*Hallo guys, tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘
HAPPY READING! 🥰 *
[ New York, 02 Mei 2019 ]
Sepulang sekolah, ku berkata kepada Ryuzaki dan Friska bahwa ku ingin menikmati suasana kota New York sore hari seorang diri. Kulihat dari peta dari ponsel kalau New York Plaza Hotel berjarak 50 menit dari sekolah. Saat berjalan melewati perempatan jalan, kurasakan seseorang mengikutiku. Ku menoleh ke belakang dan kulihat Aoko Sugimura sedang berjalan santai di belakangku. Ku berbalik lalu kutatap gadis itu dengan perasaan tidak suka.
Aoko Sugimura mendekatiku dan tersenyum tipis,"Kenapa? Kau kaget melihatku?", dengan sinis kujawab,"Tidak. Lagipula aku ada urusan. Urus saja urusanmu sendiri." Sugimura mencengkeram tanganku lalu berbisik,"Aku tahu apa yang sedang kamu lakukan. Lagipula kakakku akan datang kemari dari Jepang untuk acara lelang yang akan berlangsung hari Minggu." Dengan geram kukatakan pada Sugimura,"Lepaskan tanganmu, Sugimura." Gadis itu langsung melepaskan cengkramannya,"Maaf. Dan bisakah kamu panggil aku Aoko? Kalau kamu memanggilku Sugimura, itu akan membingungkan apabila kakakku sudah datang kemari."
Ku bergumam,"Terserah." Ku lanjut berjalan. Saat Aoko berjalan di sebelahku, ku bertanya,"Mengapa kamu terus mengikutiku?", Aoko mengangkat bahunya,"Aku mendapat perintah untuk menjadi partnermu." Kutatap gadis itu tajam,"Apa itu berarti yang lain juga memiliki partner?", Aoko menjawab,"Entahlah. Kurasa tidak karena mereka berdua sangat terampil." Sambil berjalan, ku kembali bertanya pada Aoko,"Seberapa banyak kamu mengetahui tentang organisasi ini?", dengan tenang, Aoko menjawab,"Orangtua-ku adalah ilmuwan di organisasi jadi sejak umurku tujuh tahun aku sudah bergabung dengan organisasi untuk mengikuti jejak orangtua. Jadi ya aku cukup tahu banyak hal. Terkadang aku terlibat dalam penelitian di laboratorium organisasi. Sementara kakakku, Natsumi Sugimura, bekerja di bank Tokyo."
Ku mendengarkan cerita Aoko lalu berhenti di depan kafe dan masuk ke dalam. Kuamati sekilas suasana di kafe kemudian ku duduk di kursi coklat dekat jendela. Aoko duduk di kursi yang berhadapan denganku. Seorang pelayan pria menghampiri kami,"Selamat sore. Apa ada yang mau kalian pesan atau mau lihat buku menu terlebih dahulu?", kutatap pelayan itu,"Aku pesan americano." Aoko berkata,"Aku pesan ice latte dengan cheesecake." Pelayan tersebut mencatat pesanan lalu bertanya,"Apa ada tambahan lagi?", ku menggeleng. Pelayan pria tersebut menyerahkan nota,"Silakan bayar terlebih dahulu di kasir. Lalu kami akan menyiapkan pesanan kalian".
Setelah pelayan itu pergi, kubuka tasku lalu kukeluarkan dompet. Ku menuju kasir untuk membayar dan total pesanan kami sejumlah 35$. Selesai pembayaran dan menerima bukti pembayaran, ku kembali ke meja. Ku sodorkan bukti pembayaran kepada Aoko,"Aku tidak menraktirmu jadi bayar minuman dan kue yang kamu pesan." Aoko tertawa,"Baiklah." Lalu dia mengambil dompet dari saku blazernya dan menyerahkan 20$ padaku. Kuambil uang itu dan kumasukkan ke saku celana kemudian kuletakkan kembali dompet ke tas.
Kupasang earbuds di kedua telingaku dan berbisik pelan,"Apa kalian mendengarku?", kudengar Rasya menjawab,"Ya. Aku mendengarmu." Lalu kudengar Yuma berkata,"Aku bisa mendengarmu. Dimana posisimu, Barry?", "Aku bersama Aoko Sugimura sedang mengintai di Broadway Breads and Coffee". Rasya berkata,"Aku berada di taman jembatan Brooklyn. Siapa tahu Ruby Martínez datang kemari." Dengan tenang, Yuma berkata,"Saat ini, aku berada di World Trade Centre. Kapanpun kalian menemukan Ruby Martínez, segera tangkap dan bawa gadis itu ke tempat yang sudah ditentukan." "Baik.", ucapku sebelum mencabut earbuds dari telinga dan mematikan saluran telepon.
Kutatap Aoko,"Aku mau menghubungi ayahku sebentar. Tolong jaga tasku." Gadis itu mengangguk lalu ku segera beranjak dari meja. Ku pergi ke gang kecil di sebelah kafe dan kuambil ponsel yang terletak di saku blazer. Ku telepon ayahku dan dalam waktu enam detik, Beliau mengangkat teleponnya.
"Halo, Dad."
"Halo, Nak. Kamu sedang bertugas?"
"Ya. Aku sedang memantau dari kafe. Mengapa Dad tidak memberitahu kalau ada partner untukku?"
"Anggap saja itu sebagai kejutan. Lagipula Aoko Sugimura masih satu sekolah denganmu. Jadi lebih mudah untuk gadis itu mengikutimu dari sekolah. Aku yakin kalian akan bekerja sama dengan baik."
"Semoga saja. Aku mau lanjut memantau. Sampai bertemu nanti di rumah, Dad."
"Ya, Nak. Semoga kamu berhasil dalam tugas ini."Setelah telepon terputus, ku kembali ke kafe. Kulihat Aoko tengah menikmati kue-nya. Ku duduk di kursi lalu kuambil secangkir kopi yang berada di depanku dan meminumnya sedikit. Kutatap gadis yang berada di hadapanku lalu berkata,"Apa kamu sudah memiliki rencana lain untuk bisa menangkap target kita?", Aoko mengangguk,"Tentu. Aku sudah membaca profil gadis itu. Dia seumuran denganku dan anak orang kaya jadi kurasa sehabis dari sini kita pergi ke toko pakaian wanita." Ku menatapnya dengan ekspresi tidak percaya,"Kenapa menurutmu Ruby akan mengunjungi pusat perbelanjaan? Dan ada banyak toko pakaian wanita disini. Tidak akan efektif kalau mengunjungi toko tersebut satu persatu."
Aoko menggeleng,"Toko pakaian yang kumaksud adalah butik Derryl. Butik itu merupakan butik terkenal dan banyak perancang busana menjual pakaian yang mereka rancang di toko itu." Ku mendengus,"Seharusnya kamu jelaskan dari tadi." Aoko mengangkat bahu lalu menyeruput minumannya dan berdiri,"Segera habiskan kopimu. Kutunggu di luar." Belum sempat ku menjawab, gadis itu sudah pergi keluar kafe. Dengan cepat kuhabiskan kopiku lalu menyusul Aoko. Dia berada di seberang jalan dan berhubung jalanan ramai dengan kendaraan lalu lalang, ku menyeberang dengan hati-hati.
Saat sudah berada di samping Aoko, gadis itu berkata,"Lihat ke arah jam 11." Kulihat ke arah yang Aoko maksud dan rupanya Ruby Martínez sedang berjalan di trotoar. Ruby mengenakan gaun panjang beraneka warna, kalung liontin dan sepatu boots hitam. Sulit rasanya untuk bisa mendekati Ruby karena gadis itu dikelilingi oleh enam pengawal laki-laki dan dua pengawal perempuan. Kuputuskan untuk mengabari Yuma dan Rasya melalui earbud. Kukatakan kepada mereka,"Aku melihat Ruby Martínez di jalan dekat kafe yang baru saja kudatangi. Namun sulit untuk mendekatinya karena ada delapan orang pengawal yang menjaganya." Yuma menjawab,"Ikuti gadis itu namun usahakan jangan membuat mereka menyadari kalau kamu mengikuti mereka."
Ku dan Aoko berjalan sambil diam-diam mengikuti Ruby dan para pengawalnya. Dengan seragam yang kami kenakan, sudah pasti kami tampak seperti murid SMA swasta biasa. Kulirik Aoko,"Apa yang akan kakakmu lakukan di acara lelang?", gadis itu mengangkat bahu,"Aku belum tahu detailnya. Namun kakakku akan sampai disini nanti malam. Perkiraan antara jam 10 atau jam 11 malam. Dan aku akan menjemputnya di bandara." Ku mengangguk mendengar informasi itu. Ruby Martínez dan pengawalnya tampak memasuki toko perhiasan. Ku berkata kepada Yuma dan Rasya melalui earbud, "Target memasuki Clarity Gold Shop. Apa aku atau Aoko Sugimura masuk ke toko itu?", Rasya berkata,"Posisiku sudah dekat. Biar aku saja yang masuk ke dalam toko itu."
Ku berkata,"Baiklah." Yuma kembali berbicara,"Untuk sekarang, biarkan Rasya yang mendekati Ruby. Kamu dan rekanmu menjauh dari tempat itu. Kita tunggu waktu yang pas dimana Ruby menjauh dari pengawalnya." Ku menjawab dengan singkat,"Ya." Lalu telepon terputus, entah Rasya atau Yuma yang memutuskan saluran telepon di earbuds. Ku memberitahu Aoko,"Menurut Yuma, kita harus menunggu waktu dimana Ruby terpisah dari para pengawalnya." Wajah Aoko menjadi begitu serius,"Rasanya itu mustahil kecuali kita menyingkirkan pengawalnya." Kuamati sekeliling dan merasa lega saat tidak banyak pejalan kaki di sekitar sini.
Kutatap Aoko tajam,"Sebaiknya kita bahas itu di tempat sepi. Jangan di jalanan seperti ini." Aoko mengangguk lalu berjalan terlebih dahulu. Ku berjalan mengikuti di belakangnya. Setelah cukup lama berjalan, Aoko berjalan masuk ke dalam New York Plaza Hotel. Ku ikuti Aoko hingga lobi hotel dan duduk di sofa abu. Ku duduk di sebelah gadis itu,"Apa rencanamu?", Aoko menjelaskan,"Kita tunggu Ruby disini. Dari tempat ini, kita bisa melihat siapa saja yang masuk ke hotel. Namun kita hanya bisa mengawasi sampai jam 8. Bagaimanapun, aku harus menjemput kakakku di bandara dan kita akan terlihat mencurigakan apabila terlalu lama disini."
Terdengar suara dering ponselku yang kusimpan di saku blazer. Kuambil ponsel lalu kulihat Dad menghubungi. Kuangkat telepon tersebut,"Halo, Dad." Dad menjawab dari seberang telepon,"Halo, Nak. Ada perubahan rencana. Biarkan Yuma dan Rasya yang menangani Ruby. Lalu katakan kepada Aoko Sugimura untuk menghentikan apapun yang sedang dia lakukan. Dan kamu pulang ke rumah dengan taksi." Ku mengangguk meskipun Dad tidak akan bisa melihatnya,"Baik, Dad." Telepon terputus lalu kumasukkan ponsel ke dalam tas ransel. "Ayahku menyuruhku untuk pulang. Lalu Beliau memintamu untuk berhenti menunggu Ruby." Aoko menjawab,"Baik."
Ku berkata,"Kalau begitu, aku pulang duluan." Gadis itu mengangguk lalu ku berdiri dan berjalan hingga keluar hotel. Cukup banyak taksi yang melewati hotel ini. Ku berjalan menjauh dari hotel hingga pertigaan jalan. Ku berdiri di pinggir sambil menunggu taksi. Saat kulihat taksi mendekat, ku melambaikan tanganku dan taksi tersebut berhenti di depanku. Ku masuk ke dalam taksi tersebut lalu supir taksi menanyakan tujuanku. Kusebutkan alamat lengkap rumahku dan supir tersebut langsung melajukan taksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Me & My Family
Novela Juvenil‼️Dilarang keras plagiat/menjiplak cerita ini karena ini murni pemikiran dan ide sendiri ‼️ Seorang calon pewaris utama Grup Wilson yang bernama Barry Wilson memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta internasional di New York, Ame...