Chapter 03 - Ancaman Pertama

196 11 0
                                    

Story by Adityashidqi
Mungkin cerita ini nggak akan terlalu panjang

======================

Hari itu langit tampak mendung, menambah kesan tegang pada tugas yang sedang dijalankan oleh Bagas dan Ardi. Bagas mendapatkan penyelidikan di kawasan industri yang terpencil, di mana baru-baru ini ditemukan bukti-bukti terkait kasus perdagangan manusia yang sedang ditanganinya. Ardi, sebagai pengawal, mengikuti Bagas dengan kewaspadaan penuh, matanya tak pernah lepas dari lingkungan sekitar.

Bagas menghampiri seorang pria yang tampak gelisah, seorang saksi potensial yang mungkin memiliki informasi tentang kasus tersebut. Dengan sikap tegas dan penuh percaya diri, Bagas mengeluarkan catatan kecil dari sakunya, bersiap mencatat setiap informasi yang mungkin terungkap.

"Bapak bisa cerita apa aja yang dilihat pada malam itu?" Bagas memulai dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan.

Pria itu menunduk sesaat, mengusap tangannya yang berkeringat, sebelum menjawab, "Saya... saya lihat sekelompok orang masuk ke gudang tua di sana. Ada beberapa truk besar. Tapi saya nggak berani mendekat, Pak. Mereka keliatan... mencurigakan."

Bagas mencatat dengan cepat, lalu menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Berapa banyak orang yang bapak lihat? Apa bapak kenal salah satu dari mereka?"

Pria itu menggeleng, tampak enggan mengingat detail lebih lanjut. "Saya nggak begitu jelas lihat wajah mereka, Pak. Tapi... ada satu orang yang pakai jaket sama topi hitam, dia keliatan kaya mengatur yang lain."

Bagas mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke arah gudang yang dimaksud. "Apa mereka membawa sesuatu ke dalam gudang? Atau justru mengambil sesuatu dari sana?"

"Kalau nggak salah mereka bawa beberapa kotak besar ke dalam, Pak." Pria itu menghela napas, "Kotak-kotak itu... keliatan lumayan berat, mereka bawanya cukup hati-hati."

Bagas kembali mencatat, wajahnya tetap serius. "Baik, informasi ini sangat membantu. Terima kasih atas kerjasamanya. Kalau Bapak ingat sesuatu yang lain, hubungi kami. Ini nomor saya," katanya sambil menyerahkan kartu nama.

Setelah itu, Bagas menoleh pada Ardi yang mengawasinya dari dekat. Raut wajahnya menunjukkan keseriusan yang mendalam.

Bagas bergegas meninggalkan kawasan tersebut, hari ini sudah cukup dengan pekerjaannya di sini meski kurang begitu membuahkan hasil. Sedangkan Ardi mengikuti dari belakang. Dan saat mereka bersiap menyeberangi sebuah jalan, tiba-tiba terdengar deru mesin mobil yang mendekat dengan cepat. Ardi yang awalnya mengira mobil itu hanya lewat langsung tersadar saat melihat arah lajunya tak wajar, meluncur lurus dengan kecepatan penuh ke arah Bagas.

"Pak! Awas!" Ardi berteriak sambil berlari ke arah Bagas yang saat itu tengah sibuk mengirim sebuah pesan dari ponselnya.

Tanpa berpikir panjang, Ardi menarik Bagas menjauh, tubuhnya berusaha melindungi Bagas saat mobil itu semakin mendekat. Ia mendekap Bagas dengan kuat, membuat keduanya jatuh ke sisi trotoar tepat saat mobil tersebut melintas dengan jarak yang sangat dekat. Suara rem yang menderu keras dan aroma ban yang terbakar menyisakan keheningan singkat di udara. Namun, mobil tersebut langsung melesat pergi tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat siapa pengendaranya.

Bagas, yang awalnya terkejut, langsung menoleh ke arah Ardi yang masih berusaha mengatur napasnya. Wajah Ardi tampak tegang, menyiratkan keseriusan dari apa yang baru saja terjadi lalu ia menoleh ke arah Bagas.

"Bapak nggak apa-apa?" tanya Ardi cepat, pandangannya sesekali kembali ke arah jalan, berjaga-jaga kalau saja mobil itu berbalik.

Bagas mengangguk, meski wajahnya menunjukkan keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan. "Ya... berkat kamu, terima kasih."

(MxM) The Police and His Guard (17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang