Malu-Malu Tapi Nyaman—— Lyodra.
Selamat Membaca 🌼❤️
“Hmmm Bu Bulannya sibuk ngurusin project lain ya Bu makanya gak ikut?” pertemuannya dengan tim periklanan itu diakhiri dengan tanyanya dimana Bulan pada Bu Sheina karena gadis itu tidak hadir di pertemuan mereka di perusahaannya. Perasaannya mengatakan ada hal yang tidak beres berkaitan dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Berhari-hari ia gelisah. Kadang ia berpikir untuk bertanya pada Bulan via chat, tapi ia juga ragu bakal dibalas oleh Bulan.
Bu Sheina sempat mengatakan kalau ia datang hanya ditemani timnya yang lain karena Bulan tidak bisa hadir. Wanita itu lantas tersenyum.
“Iya, Pak. Lagipula Bu Bulannya izin ngurusin project lain. Kebetulan memang project Bu Bulan bukan cuma ini saja,” kata Bu Sheina.
Baskara manggut-manggut. Ia kurang yakin dengan jawaban itu karena ia tahu Bulan marah malam itu.
“Oh begitu... Salam sama Bu Bulannya ya, Bu. Semoga project-nya berhasil,” kata Baskara disusul dengan kekehan kecil. Agak stres dikit karena pujaannya gak datang ke perusahaannya untuk mempresentasikan perkembangan project.
“Siap, Pak. Nanti Bapak bakal ketemu sama Bu Bulannya juga kok kalau ke studio. Dia ada di sana ngurusin model,” kata Bu Sheina.
Awalnya Baskara gak niat ke studio untuk melihat proses syuting iklan produknya. Namun, mendengar perkataan Bu Sheina, menurutnya itu hal yang paling bagus yang harus ia lakukan hari ini.
Ruangan studio yang cukup besar berisi banyak orang, serta peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran pembuatan iklan.
Lampu sorot, kamera, latar studio, model, kameramen, dan lainnya menjadi penyambut Baskara ketika pria itu masuk melihat proses syuting.
Satu orang yang harus ia cari hari ini.
Bulan Wibowo.
“Ini nanti modelnya ngomong sesuai sama script-nya. Terus Bapak sorotnya dari arah belakang lalu gerak ke samping, endingnya nyorot modelnya pegang produknya. Oke, Pak? Atau ada saran gak dari Bapak bagusnya gimana?” Bulan tampak berbincang dengan kameraman dan sutradara sambil memegang kertas berisi project yang ia tangani sore ini.
Baskara memperhatikan dan mendengarkan Bulan berbicara dengan tatap kangen.
Ah, ia bahkan tidak berani menyapa perempuan itu.
Baskara memilih berdiri tak jauh dari Bulan sambil terus memperhatikan Bulan. Proses syuting sesekali ia lihat, tapi Bulan lah fokusnya kali ini.
Proses syuting berlangsung lama, sampai akhirnya Bulan memutuskan untuk pulang karena project akan dilanjut esok hari.
Jam menunjukkan pukul delapan malam, membuat Bulan memilih untuk pulang bersama temannya.
Baskara diam-diam membuntuti Bulan dan temannya sampai parkiran. Ia tidak senang karena Bulan pulang bersama rekan prianya yang jumlahnya lebih dari satu orang.
Bukan ia tidak percaya pada teman Bulan, hanya saja ia cemburu karena perempuan itu dikelilingi pria-pria yang cukup ganteng.
“Bulan!”
“Tunggu, Sayang!” panggil Baskara.
Refleks Baskara menutup mulutnya.
Ups. Keceplosan.
Hal itu menyita atensi keempat teman pria Bulan serta Bulan sendiri.
Bulan cukup kaget karena ia tak menyadari kehadiran Baskara. Saking sibuk dan fokusnya, ia sampai tak tahu kalau Baskara sejak tadi sudah ada di studio.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ 49. J - Our Sweet Dreams (Jangkku Ver)
Literatura Feminina"Ini kapan kita nikahnya?" ⚠️ Berisi keuwuan