Halilintar ( Guntur Merah )

17 3 0
                                    

Aku sangat menyukai Petir, apalagi kalau Petir itu muncul dengan warna merah. Entah mengapa Aku menyukainya, Teman-teman ku saja bahkan sampai bilang kalau Aku itu aneh. Mana ada orang yang suka dengan Petir, ngaco sekali.

Tapi, Aku tak mengindahkan mereka dan fokus pada diriku sendiri. Jadi, setiap hujan turun- Aku akan duduk di luar rumah, menikmati secangkir teh sembari melihat Petir yang menyambar. Aku juga tidak takut dengan suaranya, menurutku suara itu malah menenangkanku.

“Huft... Aku ingin melihat Halilintar.. “ gumamku, tak lupa Aku juga memasang wajah sedih.

Aduh, kalau saja Petir merah alias Halilintar itu manusia. Pasti sudah ku pacari dan ku nikahi. Namun, itu hanya sebatas angan-angan. Lagipula, mana mungkin kalau Petir itu bisa menjadi manusia...

Iya kan?

Ugh!

Aku membuka mataku, dan sebuah cahaya yang menyilaukan langsung saja menyambut ku. Membuat ku harus beradaptasi dan berkedip selama beberapa kali agar mataku tidak rabun. Pertanyaannya sekarang, cahaya apa itu?

TOK! TOK! TOK!

Aku mendengarnya, suara sepatu heals yang berjalan mendekat dan perlahan- seperti menghampiri ku.

Seketika, Aku menghadap ke belakang. Dan mataku langsung terbelalak tak percaya. Di hadapanmu sekarang, berdiri seorang wanita dengan umur sekitar 38 tahun? Juga satu orang perempuan muda dan satu laki-laki muda, mungkin seumuran ku.

Ia tersenyum... SANGAT CANTIK!!

“Maafkan Saya kalau membuat Kamu terkejut— tapi jangan takut, Kami tidak akan menyakitimu. “ ucapnya disertai kedipan.

Apakah Aku percaya?? Oh, tidak semudah itu ferguso!

Aku meneliti wanita yang ada di hadapan ku ini. Ia menggunakan pakaian khas kerajaan, rambut nya terurai panjang dengan mahkota di atasnya, ada sebuah tahi lalat juga di wajahnya. Sangat Mommy Able kata Ku.

“Kamu kan orang yang menyukai Petir, guntur, dan Halilintar? “ wanita itu bertanya kepadaku.

Aku menelan ludah gugup. Aduh gimana ini, Aku takut. Ibu tolong!!

“Ehehehe, Iya emm?? “ Aku memiringkan kepalaku, tidak tau harus memanggilnya apa.

Wanita itu terkekeh, menganggap bahwa Aku lucu.... Hah??!! Aku Lucu??

“Hahaha... Aku lupa belum memperkenalkan diri, maaf ya sebelumnya. Jadi- perkenalkan, Namaku Santriatar Ratu Planet Gur'latan, perempuan ini namanya Kira'na cucuku, dan yang satunya juga cucuku namanya Halilintar. “ ucap Ratu Santriatar memperkenalkan diri juga memperkenalkan para cucu-cucu nya.

Aku tersenyum kikuk, lalu mengangguk. Mau menjawab apa Aku juga bingung, soalnya Aku sendiri jarang bersosialisasi.

Tapi, tunggu! Eh!! Tadi dia bilang kalau dia adalah Ratu Planet Gur'latan kann?!!! Jadi, Aku sekarang bukan berada di bumi!!

“Maaf lancang— tapi apa kehendak Ratu membawa Saya ke sini? Apa salah Saya? “ Aku bertanya dengan gugup, keringat saja sudah meluncur membasahi dahiku.

Ratu Santriatar tersenyum, “Kamu mau kan jadi istrinya cucu laki-laki ku? Dia tampan loh... Banyak perempuan yang suka sama dia, tapi kena tolak semua. “

Sebentar... Otakku loading.

Jadi-istri-cucu-laki-laki ku-

“WHAT??!! “

-

Dan disinilah Aku sekarang, duduk di atas pelaminan mewah berlapis emas dengan taburan mawar merah hasil petikan dari Bumi. Wajahku tertutup oleh sebuah kain merah khas Planet Gur'latan. Dan disamping ku sekarang, ada seorang laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suamiku.... Sekarang dan seterusnya.

Awalnya dulu aku menolak, tapi Ratu Santriatar— ugh! Terlalu formal untukku sekarang.

Nenek Santriatar mengajakku untuk tinggal di planet ini dan menyesuaikan diri dengan Halilintar. Disaat awal dulu sih, Aku biasa saja. Namun karena Aku nya di pepet terus sama Si Tsundere merah alias Halilintar. Lama-lama tumbuhlah benih cinta di hatiku. Untuk izin dari ayah dan ibu sendiri, sudah ku dapatkan.

Plot twist nya adalah- Halilintar ini selalu melihat ku dari Planetnya ketika Petir muncul. Makanya dia jadi suka sama Aku. Tapi tidak apa-apa, soalnya Halilintar ganteng. Dan impianku akhirnya terkabul juga.

“(Nama)— Terima kasih karena sudah mau menjadi istriku... Kuharap kita akan terus bersama. “ Halilintar memandangku dengan penuh cinta di matanya, kemudian mencium punggung tanganku dengan perlahan, seakan aku adalah sebuah barang yang dapat rusak kapan saja.

Aku tersenyum tipis, mengusap wajah tampan Halilintar dengan hati-hati. “Iya Halilintar, Aku juga berharap seperti itu. “

Kuharap kita akan terus bersama, Halilintar...

One-Shoot Boboiboy | Open RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang