Maira memandangi gerbang hitam besar di depan. Mengambil undangan dari tas, dia memastikan kembali Alamat yang tertera. Dan benar, Rumah besar ini adalah alamat yang tertulis rapi dalam undangan. Dia berjalan mendekat dan menekan bell.
Setelah beberapa saat, Gerbang hitam besar terbuka. Seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah. Dari pakaian yang dikenakan pria itu, Maira menduga belia ada satpam disini.
“Ada perlu apa ya neng?” pria itu menatap Maira dengan penasaran.
“Permisi Pak, Apa benar ini alamat Rumah ini?”
Maira menunjukan undangan yang dia terima 3 hari yang lalu.
“Bener non ini alamat Rumah ini” Pria itu kembali menatap Maira setelah selesai membaca undangan. Tapi kali ini ada senyum ramah dan sambutan yang lebih hangat. “Non Maira kan?”
Maira mengangguk mengkonfirmasi indentitasnya.
“saya Budi non, salah satu penjaga Rumah ini. Ayo non, silahkan masuk.” Pak Budi membuka gerbang lebih lebar dan mempersilahkan Maira.
“Umm.. pak, itu sepeda saya diparkir dimana ya” Maira menunjuk ke sepeda kayuh kesayangannya.
“Dinaiki saja non. Tempat parkir ada di sebelah kiri halaman”
Maira ragu dengan jawaban Pak Budi. Kenapa harus naik sepeda dalam rumah? Bukankah bisa di tuntun saja?
Namun sebelum semua pertanyaan terucap, maira sudah mendapatkan jawaban.
Dibalik gerbang hitam ada halaman yang sangat luas. Dengan jalan setapak yang besar, Maira mengukur sepertinya itu cukup untuk 2 mobil berjalan. Sembari melihat ke sekeliling, Maira mengendarai sepeda melewati halaman menuju ke arah rumah megah.
Sesuai dengan arahan Pak Budi, Maira memarkirkan spedanya di area kiri Rumah. Area luas ini sepertinya memang digunakan untuk garasi. Tentu saja itu untuk memarkir mobil, sepeda kesayangan terlihat sangat mungil dengan area seluas itu.
Dengan membawa ransel miliknya Maira berjalan menuju kedalam rumah. Bi Ira, pelayan yang menyambut didepan pintu. Mengarahkan Maira untuk pergi keruang pertemuan.
Dalam Ruangan itu ada layar yang cukup besar, mungkin seukuran papan tulis di Ruang kelas. Didepan layar ada meja bundar dengan 7 kursi yang Melingkar.
‘sepertinya aku yang pertama datang’pikir Maira
Dia berjalan menuju salah satu kursi, merenungi kembali keputusannya.
.
.
.
.
.
.-------
House of Hope
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Hope
FanfictionDatanglah dan tinggal didalamnya, maka semua harapanmu akan terwujud. "omong kosong!! siapa yang akan percaya dengan penipuan seperti ini!!." "Gimana kalau kita coba ini?" "Menarik" "Semoga ini bisa jadi solusi" "Mari kita coba, tidak mungkin lebih...