Taufan ( Topeng )

13 1 0
                                    

Taufan itu sangat menyukai topeng

Entah mengapa topeng selalu membuatnya senang, ia suka mengoleksi berbagai jenis topeng. Dari topeng binatang dan topeng monster— namun, Taufan ingin merasakan sesuatu hal yang Baru....


Hari ini, Aku bertugas untuk membersihkan kelas karena piket ku akan dilaksanakan besok. Aku sangat malas, camkan itu— Aku sangat Malas untuk berangkat pagi dan segera pergi ke kelas. Pasti Aku akan dianggap aneh sama Ibu ku kalau Aku berangkat pagi. Soalnya, Aku berangkat sekolah itu selalu pukul 07.36

Sangat mepet dengan berdering nya bel masuk sekolah.

“Huft! Akhirnya selesai juga pekerjaan ku. Langsung pulang deh! “ gumam ku dengan senyum sumringah.

Aku segera meletakkan sapu di pojokan, pergi ke arah meja, mengambil tas, lalu pergi. Aku berjalan dengan riang sembari molompat, menikmati sepinya sekolah di jam 4 sore. Namun, langkahku seketika terhenti ketika Aku mendengar sebuah suara. Seperti suara memotong?

TAK! TAK! TAK!

“Apa itu? “

Segera saja, Ku cari sumber suara itu berasal. Aku berjalan kesana kemari, melewati kelas-kelas kosong tanpa penghuni. Sebenarnya, hari sudah mulai gelap. Bahkan Aku sendiri harus menggunakan senter ponsel milikku.

Sampai akhirnya, Aku berhenti di kelas 12-A yang berada tak jauh dari kelas ku, mungkin hanya berjarak 10 meter saja.

Disaat itu, posisinya Aku ada di luar kelas tepat berada di luar pintu. Dan kebetulan saja, pintu kelas 12 tidak terkunci dan tidak tertutup rapat. Jadinya, Aku bisa mengintip tanpa membuka pintu.

Di tengah kekosongan ini, Aku dengan keberanian tinggi mengintip. Mata kananku menjelajahi seluruh ruangan yang gelap itu. Tapi, tidak ada sesuatu yang aneh. Namun, semua dugaanku langsung terhenti ketika sebuah mata berwarna biru terang tengah menatap ku di dalam kegelapan.

Dan seketika itu juga, Aku terlonjak dengan nafas yang memberat. Pikiranku sudah kacau dengan ketakutan yang menguasai diriku. Aku berbalik, dan berlari sekencang yang ku bisa. Berusaha berlari sejauh mungkin, agar dia tidak bisa menangkap ku.

Aku berbelok ke kiri dan ke kanan, menuruni 30 anak tangga menuju lantai 1, sampai akhirnya Aku berhasil keluar dari pintu sekolah. Walaupun, gerbangnya sudah terkunci, tapi Aku tak patah semangat.

“Cepat! Cepat! “

Dengan nafas yang terengah-engah, Aku berjalan menuju gerbang dengan pemikiran gila ku.

Memanjat pagar sekolah..

Padahal laki-laki saja tidak bisa memanjatnya karena terlalu tinggi. Sayangnya itu tak berlaku bagiku, soalnya Aku ini perempuan kuat, kata ibuku.

Angin berhembus kencang di sore hari ini mampu membuat bulu kudukku berdiri, hari juga sudah sangat gelap— entah sekarang sudah jam berapa. Suara decitan pagar berkarat membuat suasana semakin menjadi seram.

Yang ada di dalam kepalaku sekarang adalah, Siapa orang tadi? Apa yang ia lakukan di dalam kelas?

Tatapan mata tadi, Aku masih mengingatnya. Sangat dingin dan menusuk, bahkan Aku sendiri sampai tak bisa berkata-kata. Ah! Sudah lupakan saja itu, yang terpenting sekarang Aku baik-baik saja.

Setelah berjalan selama 2 menit, Aku pun sampai di depan gerbang. Aku merenggangkan tangan agar dapat memanjat dengan mudah tanpa hambatan tangan ku pegal atau apapun itu. Pertama-tama, Aku memegang sisi yang lebih luas lalu mulai menaikkan kaki ku.

Gerakan itu terus kulakukan hingga Aku berada di ujung, kemudian Aku turun dengan melompat. Mudah sekali bukan, anak laki-laki itu hanya cemen saja. Dan karena hawanya sudah mulai terasa tidak enak, Aku segera berlari pulang. Meninggalkan sekolah tempat ku belajar dan menuntut ilmu.

(Name) Pov's End-



Namun, (Name) tidak tau, kalau seseorang tengah mengintip nya dengan mata biru yang menyala di tengah kegelapan. Seringai menakutkan terukir di wajahnya.

“Lucu sekali... “




“Iya? Ada apa Taufan? “

Kini (Name) berada di depan kelas yang sepi karena semua murid sedang berebut makanan di kantin. Dan kini, di hadapannya ada seorang pemuda dengan rambut coklat juga sehelai rambut putih di kepala kanannya. Ia menatap (Name) dengan binaran yang tidak biasa.

Namanya Taufan, kelas 10-B, hobi bermain skateboard. Cuma itu yang (Name) tau dari pemuda di hadapannya ini.

Dan baru saja, ketika (Name) hendak keluar kelas, Taufan mencegatnya dengan alasan ingin berbicara dengannya. Sungguh aneh, mereka bahkan belum pernah berkomunikasi sebelumya.

“Aku mau ngajak Kamu ngobrol. “ jawabnya.

(Name) mengangguk paham, “Okey— dimana? “

“Bagaimana kalau di gudang? “

“Baiklah... “

Setelah itu, mereka berjalan beriringan ke gudang. Hening, batin (Name).


Bagaimana tidak? Tidak ada yang membuka percakapan sama sekali, bahkan Taufan yang terkenal dengan kejahilannya hanya diam. Ini membuat (Name) merasa janggal. Tapi, ya sudahlah mungkin hanya perasaan (Name) saja.

Mereka akhirnya sampai di gudang dengan Taufan yang masuk terlebih dahulu, dan (Name) membuntuti nya.

“Baiklah, sekarang kau mau bilang ap—“

BUK!!

Sebuah benda keras menghantam kepala (Name), membuat dirinya terhuyung dan jatuh ke lantai. Pandangannya mengabur, tapi dapat ia lihat dengan jelas kalau Taufan— ada di hadapannya dengan senyuman yang mengerikan. Di tangannya, terdapat sebuah batu yang pastinya digunakan untuk memukul (Name) tadi.

“Ugh! Taufan? “

“Maaf ya (Name), tapi wajahmu sangat lucu. “

Pandangan (Name) pun menggelap.




Perkenalkan, namaku Taufan dan Aku menyukai topeng. Tapi Aku sudah bosan dengan topeng yang itu-itu saja— jadinya aku memiliki sebuah ide.

Pada awalnya, aku membunuh satu orang yang suka membully ku. Wajahnya ku tiris dengan pisau, dengan teliti kulakukan agar tidak merusak keindahan wajah itu.

Sampai akhirnya, aku selesai.

Dan itu sudah menjadi hobiku selama setahun ini..

Jadi, lindungilah diri kalian kalau tidak mau ku jadikan perhiasan terbaikku.

Bersiaplah!!

—Taufan


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One-Shoot Boboiboy | Open RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang