Chapter 04 - Ungkapan Masa Lalu

196 9 2
                                    

Story by Adityashidqi
Buat yang masih lanjut baca, coba kasih pendapat gimana cerita ini?

=======================

Chapter 04 - Ungkapan Masa Lalu


Hari-hari berikutnya, teror terhadap Bagas semakin intens. Pesan-pesan ancaman tak henti-hentinya masuk ke ponselnya, kadang disertai panggilan yang menakutkan, bahkan saat ia sedang bertugas. Pesan-pesan bernada ancaman itu kadang tak menunjukkan siapa pengirimnya, namun pesan singkat, gambar-gambar dari sudut jalan yang memperlihatkan Bagas, atau bahkan foto-foto ketika ia bersama Ardi di luar apartemen mulai meresahkan mereka berdua.

Ardi semakin menyadari bahwa teror yang mengintai Bagas berasal dari sosok yang sangat mengenalnya—seseorang yang sepertinya tidak hanya tahu tentang Bagas, tetapi juga tentang hubungannya dengan Ardi sebagai pengawal.

Malam itu, setelah Bagas selesai dengan tugasnya yang melelahkan, Ardi mengajukan diri untuk menyetir dan menjemput Bagas di depan kantor untuk mengantarnya pulang. Suasana di mobil terasa tegang dan sunyi, hanya diiringi suara mesin mobil yang berderu lembut. Rasa penasaran semakin memuncak dalam diri Ardi, dan setelah beberapa kali meredamnya, ia akhirnya memberanikan diri bertanya.

"Pak, maaf kalau saya lancang, tapi... saya rasa ancaman ini makin serius. Siapa sebenarnya orang ini? Bapak kelihatan seperti... tau siapa orangnya." Ardi menoleh sejenak ke arah Bagas, yang duduk di sampingnya dengan wajah yang tampak lelah.

Bagas terdiam sesaat, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ekspresi wajahnya berubah—terlihat bahwa ia mulai mempertimbangkan untuk menceritakan semuanya.

"Namanya Erfan," jawab Bagas akhirnya dengan suara pelan namun tegas. "Kami... dulunya memiliki hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja. Erfan dulu... mantan kekasih saya."

Ardi merasa dadanya berdetak sedikit lebih cepat mendengar pengakuan ini, namun ia tetap menjaga ketenangannya. Ia tak menyangka bahwa hubungan pribadi Bagas dan orang yang menerornya selama ini ternyata sangat dalam. Dan Ardi juga baru mengetahui kalau Bagas... bisa menjalin hubungan dengan sesama laki-laki?

"Mantan kekasih, Pak?" ulang Ardi untuk memastikan, meski ia mencoba untuk tidak menunjukkan rasa terkejut yang terlalu kentara.

Bagas mengangguk, lalu melanjutkan, "Kami dulu dekat banget. Sewaktu di Akademi Kepolisian, Erfan itu orang pertama yang membuat aku ngerasain cinta. Tapi, seiring waktu, kami berubah. Aku ingin fokus pada karir dan masa depan, sedangkan Erfan... dia mulai berubah menjadi seseorang yang... posesif."

Bagas memandang ke luar jendela sejenak, mengenang masa-masa itu dengan ekspresi campuran antara kecewa dan sakit hati.

"Aku udah mutusin dia, tapi kayanya Erfan nggak pernah benar-benar nerima. Dia terus mengikuti, mengawasi, bahkan kadang datang ke ruangan dengan alasan pekerjaan. Tapi sejak kamu datang, sejak kamu mulai selalu bersama saya, terornya semakin menjadi-jadi. Seolah... dia nggak tahan lihat orang lain dekat sama saya."

Ardi mendengarkan dengan seksama, kini memahami bahwa ancaman ini bukan sekadar masalah kecil, melainkan berasal dari cinta terpendam yang berubah menjadi obsesi. Ia menatap lurus ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja diungkapkan Bagas.

"Jadi... ancaman ini makin parah karena dia pikir saya... penghalang?" Ardi bertanya dengan suara tenang namun penuh perhatian.

Bagas mengangguk, ekspresi lelah terpancar jelas di wajahnya. "Tepatnya, karena dia merasa aku seharusnya nggak bersama orang lain. Apalagi sekarang, rasanya kamu udah menjadi bagian dalam hidupku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(MxM) The Police and His Guard (17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang