Shinhwa Academy, sekolah megah yang berdiri tegak bagaikan istana, adalah simbol kebanggaan keluarga Shinhwa. Dirancang dengan arsitektur megah dan fasilitas yang tak tertandingi, tempat ini hanya terbuka bagi mereka yang benar-benar terpilih: anak-anak dari kalangan elite, pewaris kekayaan yang tak terbayangkan, dan mereka yang memiliki koneksi politik yang memegang kendali atas Korea Selatan. Bangunan sekolah ini, dengan aula marmer berkilauan dan taman luas yang dirawat dengan sempurna, adalah panggung dari kisah dramatis para remaja dalam dunia Boys Over Flowers, sebuah K-Drama legendaris tahun 2008. Drama yang berputar di sekitar cinta terlarang dan perseteruan sosial yang kerap melibatkan Geum Jan-di dan pewaris kaya raya, Gu Jun-pyo.Namun, bagi Choi Seul-ha, gadis yang tiba-tiba terjebak dalam dunia ini melalui isekai yang tak terduga, semua kisah cinta yang berbelit-belit itu terasa... lucu. Seul-ha, seorang remaja yang sangat cerdas dari keluarga biasa, tidak pernah menyangka akan berada di Shinhwa Academy. Dia berada di sini bukan karena kekayaan, melainkan berkat beasiswa yang didapatnya setelah menyelamatkan seorang siswa dari upaya bunuh diri, korban dari kartu merah mematikan yang dikeluarkan F4. Ya, kelompok legendaris itu, empat pria tampan yang memegang kekuasaan tak terbantahkan di Shinhwa, adalah penguasa yang penuh aura intimidasi.
Ditambah dengan kembali nya yoon ji Hoo, sang second malem lead, pertanda akan ada konflik drama lain.. Konflik drama percintaan antar female lead dan male lead serta second male lead. Untuk second lead, yoon ji Hoo yg sangat amat mencintai min Seo-hyun sang figuran yg sangat berpengaruh, Yg bagi ji Hoo seolah segalanya... Mustahil bisa langsung langsung move on dan jatuh hati ama gadis lain, dan tidak mungkin ji Hoo kembali kalau tidak ada sesuatu disana- diParis yg menghancurkan nya, dan pasti itu berhubungan dengan dengan Min Seo-hyun.
'Ah, drama... drama... dan lebih banyak drama,"pikir Seul-ha, memutar bola matanya dengan ekspresi jenuh. Sambil menahan tawa kecil, dia merasa sulit memahami bagaimana setiap masalah kecil menjadi begitu besar dalam dunia penuh emosi ini. "Masalah kecil saja bisa dibesar-besarkan. Remaja ini benar-benar hidup untuk drama romantis," gumamnya dalam hati, menghela napas sambil berusaha menyingkirkan pemikiran itu dan kembali fokus.
Saat itu, dia berdiri di perpustakaan Shinhwa yang menjulang tinggi, penuh dengan rak-rak berisi koleksi buku yang tampaknya tak pernah habis. Buku yang menarik perhatiannya, satu-satunya buku yang sangat ingin ia baca, berada di rak paling atas—jauh dari jangkauan Seul-ha yang tidak terlalu tinggi. Dengan semangat pantang menyerah, dia menyeret sebuah kursi kayu yang berat ke depan rak. Berjinjit di atas kursi itu, dia berusaha keras meraih bukunya.
"Sedikit lagi... sedikit lagi..." gumamnya, jari-jarinya nyaris menyentuh tepi buku itu.
Tiba-tiba, suara lembut namun mengejutkan datang dari belakangnya. "...Kenapa tidak minta tolong?"
"AAH!" Seul-ha terkejut, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Kursi bergoyang, dan dunia tampak berputar sesaat saat dia mencoba menangkap napas.
Seul-ha terhuyung ke depan, perasaan takut melesat cepat di dadanya seiring kursi yang hampir jatuh di bawah kakinya. Dia memejamkan mata, mempersiapkan tubuhnya untuk benturan yang akan datang, namun bukannya terhempas ke lantai keras, dia justru mendapati dirinya ditahan oleh sepasang lengan yang kokoh namun lembut.
Mata Seul-ha terbuka dengan cepat, dan dalam sekejap pandangan mereka bertemu. Yoon Ji-hoo, dengan wajah tenang dan matanya yang lembut, memandang ke arahnya dengan kekhawatiran di wajahnya tetap tenang. Momen itu terasa seperti berhenti, terbungkus dalam keheningan perpustakaan yang sunyi.
"Baik-baik saja?" tanya Ji-hoo dengan suara rendah dan penuh perhatian. Ada ketulusan dalam cara dia berbicara, sesuatu yang membuat banyak gadis di Shinhwa jatuh hati, meskipun bagi Seul-ha, itu lebih membuatnya frustrasi.