🦙 with 🐻🐶

45 5 0
                                    

Andra merasa kalau dua anak laki tadi akan mencari tahu tentang dirinya, jadi ia memilih berdiam di balik kios kantin. Mengintip dua anak laki itu dari kejauhan memastikan kail pancingannya di terima oleh mereka. Benar saja. Mereka dengan gelagat mencurigakan diam-diam membututi dirinya.

"Bagus. Mereka menyadarinya. Gua jadi lebih gampang nemuin. Soalnya gak mungkin juga gua liat satu-satu ribuan motor di sini, cuma buat tau pemilik motor ini," ucap Andra dengan suara pelan, melihat ke hamparan lapangan yang diisi oleh banyaknya kendaraan roda dua tersusun rapi di sana.

Tidak ingin kecolongan, Andra pun mengecek dua anak laki-laki tadi dan ternyata mereka hampir dekat. Guna menyakinkan, ia pun berlari ke tengah-tengah, berpura-pura sedang mengecek motor yang benar-benar dicarinya.

Tak lama dua anak laki datang, tidak langsung menghampiri, mereka memperhatikan Andra yang tengah berakting itu dari balik tembok.

"Duh.. di mana ya... Capek juga cari tuh motor sendirian. Mana banyak banget lagi," keluh Andra berucap cukup lantang agar terdengar oleh mereka.

"Cari motor katanya Jen."

"Gua juga denger Chris. Tapi motor siapa yang dia cari ya?"

"Mana gua tau... Tanyain aja gak si?"

"Jangan anjir. Kan kita diem-diem berarti gak ada niat buat deketin dia lah Christino Kalandra pinter!"

"Akhirnya ngakuin juga lu, kalo gua pinter."

Jeno memutar bola matanya malas.

"Heh!"

Seruan seseorang dari belakang sukses mengejutkan mereka hingga terjatuh dan keluar dari persembunyian yang mana dapat terlihat oleh Andra.

"Loh kalian?... Ngapain di situ?" Kata Andra begitu menangkap keberadaan dua anak laki dari kejauhan.

"Hehhe halo kak..." Jeno menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Gegara Bapak ini nih kita ketahuan," bisik Chris melirik sinis ke pria berumur yang menjual dagangan di kios kantin sekolah mereka.

"Apa lirik-lirik? Mau saya aduin kalian, emh?"

"Hehe, ja-jangan dong Pak."

"Kenapa? Ini kan jam belajar, kalo bukan bolos ngapain kalian di sini hah?!"

"Anu.. Pak."

Keduanya saling melirik, melempar kode untuk segera menjawab pertanyaan Bapak tersebut.

"Nah kan.. ketahuan kan. Ayo saya antar."

Ketika Bapak itu hendak menarik paksa mereka, namun sebelum itu Andra sudah datang menghentikan Bapak tadi.

"Mereka, bersama saya Pak," kata Andra dengan nafas tersengal sebab ia berlari.

Bapak tadi terdiam, menatap tidak percaya kepada Andra. Begitu juga dengan dua anak laki tadi, mereka sampai melihat bingung kepadanya.

"Saya mau jemput adik saya yang sakit Pak. Tapi sebelum itu mereka diminta arahkan saya buat ambil motor punya adik saya." Alibi Andra memberi penjelasan untuk memperdaya Bapak tersebut agar segera melepas dua anak laki-laki di sampingnya.

Tidak langsung percaya Bapak itu menatap mereka satu persatu untuk memastikan.

"Iya! Betul Pak! Kita bantuin Kakak ini atas izin Pak guru kita!"

"Iya! Kasian Pak, abang ganteng gini cari motor adeknya sendiri di banyaknya motor. Nanti belum ketemu, adeknya udah pingsan gimana Pak?" Ucap Chris dengan raut yang dibuat-buat tapi terlihat natural berhasil mengelabui Bapak pedagang kantin itu.

WindLifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang