CHAPTER 18

296 43 70
                                    

Sasuke masih berbaring nyaman selagi mengumpulkan kesadaran, menatap atap-atap kamarnya dalam pandangan yang sedikit mengabur, di saat otaknya memutar kilas balik kemarin—hari peringatan kematian keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasuke masih berbaring nyaman selagi mengumpulkan kesadaran, menatap atap-atap kamarnya dalam pandangan yang sedikit mengabur, di saat otaknya memutar kilas balik kemarin—hari peringatan kematian keluarganya.

Pusing yang menyiksa kepala tak kunjung hilang hingga hari menggelap, selalu seperti itu. Dan segalanya diperparah oleh alkohol yang dia teguk demi mengusir kekacauan akibat omongan Ino. Tak sampai benar-benar mabuk, makanya Sasuke merasa sanggup mengemudi sendiri tanpa melibatkan Kakashi yang menawarkan diri untuk pulang bersamanya.

Sialnya, alkohol itu sama sekali tak membuatnya damai. Kekhawatiran itu masih ada, sulit dilenyapkan. Yang ada di tengah perjalanan fokus matanya mulai berulah, pandangannya berputar-putar, sudah pasti itu semakin menyulitkannya untuk sampai ke apartemen dengan selamat.

Dia butuh mendengarkan suara seseorang yang dikhawatirkan sepanjang hari—Sakura.

Siapa tahu juga jika gadis itu bakal mendesak supaya mengirimkan titik lokasinya, dan datang tak lama kemudian.

Omong-omong dia di mana, ya, apa sudah pulang? Tapi ini masih cukup pagi.

Sasuke bangkit, lega nyeri di kepala tak lagi dirasakan. Mabuknya telah terusir, mualnya lenyap. Meski masih agak mengantuk.

Tak ada tanda-tanda kehidupan di luar kamarnya, maka dari itu kakinya ia dorong ke kamar tamu. Namun ruangan itu kosong, bahkan tak tersisa jejak-jejak keberadaan seseorang yang menempati ranjang. Entah mengapa dia jadi agak kecewa tak menemukan Sakura di sini.

Padahal tubuhnya sudah tak lemas, eh mengapa jalan terasa malas. Tapi Sasuke tetap bergerak ke ruangan lainnya, mau apa juga tetap menempatkan diri di ruang itu, toh yang dicari tak ada.

Dia baru saja melintasi ruang tv, hendak ke dapur. ketika tanpa sengaja matanya menangkap selimut tebal di atas sofa. Cukup berantakan, bahkan separuh bagiannya menjulur sampai ke karpet.

Penasaran, ia menyibak benda yang nampak mencurigakan itu. Ya Tuhan, ternyata yang dicari ada di sini, tenggelam di antara selimut. Bibirnya tak mampu menahan senyum, lihat gadis ini bahkan sama sekali tak menyadari ada seseorang yang berusaha membangunkannya. Tidurnya nyenyak sekali, 'kan jadi ingin mengusilinya.

Sasuke menjatuhkan diri di karpet, duduk menghadap Sakura yang tak sadar akan keberadaannya.

Jari-jarinya mengusir helai rambut merah mudah yang cukup berantakan di wajah. Juga menusuk-nusuk pipi kenyal itu, tapi si gadis masih tak berkutik. Sepertinya biarpun gempa mengguncang Tokyo dia tak akan terbangun semudah itu.

Sepuluh menit berlalu, dan Sasuke masih betah memandanginya yang bernapas cukup teratur, mungkin sedang bermimpi indah. Biasanya seperti itu 'kan, mimpi indah menjelang bangun.

Dan Sasuke tak mau lagi menunggu lebih lama. "Maaf harus mengusir mimpi indahmu."

.

STALKER || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang