part 40

19 2 0
                                    

********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********

Alma berdiri di hadapan pria itu, matanya tajam penuh kemarahan, setiap kata yang keluar dari bibirnya dipenuhi amarah yang tak terkendali. Sudah berbulan-bulan ia kesulitan menghubungi pria itu, dan hari ini ia memutuskan untuk menemui langsung, berhadapan dengannya, untuk meluapkan semua perasaan yang telah lama terpendam.

"Kau benar-benar tak tahu diri!" Alma melontarkan kata-kata kasar, suaranya bergetar karena amarah yang semakin meluap. "Kau terus mengganggu keluargaku, bahkan anakku, Rey! Kenapa kau tidak berhenti?!" Alma merasa hatinya semakin sesak, dan kata-katanya semakin keras, menuntut penjelasan.

Pria itu hanya tertawa, tawa yang dingin, penuh dengan ketidakpedulian. Tidak ada penyesalan sedikit pun di wajahnya. "Kau pikir aku peduli dengan keluargamu, Alma?" jawabnya dengan nada santai, seolah-olah ia hanya berbicara tentang hal yang sepele. "Sekarang, kau dan keluargamu hanya sekadar permainan bagiku."

Seketika, Alma merasa ketakutan merayapi dirinya. Perasaan cemas, yang sudah sejak lama mengintai, kini datang seperti badai. Alma bisa merasakan hawa dingin yang mencekam seiring dengan ancaman yang dikeluarkan pria itu.

"Jika kau masih berani menghalangi jalanku, aku akan menghancurkan semuanya. Keluargamu—anak-anakmu—aku akan melenyapkan mereka satu per satu," kata pria itu dengan penuh keyakinan, suaranya rendah dan mengerikan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membuat Alma semakin terguncang.

Rasa takut mulai menguasai Alma, tetapi ia berusaha menahan dirinya, mencoba untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Kau mau lukai anak itu?" Alma mendengus penuh kebencian, suaranya serak. "Lukai saja anak perempuan itu, tapi jangan kau sentuh Rey. Jangan kau ganggu keluarganya yang baru! Kau paham? Hanya dia yang harus kau biarkan hidup."

Kata-kata Alma mengandung ancaman yang dalam, namun juga ketakutan yang tak terbantahkan. Luna, anak yang sejak dulu telah menjadi bagian dari kehidupannya, kini menjadi kehancuran bagi alma. Meskipun ia tidak menginginkan Luna terluka, perasaan benci terhadap Luna tidak akan pernah hilang dari benaknya.

Pria itu hanya berdecak dengan senyum sinis di wajahnya. "Kau kira aku peduli dengan siapa yang kau lindungi?" jawabnya acuh tak acuh. "Semua yang ada di sekitar kalian akan merasakan akibatnya. Tidak ada yang akan bisa selamat dari keputusan ini."

"Itu semua karna kau sendiri alma, kebencian mu terhadap lussi. Membuat masalah ini semakin besar, kau tidak tau kan berapa tersiksa nya aku di dalam penjara. Kau sama sekali tidak menjenguk ataupun memberikan kompensasi padaku. Jadi jangan salahkan aku jika aku akan menghancurkan keluargamu yang sangat berharga itu," Tambah nya pria itu dengan sangat jelas dan suara tawa yang mengudara.

Alma menggigit bibirnya, perasaan takut dan marah bercampur dalam dadanya. Namun, ia tahu tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk menghentikan pria itu. Dalam hatinya, Alma hanya bisa berdoa agar semuanya berakhir tanpa ada yang terluka lebih dalam lagi. Tapi, jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa perang ini baru saja dimulai, dan tidak ada yang bisa menghindari kehancuran yang akan datang.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang