS. Kebetulan, pagi ini jadwal piket-nya untuk menjaga UKS sampai jam pelajaran ke-empat bersama Chaehyun.
Yang ditanyai tak bersuara sama sekali, ia memilih memejamkan mata rapat sambil memegangi perut—membuat batin Heeseung nyeri bukan main—anak ini menderita sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEMBER RAIN | SUNGJAKE
FanfictionSunghoon tidak dungu, batinnya selalu berseru bahwa hanya Jake yang ia mau.