Bab 21 Back to Indonesia

1 1 0
                                    

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*

Seminggu setelah acara kelulusan berlalu, keduanya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiran mereka. Sambil mengecek barang-barang yang akan di bawa nantinya, ponsel Humayra berdering pelan menandakan adanya panggilan masuk.

"Assalamualaikum, Ra."

"Waalaikumsalam.. ada apa, Abdi?"

"Tiket yang kemarin udah aku kasih kan? Takutnya aku kelupaan,"

Humayra terkekeh, "Iya, Abdi.. Udah kok, kan kamu sendiri yang kasih pas kamu abis beli oleh-oleh, gimana sih?"

"Ya maaf.. eh, kamu udah selesai belum beres-beresnya?" tanya Abdi dari seberang telepon.

"Udah, tinggal cek ulang siapa tau ada yang ketinggalan. Kalo kamu gimana?"

"Masih ada satu koper lagi sih yang belum beres tapi aman lah buat besok."

"Yaudah, kamu lanjut beberes gih. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat gara-gara kamu kesiangan lagi."

Abdi terdengar tertawa di seberang sana, "Iya deh iya, kalo gitu udah dulu ya. Aku cuma mau mastiin tiket aja kok, assalamualaikum."

"Iya, waalaikumsalam."

Keesokan harinya, mereka berangkat bersama menuju bandara dengan mobil James yang berbaik hati untuk mengantarkan mereka.

"Did you really had to go home right now, Abdi?" ucap James terlihat tak rela sahabat seperjuangannya itu meninggalkannya kembali ke Indonesia.

Abdi yang mengerti kesedihan temannya itu menepuk bahunya menguatkan, "Sorry James, you know that my parents are waiting for my graduation too, they want me to stay in indonesia, besides, we can keep communication with phone, right?"

"Don't forget me, bro". Sambil memeluk Abdi, cowok itu balas menepuk pundak sahabatnya.

Humayra yang melihat itu hanya bisa tersenyum haru. Seketika teringat Haneena sahabatnya, sayang sekali wanita itu masih sibuk mengurus beberapa hal penting sampai tidak bisa mengantarkannya ke bandara.

Tak lama suara pengumuman keberangkatan tujuan Amerika-Indonesia mulai menyapa telinga mereka bertiga.

"I think we should go now."

James memasang senyum tipis, "Yeah, you should. Your family waiting for you,"
Abdi tertawa, "Ey! Are you kicking me out?"

"Hey! I think you should go? you don't have to, if you don't want!"

Humayra tergelak dengan pertengkaran kecil mereka, "Ayo, Abdi." kemudian menatap James, "Alright, we go first James, bye." James mengangguk.

Abdi dan Humayra pun menyeret koper mereka meninggalkan kota yang menjadi saksi perjuangan mereka untuk menuntut ilmu, rela merantau jauh, membawa harapan keluarga yang ditinggalkan. Hingga akhirnya setelah penantian panjang, setelah kelulusan mereka pun kembali ke kampung halaman dengan membawa harapan yang terwujud dan memulai kehidupan baru.

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*

Kabar kepulangan Abdi tentu disambut dengan sukacita oleh anggota keluarga. Tentu kabar itu juga sangat menggembirakan bagi anggota geng ALAXCAR.

Setelah Fajrin menerima pesan bahwa Abdi akan take off, mereka mulai merapikan markas yang semula seperti kapal pecah akibat geng GALAKSI yang datang karena tidak terima dengan kekalahan yang dialami saat di arena.

"Woy! Kerja woi malah diem," teriak Mufti pada yang lain padahal dia hanya tinggal di pojok melihat-lihat.

"Woi, Mufti! Bantu gue ngepel!" teriak Bobby pada lelaki jangkung itu.

"Mar, jan mentang-mentang lo udah punya cewe sekarang sibuk aja chat-an. Beresin ini dulu," ucap Fajrin.

Amar langsung meletakkan ponselnya di saku jaketnya, "Iya-iya."

Di luar markas, empat perempuan yang kini sangat dekat baru saja masuk dan melihat situasi.

"Ini kenapa deh markasnya kek kapal pecah?" tanya Arin menelisik situasi.

"Katanya geng GALAKSI nyerang nih markas," jawab Anggi.

"Gue kira mereka udah damai.." gumam Shafa

Alifia yang mendengar itu terkekeh pelan, "Mereka kayaknya gak bakal pernah damai deh, bisa aja permusuhan mereka ini sampe tujuh turunan."

"Sayang!! Kok kamu gak bilang-bilang sih kalo mau kesini? Kan aku bisa jemput!" teriak Mufti dari atas genteng membuat mereka berempat membelalak kaget.

"Muftii!! Kamu ngapain di atas situ?! Turun gak!?" teriak Alifia histeris, takut pacarnya itu jatuh.

"Lagi perbaiki genteng ayang."

Plak!

"WOY ANJIR!" teriak Bobby yang hampir saja oleng.

"Ya lagian lo ngapain panggil cewek gue 'ayang'? Ku dorongko itu saya."

Mereka yang ada di bawah hanya bisa geleng-geleng.

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*

Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai di Bandara Sultan Hasanuddin. Keduanya menghela napas lega, dalam hati mengucap syukur karena tiba dengan selamat di tanah kelahiran.

"Akhirnya kita sampai juga," ucap Humayra sambil tersenyum manis menatap sekitar. Abdi balas mengangguk.

"Ra, kamu ada yang jemput kan?"

"Iy—"

"HUMAYRA!"

"Kak Farhan!"

Kedua kakak beradik itu berpelukan, kemudian bergantian dengan kedua orang tuanya yang menjemput anak bungsunya.

"Bapak, ummi, kak Farhan, kenalin namanya Abdi, temanku di Amerika." ucap Humayra mengenalkan Abdi dikeluarganya.

Abdi membalas senyum tipis kemudian menyalami kedua orang tua Humayra.

"Terima kasih ya nak, sudah menemani Humayra selama di sana, kali begitu kami pamit duluan ya," ucap ibu Humayra.

Abdi balas mengangguk. Keluarga itu mulai meninggalkan Abdi sendirian. Ia mulai menyeret kopernya.

"ABDI!!"

Abdi mendongak kaget saat sekumpulan laki-laki berlari tunggang langgang menghampiri dirinya

"ABDI!"

Anggota inti geng ALAXCAR memeluk Abdi secara bersamaan dan hampir membuatnya oleng.

"Gila! Tambah gammarako kuliat selama di Amerika!"

"Ya iyalah, pastimi tawwa!"

"Abdi, lo gak lupakan oleh-oleh titipan gue??"

"L-lepasin gue woy!" ucap Abdi merasa sesak.

"Welcome, Abdi!" ucap empat perempuan itu menyambut Abdi. Setidaknya penyambutannya lebih baik dibanding geng ALAXCAR yang membuat keributan.

Abdi tersenyum hangat menatap teman-temannya, ia bersama teman-temannya pun kembali ke kediaman Abdi yang mana orang tuanya
ikut menyambutnya dirumah.

*-ˋˏ✄┈┈┈┈*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 18 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA ATMA MENYATU DALAM ASMARALOKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang