Story by Adityashidqi
Thankyou buat lu yang mau lanjut ke bagian kedua
Semoga betah====================
Pagi itu, saat sinar matahari mulai menghangatkan kota, Ardi diajak pergi ke Gym kecil di apartemen Bagas. Tubuhnya yang atletis dan berkulit agak gelap tampak berkilau terkena sinar matahari yang berpendar dari jendela kaca yang menyilaukan. Ia mengenakan kaos polos dan celana pendek yang membuat otot-ototnya semakin terlihat tegas. Begitu pula dengan Bagas yang memiliki fisik dan penampilan bagai patung Dewa Yunani hidup yang tak kalah menarik membuat mereka terlihat seperti dua orang kawan lama yang akan latihan bersama.
Hari ini Bagas berniat memberi sedikit latihan. Bagas menatap Ardi, lalu berkata dengan nada tenang namun serius, "Ardi, sebagai seorang pengawal, kamu bukan cuma harus kuat, tapi juga cekatan dan selalu waspada." Ardi mendengarkan dengan seksama, merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar.
"Kita coba mulai dari dasar-dasar dulu," lanjut Bagas, menunjukkan gerakan dasar dalam bertahan dan menyerang. Mereka berlatih pukulan, tangkisan, dan cara mengatasi serangan dari berbagai arah. Ardi fokus secara penuh, mencoba menyesuaikan diri dengan ritme latihan dan membiasakan tubuhnya dengan teknik yang lebih formal dibandingkan gerakan spontan yang biasa ia lakukan di desa.
"Coba lagi, Di," ucap Bagas dengan tegas, memberi isyarat pada Ardi untuk melancarkan gerakan bertahan yang benar. "Kamu harus bisa bergerak lebih cepat. Jangan biarin celah terbuka, karena itu bakal jadi titik lemah kamu."
Ardi mengangguk, menyeka keringat di dahinya, lalu bersiap dengan posisi bertahan seperti yang diperintahkan. "Siap, Pak," jawabnya, matanya fokus pada Bagas.
Bagas mendekati Ardi, memerhatikan posisinya dengan detail. "Lihat tangan kirimu. Jangan terlalu rendah," kata Bagas sambil menyentuh pergelangan tangan Ardi, menaikkannya sedikit. "Kalau begini, kamu bisa menangkis serangan lebih baik."
Ardi menelan ludah, merasakan sentuhan yang memberi kesan tegas sekaligus menenangkan. "Baik, Pak," katanya, sedikit kikuk, namun berusaha tetap fokus.
Bagas mundur selangkah, lalu mengangguk. "Sekarang coba lagi. Kali ini aku bakal serang, dan kamu coba tangkis."
Ardi mengangguk, memasang kuda-kuda dengan lebih mantap. Bagas melayangkan pukulan cepat ke arah bahu Ardi, yang berhasil ia tangkis. Namun, ketika Bagas melancarkan serangan susulan ke arah samping, Ardi sedikit terpeleset dan membuka ruang.
"Nah, lihat? Kamu nggak boleh terburu-buru," ujar Bagas sambil menahan tangan Ardi. "Santai aja, tapi tetap fokus. Ingat, dalam situasi nyata, satu gerakan salah bisa fatal."
Ardi menarik napas panjang, merasa sedikit gugup tapi semakin bersemangat. Tantangan ini adalah sesuatu yang baru baginya. Tak pernah ia bayangkan harus mengasah keterampilan bertahan dengan tingkat ketelitian seperti ini. Dengan cara Bagas membimbingnya, Ardi mulai menyadari betapa mendalamnya pengetahuan Bagas tentang pertahanan diri.
"Sekarang, coba posisi tanganmu saat bertahan. Aku perbaiki sedikit lagi," kata Bagas, bergerak lebih dekat, mengarahkan siku dan bahu Ardi agar berada di posisi yang tepat.
Ardi bisa merasakan nada suara Bagas yang sangat serius namun sabar. Cara Bagas memberi arahan begitu tenang namun mendetail, hingga setiap gerakan terasa lebih bermakna. Bagas adalah orang yang benar-benar menguasai bidang ini—dan Ardi semakin yakin ia berada di bawah bimbingan yang tepat.
"Seperti ini, Pak?" tanya Ardi setelah memperbaiki posisinya.
Bagas mengangguk dengan bangga. "Bagus. Sekarang kalau kamu bisa ingat ini setiap latihan, kemampuan bertahanmu bakal meningkat pesat. Kamu siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(MxM) The Police and His Guard (17+)
RomanceWARNING!! CERITA BERUNSUR GAY!! Man x Man dengan Rate 17+ Jadi Akan ada sedikit adegan dewasa Tidak sefrontal Rate 21+ SUMMARY: Ardi, Pemuda desa yang menawan mencoba karir barunya sebagai seorang pengawal pribadi bagi seorang Bagas, Polisi Forensik...